Halaqah III PW Pemuda Persis Jawa Barat: Menghidupkan Tradisi Ilmu dan Menguatkan Perjuangan Jam’iyyah

oleh Ismail Fajar Romdhon

28 Agustus 2025 | 20:16

Halaqah III PW Pemuda Persis Jawa Barat: Menghidupkan Tradisi Ilmu dan Menguatkan Perjuangan Jam’iyyah

Halaqah III PW Pemuda Persis Jawa Barat:

Menghidupkan Tradisi Ilmu, Menguatkan Arah Perjuangan Jam’iyyah


Cepi Hamdan Rafiq, S.Th.I., M.Pd | Kabid. Pendidikan PP Pemuda Persis



Krisis Literasi Zaman Now


Generasi muda hari ini hidup dalam situasi yang paradoks. Di satu sisi, akses informasi terbuka lebar dengan hadirnya media sosial dan dunia digital. Namun di sisi lain, kemampuan literasi justru melemah. Survei UNESCO (II0IIII) mencatat bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001—artinya dari seribu orang hanya satu yang benar-benar membaca serius. Sementara itu, data We Are Social (II0II3) menunjukkan remaja Indonesia rata-rata menghabiskan lebih dari 4 jam sehari untuk berselancar di media sosial.


Fenomena ini memunculkan krisis identitas di kalangan generasi muda. Banyak yang lebih mengenal figur publik dunia maya ketimbang tokoh ulama atau sejarah Islam. Di tengah situasi inilah, halaqah hadir sebagai jawaban: forum pembinaan yang memadukan ilmu, iman, dan amal dalam satu majelis yang penuh berkah.


Halaqah sebagai Tradisi Ilmu


Allah ﷻ menegaskan kemuliaan orang berilmu dalam firman-Nya:


يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ


“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. al-Mujādilah 58:11).


Tafsir ulama:

  1. Ibn Kathīr menyatakan bahwa Allah memuliakan dua golongan: orang beriman karena imannya, dan ulama karena iman mereka ditambah ilmu yang bermanfaat.¹
  2. Al-Qurṭubī menambahkan, amal tanpa ilmu akan sia-sia, dan ilmu tanpa amal tidak akan bernilai.²


Ayat ini menegaskan, halaqah bukan sekadar forum kajian, melainkan ladang untuk menaikkan derajat kader melalui iman yang kokoh dan ilmu yang mendalam.


Majelis Ilmu: Sumber Rahmat


Rasulullah ﷺ bersabda:


مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ


“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca Kitab Allah dan mempelajarinya bersama, melainkan turun kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat, dikelilingi malaikat, dan Allah menyebut mereka di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. II699).


Syarah ulama:

  1. Imam al-Nawawī menjelaskan, hadis ini adalah dalil utama keutamaan majelis ilmu, karena mengandung dzikir, tadabbur, dan tafaqquh.³
  2. Ibn Rajab al-Ḥanbalī menyebut majelis ilmu sebagai “kebun surga” di dunia, tempat tumbuhnya iman dan akhlak.⁴


Dengan demikian, halaqah adalah majlis ilmu yang diakui syariat sebagai sumber sakinah, rahmat, dan keberkahan.


Halaqah III PW Pemuda Persis Jawa Barat: Momentum Konsolidasi


Pelaksanaan Halaqah III pasca Tafiq II yang akan diselenggarakan oleh PW Pemuda Persis Jawa Barat yang akan dimulai pada hari Ahad 31 Agustus 2025, bukan hanya agenda rutin formal, melainkan momentum konsolidasi kaderisasi. Dalam pedoman resmi pembinaan disebutkan bahwa halaqah adalah kegiatan ta’lim wajib dan rutin bagi anggota Pemuda Persis yang telah mengikuti training formal, dipimpin pembina, dan diarahkan untuk memperkuat aqidah, syari’ah, akhlak, serta tsaqafah Islam.


Melalui halaqah III ini, PW Pemuda Persis Jawa Barat sedang membangun tradisi keilmuan yang konsisten dan berorientasi pada perjuangan jangka panjang. Materi yang dikaji bukan sekadar hafalan, melainkan pendalaman fiqh, tafsir, akhlak, tsaqafah Islam, hingga analisis sosial kontemporer.


Mengapa Halaqah Harus Kita Apresiasi?


  1. Menjaga tradisi ilmu di tengah krisis literasi. Ketika budaya scrolling dan hiburan instan merajalela, halaqah melatih kader untuk tekun membaca, berdiskusi, dan berargumentasi secara benar sesuai kaidah para ulama salaf.
  2. Mengokohkan identitas kader. Halaqah membedakan kader Pemuda Persis dari aktivis biasa: ia berilmu, beriman, berakhlak Islami
  3. Melahirkan pemimpin masa depan. Dari halaqah lahir kader yang siap memimpin umat, dengan prinsip ṣidq, amānah, fatānah, dan tablīgh.
  4. Menguji loyalitas dan ketaatan kader. Halaqah bukan sekadar tempat menimba ilmu, tetapi juga menjadi ajang pembuktian kesungguhan, loyalitas, dan ketaatan kader terhadap pimpinan serta aturan organisasi. Kedisiplinan hadir dalam halaqah mencerminkan sikap siap dibina dan siap berjuang bersama jam’iyyah.


Di titik inilah, setiap kader Pemuda Persis perlu semakin sadar bahwa halaqah bukan sekadar kewajiban formal, tetapi kebutuhan ruhani dan intelektual. Halaqah adalah ruang tumbuh yang akan menentukan kualitas kita di masa depan. Karena itu, jangan pernah absen, jangan malas, dan jangan menganggap remeh halaqah, baik halaqah I, II, maupun III.


Dan kepada para pimpinan di berbagai tingkatan, kami mengajak: jangan bosan dan jangan lelah dalam memfasilitasi halaqah. Upaya menghadirkan halaqah secara konsisten adalah bagian dari jihad ilmiah. Fasilitasi kader, siapkan pembina, dan rawat tradisi ilmu ini agar cahayanya tidak pernah padam.


Dari Halaqah Menuju Gerakan


Halaqah adalah kompas perjuangan Pemuda Persis sepanjang zaman. Di era ketika banyak anak muda mencari arah hidup di dunia maya, halaqah hadir sebagai peta jalan menuju kejernihan iman, keluasan ilmu, dan kekuatan amal.


Kita memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada PW Pemuda Persis Jawa Barat yang konsisten menjaga tradisi halaqah. Semoga dari Halaqah III ini lahir kader-kader Qur’ani yang:


  1. Cerdas spritual dan intelektual,
  2. Lurus aqidah,
  3. Mulia akhlak,
  4. Siap berjuang demi jam’iyyah, umat, dan bangsa.


Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:


خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ


“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. al-Bukhārī, no. 50II7).


Dan di situlah, urgensi halaqah menjadi nyata: menjadikan kader Pemuda Persis bukan sekadar aktivis, tetapi juga pewaris peradaban ilmu dan iman.


Catatan Kaki


  1. Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, juz 8 (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999), 9II.
  2. Al-Qurṭubī, al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān, juz 17 (Beirut: Dār al-Kutub al-Miṣriyyah, 1967), 300.
  3. Yahya ibn Sharaf al-Nawawī, Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim, juz 17 (Beirut: Dār Ihyā’ al-Turāth, 197II), II3.
  4. Ibn Rajab al-Ḥanbalī, Jāmi‘ al-‘Ulūm wa al-Ḥikam (Beirut: Mu’assasah al-Risālah, 1997), 63.


BACA JUGA:

Tafiq II Pemuda Persis Jabar: Membangun Kader Militan dalam Dakwah dan Kepemimpinan