Mengungkap Sesat Pikir dalam Penyembahan Berhala: Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim

oleh Ahmad Zuhdi

19 Maret 2025 | 10:22

Mengungkap Sesat Pikir dalam Penyembahan Berhala: Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim

SESAT PIKIR 

KARENA BENDA YANG DIUKIR

Oleh: Ustaz Uus Muhammad Ruhiat



Nabi Ibrahim mempertanyakan kepada kaumnya yang gemar mengukir suatu benda menjadikan berhala sebagai sembahan, bahkan beliau tidak segan-segan menanyakan hal tersebut kepada ayahnya, sebagai suatu sindiran dan perolokan.Demikian diceritakan dalam Al Quran mengenai kisah Ibrahim dan kaumnya, sehingga cerita ini mesti dijadikan ibrah dan pelajaran bagi kaum yang mempunyai pikiran.


Sebagaimana dimaklumi bahwa Ibrahim adalah nenek moyang bangsa Arab. Mereka mengakui kedudukan beliau dalam silsilah keturunan dan sejarah bangsanya. Orang-orang Arab selalu menempatkan kedudukannya dan keberadaannya dalam posisi yang tepat dalam memuliakan dan menghormati nenek moyang mereka.Demikian juga orang-orang Yahudi dan Nasrani senantiasa mengagungkan Ibrahim, karena ayah dan kakek mereka adalah keturunan Ibrahim Alaihissalam.


Dalam surat al An’am ayat 74 dikisahkan bahwa Ibrahim mempertanyakan kepada ayahandanya dengan kalimat sebagai berikut,


   وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (74)  


( Ingatlah ) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar, ‘ Patutkah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai Tuhan ? Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata.”


Dalam surat ash-Shaffat dipertanyakan dengan kalimat “Patutkah kalian menyembah sesuatu yang kamu ukir sendiri” ? padahal Allah telah menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan?.


Ashnam dan Autsan

Pada ayat di atas terdapat kalimat Ashnam yaitu bentuk jamak dari Shanamun yang artinya berhala.Adapun berhala dalam al Quran bukan hanya Ashnam akan tetapi dikatakan juga dengan kalimat Autsan bentuk jamak dari kata Watsan, sebagaimana ayat berikut,


وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ العنكبوت (25)


Dia berkata” Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian embah selain Allah adalah untuk menciptakan rasa kasiha sayang di antara kalian dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat nanti sebagian dari kalian membenci sebagian yang lain dan sebagian kalian mengutuk sebagian yang lain, dan tempat kembali kalian adalah neraka sama sekali kalian tidak memiliki penolong-penolong.”


Al-Ragib al-Asfahani dalam kitab al Mufradat fi garib al-Quran mendefinisikan tentang Al-shnam  adalah 


الصنم جُثَّةٌ مُتَّخَذَةٌ مِنْ فِضَّةٍ اَوْ نُحَاسٍ اَوْ خَشَبٍ كَانُوْا يَعْبُدُوْنَهَا مُتَقَرِّبِيْنَ بِهِ اِلَى اللهِ تعَالَى.قَالَ بَعْضُ الْحُكَماءِ كُلُّ مَا عُبِدَ مِنْ دُوْنِ الله بَلْ كُلُّ مَا يُشْغِلُ عَنِ الله تَعالى المفردات في غيب القران 290


Jasad yang terbuat dari perak, tembaga, atau kayu yang mereka menyembahnya sebagai mendekatkan diri melalui hal itu kepada Allah Ta’ala. Sebagian Hukama mendefinisikan “ Setiap apa yang disembah selain Allah, bahkan setiap perkara yang melalaikan ( melupakan ) Allah SWT. Al Mufradat fi garib al Quran hal 290.


الوثن وهو حجارة كانت تعبد المفردات في غريب القران 527


Al-watsan adalah batu yang disembah al Mufradat fi garib al Quran 527


Dengan definisi di atas jelaslah bahwa watsan adalah benda yang berupa batu yang dijadikan sembahan, bisa jadi batu tersebut dibentuk sebagai arca atau patung yang dijadikan sembahan atau tidak dibentuk sama sekali, yang pasti batu tersebut yang dijadikan sembahan.Adapun Shanam dapat berupa benda seperti patung yang terbuat dari logam atau kayu yang dijadikan sembahan atau berhala, dan dapat pula didefinisikan berupa apa pun yang disembah selain Allah, bahkan sesuatu yang dapat melalaikan atau melupakan kepada Allah, bisa jadi berupa hobi, permainan, pekerjaan, dan lain sebagainya, selama hal tersebut dapat melalaikan dan melupakan kepada Allah SWT, maka hal tersebut dapat disebut shanam. 


Patung, gambar / lukisan Dan Persolannya


Terdapat keterangan yang cukup banyak yang menjelaskan mengenai gambar atau lukisan dan juga patung, mengingat pada masa Jahiliyyah bangsa Arab adalah penyembah berhala.Mereka menganggap berhala-berhala mereka dan malaikat itu sebagai anak-anak perempuan Allah sebagaimana diungkapkan al-Quran sebagai berikut,


  إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ لَيُسَمُّونَ الْمَلَائِكَةَ تَسْمِيَةَ الْأُنْثَى النجم (27)


Sesungguhnya orang-orang yang tidak percaya kepada akhirat menamakan malaikat itu dengan nama perempuan”. Q.s al Najm : 27


Segolongan dari orang-orang musyrik Arab mempunyai berhala yang mereka namakan juga dengan nama-nama perempuan yaitu al-Lata, al-Uzza, dan Manat.Segolongan juga mengatakan berhala-berhala tersebut dan malaikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Allah, sedangkan mereka sendiri tidak suka kepada anak-anak perempuan, bahkan mereka membunuhnya.Berhala-berhala tersebut tidak lain hanyalah nama-nama rekaan mereka dan nenek moyangnya.Dalam hal tersebut, orang-orang musyrik mengikuti hawa nafsu mereka, padahal Allah SWT telah menurunkan petunjuk melalui perantaraan Nabi Muhammad SAW, tapi mereka tidak mau mengikutinya.


Ketiga berhala itu diabadikan Allah SWT dalam al-Quran surat an-Najm, karena bangsa Arab sebelum Islam memang termasuk masyarakat pagan, penyembah berhala dan politheis ( memiliki banyak Tuhan ).Mereka memiliki ratusan berhala untuk dipuja puji.Adapun yang paling populer di kalangan mereka adalah Latta, Uzza dan Manat, sebagaimana firman Allah SWT berikut,


أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى (19) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى (20) أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنْثَى (21) تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (22) إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى (23) النجم


Tidakkah kalian pikirkan al-Lata, al-Uzza, dan Manat yang ketiga yang rendah itu ? Apakah patut bagi kalian lelaki dan bagi-Nya perempuan ? Yang demikian, kalau begitu, adalah satu pembagian yang tidak adil? Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kalian dan bapak-bapak kalian sebut,Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang itu semua.Mereka hanya mengikuti sngkaan dan mengikuti apa yang diinginkan oleh hawa nafsu mereka, padahal sesungguhnya petunjuk dari Tuhan mereka telah datang kepada mereka”. Q.s al Najm 19-23 


Dalam kitab al Tafsir al Munir fi al aqidah wa al syari’ah wa al manhaj, DR Wahbah al Zuhaili menerangkan bahwa al Uzza adalah berhala yang diagungkan di Nakhlah antara Mekah dan Thaif bagi suku Ghathfan, diagungkan pula oleh bangsa Quraisy, sementara Manat berhala yang disembah di Qudaid antara Mekah dan Madinah.Adapun al Lata asalnya adalah patung seorang laki-laki yang membuat adonan roti yang dibagikan kepada jamaah haji secara gratis, ketika ia meninggal orang-orang mulai mengenang kebaikannya dan beri’tikaf di kuburannya, lalu mereka menyembahnya. Setelah Islam datang semua berhala dihancurkan dan dibinasakan, sehingga aqidah tauhid menyebar di masyarakat bangsa Arab ketika itu berkat diutusnya Nabi SAW di kota ribuan berhala tersebut.


Larangan Keras Gambar/Patung yang Disembah


Ketika mereka terbebas dari masa yang menjadikan berhala sebagai satu sembahan, lalu Rasulullah SAW menghadapi persoalan berkaitan dengan gambar/lukisan, dan patung.Sebagian ulama memandang bahwa bangsa Arab lepas dari sembahan yang biasa mereka lakukan, wajar apabila Rasulullah SAW keras dan tegas menghadapi para pelukis dan para pembuat patung sebagaimana sabdanya. Pertama“ Orang yang paling berat siksaannya di sisi Allah ialah tukang-tukang bikin Shurah ( penggambar /pelukis/pengukir/pemahat ) “ H.r al Bukhari. Kedua ” Sesungguhnya orang-orang yang membikin shurah-shurah ( gambar/lukisan ) ini akan disiksa pada hari kiamat lalu dikatakan kepada mereka Hidupkanlah apa yang kalian jadikan.” H.r al Bukhari. Ketiga “ Allah berfirman dalam hadits Qudsi “ Bukankah tidak ada orang yang lebih zalim dari pada orang yang hendak membikin sesuatu seperti bikinan-Ku cobalah mereka membikin sebiji gandum, cobalah mereka membikin seekor semut “. H.r al Bukhari.


Rumah-rumah yang di dalamnya terdapat shurah yaitu berupa gambar, lukisan atau patung, maka malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah tersebut sebagaimana yang Rasulullah sabdakan,” Sesungguhnya rumah yang ada padanya shurah / gambar/lukisan/ patung itu tidak dimasuki oleh malaikat “ H.r al Bukhari. Dengan keterangan-keterangan di atas wajar apabila para ulama menghukumi haram terhadap gambar, lukisan dan patung yang dipajang di rumah.Apabila gambar, lukisan, dan patung dihukumi haram sudah barang tentu pembikinnya pun hukumnya sama.


Rasulullah SAW menyatakan bahwa orang yang membuat patung orang-orang yang saleh, lalu dijadikan sembahan dan disimpan di tempat-tempat yang dibangun secara khusus untuk itu, maka mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk di sisi Allah SWT.sebagaimana hadits berikut, 


عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ وَأُمَّ سَلَمَةَ ذَكَرَتَا كَنِيسَةً رَأَيْنَهَا بِالْحَبَشَةِ فِيهَا تَصَاوِيرُ فَذَكَرَتَا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ أُولَئِكَ إِذَا كَانَ فِيهِمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ فَأُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رواه البخاري


Dari 'Aisyah Ummul Mukminin, bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa mereka melihat gereja di Habasyah yang didalamnya terdapat gambar. Maka beliau pun bersabda: "Sesungguhnya jika orang shalih dari mereka meninggal, maka mereka mendirikan masjid di atas kuburannya dan membuat patungnya di sana. Maka mereka itulah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah pada hari kiyamat." H.r al Bukhari


Hal itu tidak jauh berbeda dengan kronologi berhala yang ada pada zaman Nabi Nuh A.S yang diceriterakan Ibnu Abas, yaitu bahwa antara Adam dan Nuh terdapat orang-orang saleh bernama Wadd, Suwa’a, Yaguts, Ya’uq, dan Nasr.Mereka adalah orang-orang yang saleh, setelah mereka wafat, syetan membisikkan agar dibikinkan patung untuk mengenang kesalehannya itu, kemudian dibikinnya patung-patung sesuai dengan nama orang-orangnya, lalu lama-kelamaan mereka mengkultuskannya dan menyembahnya, sehingga ketika Allah SWT mengutus Nuh A.S agar kembali menyembah Allah, mereka mengatakan sebagaimana dicantumkan al Quran surat Nuh ayat 23 yang berbunyi, “ Mereka berkata,Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan Tuhan-tuhan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan Wadd, Suwa’,Yaguts, Ya’uq, dan Nasr.” Semula mereka membikin sekedar gambar, lukisan atau patung, kemudian seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan generasi maka jadilah berhala.


Apabila sudah mendarah daging dan sudah menjadi keyakinan sulit sekali mengembalikan kepada keadaan semula, karena sudah turun temurun dan sudah menjadi tradisi, sehingga proses merubah keyakinan mereka dilakukan Nuh dengan berbagai cara dalam mendakwahinya tanpa mengenal lelah, baik siang maupun malam, secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, baik dengan bahasa yang lembut maupun dengan bahasa yang keras, Tetapi mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali dari kalangan yang lemah bahkan dianggap rendah dan hina pihak lain, Lihat Q.s Hud 27.


Gambar/Lukisan/Patung yang Tidak Disembah


Perihal gambar/lukisan yang dipajang di tirai dan kain yang digunakan untuk membungkus bantal, ada beberapa keterangan yang menunjukkan kebolehannya, sehingga para ulama memberi pandangan selama gambar dan lukisan itu tidak untuk dijadikan sembahan dan tidak ada kekhawatiran lukisan itu disembah orang, maka hukumnya mubah, sebagaimana keterangan berikut,


عَنْ أَبِي طَلْحَةَ صَاحِبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَا تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ قَالَ بُسْرٌ ثُمَّ اشْتَكَى زَيْدٌ بَعْدُ فَعُدْنَاهُ فَإِذَا عَلَى بَابِهِ سِتْرٌ فِيهِ صُورَةٌ قَالَ فَقُلْتُ لِعُبَيْدِ اللَّهِ الْخَوْلَانِيِّ رَبِيبِ مَيْمُونَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَمْ يُخْبِرْنَا زَيْدٌ عَنْ الصُّوَرِ يَوْمَ الْأَوَّلِ فَقَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ أَلَمْ تَسْمَعْهُ حِينَ قَالَ إِلَّا رَقْمًا فِي ثَوْبٍ رواه مسلم


Dari Abu Thalhah sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dia berkata; Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Sesungguhnya para malaikat tidak akan masuk sebuah rumah yang di dalamnya ada gambar." Busr berkata; pada suatu hari setelah itu Zaid sakit, lalu kami menjenguknya tiba-tiba kami melihat di depan pintunya ada tirai yang bergambar. Busr bertanya kepada Ubaidullah Al Khaulani anak tiri Maimunah istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; 'Bukankah Zaid dulu pernah mengabarkan kepada kita tentang masalah gambar? Ubaidullah balik bertanya; 'Apakah kamu tidak mendengarnya ketika dia mengatakan; 'Kecuali garis atau tulisan pada kain?.' H.r Muslim


عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا نَصَبَتْ سِتْرًا فِيهِ تَصَاوِيرُ فَدَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَعَهُ قَالَتْ فَقَطَعْتُهُ وِسَادَتَيْنِ رواه مسلم


Dari Aisyah istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, suatu ketika membentangkan tirai yang bergambar. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk dan beliau mencabutnya. Aisyah berkata; 'Maka aku potong tirai tersebut untuk di jadikan dua bantal. H.r Muslim


Demikian juga patung atau boneka yang digunakan untuk bermain anak, sehingga tidak ada kekhawatiran untuk dijadikan sembahan, para ulama menghukumi mubah, sebab terdapat keterangan sebagai berikut,


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كُنْتُ أَلْعَبُ بِالْبَنَاتِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ لِي صَوَاحِبُ يَلْعَبْنَ مَعِي فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ يَتَقَمَّعْنَ مِنْهُ فَيُسَرِّبُهُنَّ إِلَيَّ فَيَلْعَبْنَ مَعِي رواه البخاري


Dari Aisyah r.a Ia berkata Saya biasa bermain boneka ( anak-anak patung ) di samping Nabi SAW dan saya mempunyai teman-teman yang bermain bersamaku, lalu ketika Rasulullah SAW apabila masuk mereka bersembunyi dari beliau lalu mempersilahkan menemuiku kemudian mereka bermain bersamaku.” H.r al Buhkari.


Dengan keterangan-keterangan di atas jelaslah bahwa, Rasulullah SAW demikian keras melarang shurah atau gambar/ lukisan/patung yang biasa dijadikan sembahan, demikian juga gambar/lukisan atau patung yang dikhawatirkan dijadikan sembahan serta ada potensi ke arah itu, karena masyarakat pada waktu itu baru sembuh dari paganisme yang demikian mendarah daging.Penggambar, pelukis, dan pengukir patung serta penggagasnya pun akan dihukumi sama, mengingat tidak akan ada gambar, lukisan dan patung apabila tidak ada yang melukis, dan yang membikin patungnya.


Penggagas, pelukis, pemahat, dan pengukir suatu ukiran patung yang biasa disembah dan dijadikan berhala, tentu harus mempertanggungjawabkan kepada Allah atas perbuatannya, demikian juga penggagas, pelukis, pengukir dan pemahat patung yang berpotensi untuk dijadikan berhala, sehingga menyebabkan orang menjadikannya sebagai berhala yang disembah di kemudian hari, harus dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya pula di hadapan Allah SWT, sebab merekalah yang memulai. Seorang bijak mengatakan jika anda tidak dapat merubah kemunkaran, maka anda jangan menambah jumlah pelakunya. 


Benda yang diukir sendiri lalu dijadikan sebagai sembahan atau berhala, berarti ia telah menciptakan Tuhan melalui tangannya dan imajinasinya, sehingga ia dapat dikategorikan kepada seorang yang menyembah Tuhan buatan.Bukankah ini sebuah kesesatan, mengingat Tuhanlah yang menciptakan manusia, akan tetapi penyembah berhala itu justru sebaliknya, manusialah yang menciptakan Tuhan.


Orang-orang musyrik memang tidak menganggap berhala itu sebagai Tuhan, akan tetapi berhala-berhala itu dijadikan sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana dinyatakan dalam al-Quran sebagai berikut


أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (3) الزمر


“ Sungguh kepunyaan Allah-lah agama yang bersih, tetapi orang-orang yang menganggap Dia beberapa tuhan ( berkata ) ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya’ Sesungguhnya Allah akan memutuskan diantara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada seorang pendusta yang sangat kufur”. Q s. al-Zumar : 3


 Mereka berdalih bahwa berhala itulah yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah sedekat-dekatnya, padahal Allah itu lebih dekat dari urat leher, sehingga tidak memerlukan perantara.Sungguh keliru pola pikir orang-orang yang menyekutukan Allah SWT, hanya karena benda yang dipahat mereka jadi tersesat, dan hanya karena benda yang diukir pikir mereka jadi tergelincir. Wallahu a’lam.

BACA JUGA:

Berhala dalam Sejarah: Asal-Usul, Kepercayaan, dan Pandangan Islam

Reporter: Ahmad Zuhdi Editor: Ismail Fajar Romdhon