Pemuda Proaktif Bukan Reaktif: Merespons Dinamika Kepemimpinan dengan Nilai Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Cepi Hamdan Rafiq, S.Th.I., M.Pd | Kabid. Pendidikan PP Pemuda Persis
Krisis Reaksi, Minim Solusi
Di tengah hiruk pikuk isu kepemimpinan bangsa hari ini, ruang publik kita dipenuhi reaksi spontan: saling hujat, debat kusir di media sosial, bahkan provokasi yang hanya memperkeruh suasana. Generasi muda, termasuk kader dakwah, kadang terjebak dalam pusaran reaktif ini: cepat berkomentar, tapi miskin substansi. Padahal, Islam menuntut kita bukan hanya bereaksi, tapi proaktif menghadirkan nilai.
Prinsip Qur’ani: Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Allah ﷻ menegaskan:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‘ruf dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah.” (QS. Āl ‘Imrān 3:110).
Ibn Kathīr menafsirkan ayat ini bahwa keunggulan umat Islam hanya terwujud bila tiga hal berjalan bersama: iman, amar ma’ruf, dan nahi munkar.¹ Artinya, kebaikan umat tidak lahir dari reaksi emosional, tapi dari langkah proaktif yang bernilai.
Dari Reaktif ke Proaktif
Hadis Nabi ﷺ menuntun kita:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
"Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman." (HR. Muslim, no. 49).
Imam al-Nawawī menjelaskan, hadis ini menuntut sikap tindakan nyata sesuai kapasitas: tangan bagi pemegang otoritas, lisan bagi da‘i, dan hati bagi yang tak berdaya.² Inilah proaktivitas Islami — setiap kader bertindak sesuai perannya, bukan sekadar berkomentar reaktif tanpa strategi.
Relevansi Isu Kepemimpinan
Dalam dinamika kepemimpinan bangsa, sikap proaktif berarti:
- Mengawal nilai, bukan figur. Fokus amar ma’ruf nahi munkar membuat kita terhindar dari kultus individu atau pragmatisme politik.
- Memberi solusi, bukan hanya kritik. Isu korupsi, lemahnya moral kepemimpinan, atau kebijakan publik yang bermasalah harus direspons dengan usulan solutif, bukan reaksi marah tanpa arah.
- Mendidik publik dengan narasi cerdas. Konten dakwah yang berbasis data, syariat, dan hikmah jauh lebih berpengaruh daripada ujaran viral tanpa substansi.
Strategi Pemuda Persis: Proaktif di Tengah Gejolak
- Issue Tracking. Mengidentifikasi isu kepemimpinan yang paling berdampak bagi umat (ekonomi syariah, keadilan sosial, moralitas publik).
- Rapid Response Dakwah Team. Menyediakan respons dakwah dalam 24–72 jam berbasis analisis nilai, bukan sekadar opini spontan.
- Aksi Sosial Dakwah. Membuktikan amar ma’ruf nahi munkar dengan kontribusi nyata di masyarakat, bukan hanya wacana.
Dari Gaduh ke Teduh
Pemuda Persis harus tampil sebagai generasi yang teduh di tengah gaduh, solutif di tengah ricuh. Proaktif dalam amar ma’ruf nahi munkar berarti hadir dengan gagasan, solusi, dan keteladanan. Bukan sekadar reaktif yang akhirnya larut dalam arus.
Seperti pesan Umar bin Khaththab r.a.: “Tidak ada kebaikan pada kalian jika tidak ada yang menyeru kebaikan dan mencegah keburukan; dan tidak ada kebaikan pada orang yang enggan menerima amar ma’ruf nahi munkar.”³
Hari ini, saat bangsa kita butuh kepemimpinan bermartabat, Pemuda Persis dipanggil untuk menunjukkan jati dirinya: proaktif, bukan reaktif.
Catatan Kaki
- Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, juz 2 (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999), 91.
- Yahyā ibn Sharaf al-Nawawī, Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim, juz 2 (Beirut: Dār Ihyā’ al-Turāth, 1972), 23.
- Ibn Taymiyyah, al-Ḥisbah fī al-Islām (Kairo: Maktabah al-Madani, 1983), 23.
BACA JUGA: Pemetaan Aktivitas Program Jihad Pemuda Persis: Capai 81,08% Realisasi di Tahun Ketiga