Apakah syariat menjaharkan bacaan Al-Quran dalam shalat subuh, Magrib dan Isya itu khusus ketika berjamaah? Atau boleh dilaksanakan pada keadaan munfarid juga ?
Jawaban:
Shalat wajib yang dilaksanakan Nabi Saw ada yang dijaharkan bacaan Al-Qur’annya, ada juga yang disirkan. Bacaan Jahar dan sir tidak terkait dengan pelaksanaan shalat berjama’ah atau munfarid, tetapi mengikuti bagaimana kaifiyat Rasulullah Saw dalam pelaksanaan shalat; dimana beliau menjaharkan bacaan pada shalat Magrib, Isya dan Subuh. Sedangkan Dzuhur dan Asar beliau mensirkannya. Sebagaimana diterangkan dalam hadis-hadis berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ:كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّنَا فَيَجْهَرُ وَيُخَافِتُ فَجَهَرْنَا فِيمَا جَهَرَ وَخَافَتْنَا فِيمَا خَافَتَ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ لَا صَلَاةَ إِلَّا بِقِرَاءَةٍ.
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah Saw pernah mengimami kami, beliau kadang mengeraskan dan kadang menyembunyikan bacaannya, maka kami mengeraskan sebagaimana yang beliau keraskan dan menyembunyikan sebagaimana yang beliau sembunyikan, dan aku mendengar beliau bersabda, "Tidak ada shalat kecuali dengan membaca."(HR. Ahmad)
عَنْ عَطَاءٍ قَالَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فِي كُلِّ الصَّلَاةِ يَقْرَأُ فَمَا أَسْمَعَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْمَعْنَاكُمْ وَمَا أَخْفَى مِنَّا أَخْفَيْنَا مِنْكُمْ
Dari Atha' dia berkata, Abu Hurairah berkata, "Dalam setiap shalat dia membaca, maka sesuatu yang diperdengarkan oleh Rasulullah Saw, niscaya kami memperdengarkannya kepada kalian. Dan sesuatu yang disembunyikan oleh Rasulullah, niscaya kami menyembunyikannya untuk kalian." Muttafaq ‘Alaih
Dalil-dalil bacaan Al-Qur’an pada shalat yang dijaharkan:
a. Menjaharkan bacaan Al-Qur’an pada shalat Magrib
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّهُ قَالَ:إنَّ أُمَّ الفَضْلِ سَمِعَتْهُ وَهُوَ يَقْرَأُ: وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا .فَقَالَتْ: يَا بُنيَّ، وَاللهِ لَقَدْ ذَكَّرْتَنِي بِقِرَاءَتِكَ هَذِهِ السُّوْرَةَ، إِنَّهَا لَآخِرُ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ بِهَا فِي المَغْرِبِ
Dari ibn Abbas r.a, bahwasanya ia berkata: Sesungguhnya ummul Fadhl mendengarnya membaca : Wal mursalati ‘urfa. Maka beliau berkata: Wahai anakku! Demi Allah engkau telah mengingatkan aku dengan bacaan surat ini, bahwasanya di (surat al-murasalat) benar benar surat terakhir yang aku dengar Rasulullah Saw, membacanya pada shalat Magrib. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
b. Menjaharkan bacaan Al-Qur’an pada shalat Isya
عَنِ البَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ النبيَّ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ: وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُونِ فِي العِشَاءِ، وَمَا سَمِعْتُ أَحَدًا أَحْسَنَ صَوْتًا مِنْهُ أَوْ قِرَاءَةً
Dari Al-Bara ibn ‘Azib r.a berkata: Aku mendengar Nabi Saw, membaca Wattini waz Zaitun pada waktu shalat Isya dan aku tidak mendengar seseorang yang lebih bagus suara dan bacaan dari nabi Saw. (HR. Al-Bukhari dan muslim)
c.Menjaharkan bacaan Al-Qur’an pada shalat Subuh
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ انْطَلَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ .... فَانْصَرَفَ أُولَئِكَ الَّذِينَ تَوَجَّهُوا نَحْوَ تِهَامَةَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِنَخْلَةَ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ وَهُوَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ صَلَاةَ الْفَجْرِ فَلَمَّا سَمِعُوا الْقُرْآنَ اسْتَمَعُوا لَهُ فَقَالُوا هَذَا وَاللَّهِ الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ فَهُنَالِكَ حِينَ رَجَعُوا إِلَى قَوْمِهِمْ وَقَالُوا يَا قَوْمَنَا{ إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ{ قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنْ الْجِنِّ } وَإِنَّمَا أُوحِيَ إِلَيْهِ قَوْلُ الْجِنِّ
dari 'Abdullah bin 'Abbas berkata, "Nabi Saw bersama sekelompok sahabat berangkat menuju pasar 'Ukazh……..Maka berangkatlah setan-setan yang ada di Tihamah untuk mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat Beliau yang sedang berada di pasar 'Ukazh. Saat itu beliau dan para sahabat sedang melaksanakan shalat fajar. Ketika setan-setan itu mendengar Al Qur'an, mereka menyimaknya dengan baik hingga mereka pun berkata, "Demi Allah, inilah yang menjadi penghalang antara kalian dan berita-berita langit." Dan perkataan ini pula yang disampaikan ketika mereka kembali kepada kaum mereka. Lantas mereka berkata kepada kaumnya, "Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan. (Yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami) ' (Qs. Al Jin: 1-2). Maka kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam: '(Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Qur'an)) ' (Qs. Al Jin: 1). Yakni diwahyukan kepada beliau perkataan jin." (HR. Al-Bukhari).
Dari berbagai keterangan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa sebab menjaharkan itu bukan karena berjamaah tapi karena Rasul Saw menjaharkannya pada salat tersebut baik dalam keadaan berjamaah ataupun munfarid.
Kesimpulan:
Shalat munfarid pada shalat yang bacaannya Jahar lebih utama dijaharkan.
BACA JUGA:Keutamaan Shalat di Masjidil Haram: Berlaku di Seluruh Tanah Haram?