Pentingnya Deep Reading
Pertama, membangun struktur berpikir. AI mampu menyajikan fakta dan ringkasan dengan cepat, tetapi tidak dapat membangun logika berpikir dan pemahaman sebab-akibat. Membaca secara mendalam melatih otak untuk memahami kompleksitas.
Kedua, membangun internal knowledge base.
Seseorang tidak akan mampu memberi perintah cerdas kepada AI jika tidak memiliki endapan pengetahuan. Kreativitas dan intuisi lahir dari pengetahuan yang terinternalisasi, dan membaca mendalam adalah jalannya.
Tanpa deep reading, pengetahuan yang dimiliki akan luas tetapi dangkal.
Sementara dunia berbicara tentang Agentic AI dan deep reading, sistem pendidikan di Indonesia sebagian masih berkutat pada Era Cetak. Peserta didik masih diuji dengan hafalan yang sejatinya dapat dijawab oleh AI dalam hitungan detik.
Kondisi ini berpotensi melahirkan ketimpangan kognitif. Akan ada kelompok kecil yang mampu mengendalikan AI karena kedalaman berpikirnya, dan massa besar yang hanya menjadi objek algoritma.
Evolusi ini memaksa manusia kembali pada fitrah. Kecerdasan (intelligence) menjadi murah karena mesin memilikinya tanpa batas. Yang mahal justru kesadaran (consciousness) dan kebijaksanaan (wisdom).
Mesin mampu mencari data kemiskinan, menyusun strategi pengentasan, bahkan menyalurkan bantuan secara otomatis. Namun, mesin tidak mampu merasakan pedihnya kemiskinan, tidak memiliki empati, dan tidak memiliki niat baik.
Semakin canggih teknologi, semakin manusia dituntut untuk menjadi manusiawi.
Karena itu, manusia tidak perlu takut pada era AI. Yang perlu ditakuti adalah ketika di tengah kecanggihan teknologi, hati justru membatu, ketika manusia pandai memerintah mesin, tetapi lupa caranya memanusiakan manusia.
Sementara itu, Ketua Umum PP Himi PERSIS, Ghina Ainal M., S.Pd., menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Komunikasi dan Digital atas kerja sama dan nota kesepahaman (MoU) dengan PP Himi PERSIS. Ia berharap kerja sama tersebut dapat dilanjutkan melalui berbagai program ke depan. []
BACA JUGA:Lindungi Anak-anak dalam Kekerasan Digital, PERSIS Dukung Kemkomdigi dalam Pembatasan Media Sosial