Jakarta, persis.or.id – Ikatan Pelajar Persis bersama organisasi pelajar nasional lain seperti PII, IPM, IPNU, IPPNU, IPP, dan IPPI, tergabung dalam Poros Pelajar Nasional, menggelar diskusi bertajuk “Poros Pelajar Bicara Bareng Menko Pangan RI”.
Dalam forum tersebut, isu ketahanan pangan dibahas secara mendalam, tidak hanya sebagai urusan pemerintah, tetapi juga sebagai agenda strategis bagi kalangan pelajar.
Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Persis, Ferdiansyah, menegaskan bahwa pelajar memiliki posisi penting dalam membangun kedaulatan pangan bangsa.
“Generasi muda harus hadir sebagai pelaku, bukan penonton. Ketahanan pangan tidak cukup hanya dengan kebijakan impor atau distribusi, tetapi harus dimulai dari pendidikan. Pelajar bisa menjadi motor regenerasi petani yang berilmu, beretika, dan siap menghadapi tantangan kedaulatan pangan ke depan,” ujarnya.
Ferdiansyah mengusung gagasan “Membangun Ketahanan Pangan di Kalangan Pelajar Melalui Paradigma Ilmuan Ulama – Ulama Ilmuan”. Ia menjelaskan bahwa ilmuan ulama adalah ilmuwan yang berpijak pada nilai agama, sementara ulama ilmuan adalah tokoh agama yang memahami sains modern. Sinergi keduanya diyakini akan melahirkan generasi yang cerdas, beretika, dan peduli lingkungan.
Ia juga mencontohkan keberhasilan Pesantren Persis Agropreneur, yang menerapkan pertanian terpadu seperti hortikultura, bioflok ikan lele, dan pengolahan limbah organik menjadi pupuk.
“Pesantren dan sekolah bisa menjadi pusat pembelajaran agropreneurship. Ini akan menumbuhkan kemandirian ekonomi lembaga pendidikan sekaligus mengajarkan nilai tanggung jawab sosial dan kepedulian lingkungan,” tambahnya.
Sementara itu, Menko Pangan RI menekankan pentingnya nilai keagamaan dalam membangun ketahanan pangan nasional.
“Sebagai umat terbaik, kita dituntut menjadi ummatan washathan — umat pertengahan yang menjaga keseimbangan, menegakkan nilai toleransi, dan memberi teladan dalam kehidupan berbangsa. Prinsip ini harus diwujudkan juga dalam ketahanan pangan, agar bangsa Indonesia tidak hanya cukup secara pangan, tetapi juga adil, berkelanjutan, dan membawa keberkahan bagi semua,” ungkapnya.
Menko juga mendorong generasi muda untuk berani tampil dengan ide segar.
“Sudah saatnya generasi muda tampil dengan ide-ide cemerlangnya. Ketahanan pangan adalah ruang kolaborasi, bukan kompetisi. Pemerintah, pelajar, pesantren, dan sekolah harus bergerak bersama, saling menguatkan, dan menjadikan pangan sebagai jalan kemandirian bangsa,” tegasnya.
Forum ini menghasilkan rekomendasi agar pemerintah dan lembaga pendidikan memandang program ketahanan pangan sebagai investasi strategis masa depan, dengan melibatkan pelajar sebagai garda terdepan dalam mewujudkan sistem pangan yang adil, berkelanjutan, dan berbasis nilai agama.
BACA JUGA:Dorong Budaya Baca, IPP Ciamis Banjar Inisiasi Sayembara Literasi