D. Al-Tanjiim (Perbintangan)
Abdurrahaman bin Hasan (1979:323) mengutif perkataan Syaikh al-Islam yang mengatakan al-tanjim adalah,
اَلإِسْتِدْلاَلُ بِالأَحْوَالِ الْفُلُكِيَّةِ عَلىَ الْحَوَادِثِ الأَرْضِيَّةِ.
Meminta petunjuk terhadap keadaan bintang atas peristiwa-peristiwa bumi. Sementara al-Buraikan (1994:147) menjelaskan, secara bahasa al-tanjim, ialah mencari ilmu dengan bantuan bintang-bintang, dan secara istilah yaitu mencari dari dengan bantuan bintang-bintang.
Alquran telah menyebutkan hikmah dari penciptaan bintang,
1. Dasar penetuan arah angin.
2. Petunjuk bagi musafir dalam menentukan posisi tujuan perjalanan.
وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
“Dan Dia ciptakan) tanda-tanda (penujuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. (Qs. Al-Nahl [16]:16)
3. Sebagai hiasan di langit dunia.
4. Untuk melempar setan-setan yang mencuri berita di langit setelah diutusnya Rasul Saw.
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (Qs. Al-Mulk [67]:5)
Selanjutnya al-Buraikan, menjelaskan, bahwa pernujuman itu dibagi dua bagian:
a. ‘Ilmun Ta`tsîrun, yaitu menjadikan keadaan bintang dan benda angkasa lainnya sebagai dasar penentuan berbagai peristiwa di bumi, baik sebagai sesuatu yang berpengaruh mutlak (pasti) maupun hanya sebagai isyarat yang menyertai peristiwa-peristiwa bumi. Jika dia percaya bahwa itu adalah faktor yang berpengaruh mutlak atas peristiwa-peristiwa bumi maka ia dinyatakan musyrik besar. Tetapi jika percaya bahwa keadaan itu merupakan isyarat yang menyertai peristiwa-peristiwa bumi, maka ia dinyatakan sebagai musyrik kecil yang bertentangan dengan kesempurnaan tauhid.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلعم: مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّزُوْمِ اقْتَبَسَ شُعْبَةٌ مِنَ السَّحْرِ زَادَ مَازَادَ. {أبو داود 3: 15, كتاب الطب, باب فى النجوم}
“Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata, telah bersabda Nabi saw: Barang siapa mengambil pancaran sinar ilmu (ramalan) dari sekumpulan bintang (menjadikannya sebagai dasar ramalan peristiwa bumi), maka sungguh ia telah mengambil pancaran sinar dari sekumpulan sihir (sama dengan melakukan sihir) ”. (Abu Dawud, III:15)
أَنَّ النَّبِيَّ قَالَ إِنَّ مِمَّا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي التَّصْدِيْقُ بِالنُّجُوْمِ وَالتَّكْذِيْبُ بِالْقَدْرِ وَحَيْفُ الأَئِمَّةِ {رواه عبد بن حميد}
“Sesungguhnya dari antara yang paling aku takuti atas ummatku membenarkan nujum mendustakan qadar dan kedzaliman para imam”.
b. علم تسيير , yaitu menjadikan bintang dan benda angkasa sebagai petunjuk arah mata angin dan letak geografis suatu negara dan semacamnya. Jenis ini dibolehkan dalam Islam.
وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
“Dan Dia ciptakan) tanda-tanda (penujuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. (Qs. Al-Nahl [16]:16)
Bersambung....
BACA JUGA:“Ghanimah” Memecah Belah: Pelajaran Ramadhan dari Perang Badar Kubro