RAGAM PERHATIAN MANUSIA TERHADAP SHALAT
Oleh: A. Zakaria
1.Orang yang meninggalkan shalat;
مَا سَلَكَكُمْ فِى سَقَرَ ٤٢ قَالُوا۟ لَمْ نَكُ مِنَ ٱلْمُصَلِّينَ ٤٣ وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ ٱلْمِسْكِينَ ٤٤
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?. Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.” (Q.S. al-Mudatstsir: 42-44)
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ؛ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ اَلصَّلَاةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ. -رواه أحمد-
Dari Buraidah, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Ikatan antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkannya berarti kafir.” (H.R. Ahmad)
2.Orang yang menyia-nyiakan shalat;
۞ فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلشَّهَوَٰتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ٥٩
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Q.S. Maryam: 59)
3.Orang yang melakukan shalat dengan malas;
وَمَا مَنَعَهُمْ أَن تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَـٰتُهُمْ إِلَّآ أَنَّهُمْ كَفَرُوا۟ بِٱللَّهِ وَبِرَسُولِهِۦ وَلَا يَأْتُونَ ٱلصَّلَوٰةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَىٰ وَلَا يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَـٰرِهُونَ ٥٤
“…dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menaf-kahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (Q.S. al-Taubat: 54)
إِنَّ ٱلْمُنَـٰفِقِينَ يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَـٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًۭا ١٤٢
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. al-Nisa: 142)
4.Orang yang lupa dari shalatnya;
فَوَيْلٌۭ لِّلْمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ٥ ٱلَّذِينَ هُمْ يُرَآءُونَ ٦ وَيَمْنَعُونَ ٱلْمَاعُونَ ٧
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. orang-orang yang berbuat riya. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (Q.S. al-Mâ’ûn: 4-7)
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: هُوَ اَلْمُصَلِّى الَّذِى إِنْ صَلَّى لَمْ يَرْجُ لَهَا ثَوَابًا وَإِنْ تَرَكَهَا لَمْ يَخْشَ عَلَيْهَا عِقَابًا.
Ibnu ‘Abbas berkata: “Ialah seseorang yang jika ia shalat ia tidak mengharapkan pahala dan jika ia meninggalkan ia tidak takut dapat siksaan.”
5.Orang yang memelihara shalatnya;
وَٱلَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمْ يُحَافِظُونَ ٩ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْوَٰرِثُونَ ١٠ ٱلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَـٰلِدُونَ ١١
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan me-warisi. (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. al-Mu’minûn: 9-11)
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُوْرًا وَلَا بُرْهَانًا وَلَا نَجَاةً وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيَّ بْنَ خَلَفِ. -رواه أحمد وإسناده جيد، فقه السنة؛ 93:1-
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang memperhatikan shalat, maka dia pasti memiliki cahaya, alasan/pembuktian dan keselamatan di hari kiamat, dan barangsiapa yang tidak mem-perhatikan shalat, maka ia tidak akan memiliki cahaya, alasan dan keselamatan, dan di hari kiamat ia akan bersama Qârûn, Fir’aun, Hâman, dan Ubay bin Khalaf.” (H.R. Ahmad, sanadnya shahîh, Fiqh al-Sunnah, 1: 93)
قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: إِنَّ أَهَمَّ أُمُوْرِكُمْ عِنْدِى اَلصَّلَاةُ، مَنْ حَفِظَهَا وَحَافَظَ عَلَيْهَا حَفِظَ دِيْنَهُ، وَمَنْ ضَيَّعَهَا فَهُوَ لِمَا سِوَاهَا أَضْيَعُ. -القرطبي، 164:1-
‘Umar bin al-Khaththab berkata: “Sesungguhnya urusan kamu yang terpenting menurutku adalah shalat, barangsiapa yang memperhatikannya, maka ia berarti telah memperhatikan agamanya, dan barangsiapa yang menyia-nyiakan shalat, maka dia akan lebih menyia-nyiakan kepada yang lainnya.” (al-Qurthubi, 1: 164)
6.Orang yang khusyu’ dalam shalatnya;
قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ ١ ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَـٰشِعُونَ ٢
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusyû’ dalam shalatnya.” (Q.S. al-Mu’minûn: 1-2)
اَلْخُشُوْعُ هُوَ اَلتَّذَلُّلُ وَالتَّوَاضُعُ لِلَّهِ بِالْقَلْبِ وَالْجَوَارِحِ.
“Khusyu’ adalah merasa hina dan merendah diri kepada Allah dengan hati dan anggota badannya.”
وَقَالَابْنُ الْقَيِّمِ:جِمَاعُ الْخُشُوْعِهُوَ اَلتَّذَلُّلُلِلآمِرِ وَالْاِسْتِسْلَامُ لِلْحُكْمِ وَالْاِنْصِيَاعُ لِلْحَقِّ فَيَتَلَقَّى الْأَمْرُ بِقَبُوْلٍ وَانْقِيَادٍ وَيَسْتَسْلِمُ لِلْحُكْمِ بِلَا مُعَارَضَةٍ وَلَا رَأْيٍ وَيَتَّضَعُ قَلْبُهُ وَيَتَكَسَّرَ لِنَظْرِ الرَّبِّ إِلَى قَلْبِهِ وَجَوَارِحِهِ. -توضيح الأحكام، 91:2-
Menurut Ibnu al-Qayyim: “Khusyû’ itu ialah merasa rendah hati kepada Allah yang me-merintah dan sadar melaksanakan hukum Allah, kembali kepada haq dan kebenaran, maka ia menerima perintah dengan penuh ketaatan dan kesadaran dan berserah diri kepada aturan Allah tanpa ada penentangan dan banyak alasan, hatinya merendah dan melebur karena ia sadar Allah melihat hatinya dan gerakan anggota badannya.” (Taudhîh al-Ahkâm, 2: 91)
ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَـٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ ٤٦
“(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali ke-pada-Nya.” (Q.S. al-Baqarah: 46)
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang khusyû’ itu adalah:
- Orang yang merendah hati kepada Allah, baik hatinya, suaranya, atau gerakan anggota badannya.
- Sadar untuk melaksanakan aturan dan ketentuan Allah.
- Menerima sepenuh hati dalam melaksanakan perintah-Nya.
- Merasakan kehadiran Allah dalam melaksanakan pengabdiannya.
- Mereka yakin akan menghadap rabb-Nya dan hanya kepada-Nya akan kembali.
Untuk dapat melaksanakan khusyû dalam shalat, ada bebe-rapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya:
- Menyadari bahwa dirinya sedang mengabdi kepada Allah dan berada di hadapan-Nya.
- Menghayati dan meresapi do’a atau bacaan yang dibaca dalam shalat.
- Penuh harap untuk dapat diterima ibadahnya.
- Melaksanakan ibadah sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
- Melaksanakan gerakan-gerakan shalat dengan penuh thuma’ninah.
- Menghindari dari hal-hal yang akan mengganggu konsentrasinya dalam shalat.
- Tidak menoleh ke kanan, kiri atau ke atas tetapi fokus ke tempat sujud.
Itulah di antara kiat-kiat agar dapat melaksanakan shalat dengan khusyû’. Di samping itu juga, ada yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Khusyû’ untuk shalat yaitu penuh perhatian terhadap shalat dengan melaksanakan shalat di awal waktunya.
- Khusyû’ dalam shalat yaitu khusyû’ di saat melaksanakan shalat.
- Khusyû’ dari shalat yaitu memelihara ruh dan pengaruh shalat dalam kehidupan keseharian.
7.Nilai shalat;
Nilai dari shalat itu beragam, tergantung perhatiannya masing-masing. Dalam suatu hadîts dinyatakan:
لَيْسَ لِلْعَبْدِ مِنْ صَلَاتِهِ إِلَّا مَا عَقَلَ مِنْهَا، وَإِنَّ الْمُصَلِّى قَدْ يُصَلِّي الصَّلَاةَ فَلَا يُكْتَبُ لَهُ مِنْهَا إِلَّا سُدُسُهَا وَإِلَّا عُشْرُهَا. -رواه أحمد-
“Tidak ada nilai seorang hamba dari shalatnya kecuali apa yang ia sadari dari shalatnya, dan orang yang shalat melakukan shalat tetapi tidak dicatat dari shalatnya kecuali hanya seperenamnya atau sepersepuluhnya.” (H.R. Ahmad)
Hadîts ini menunjukkan bahwa nilai dari shalat itu beragam, mungkin ada yang bernilai satu, dua, tiga atau ada juga bernilai tujuh, delapan atau sembilan. Semua itu tergantung perhatian dan penghayatan seseorang terhadap shalatnya. Oleh karena itu, persiap-kanlah untuk melak-sanakan shalat itu dengan persiapan yang maksimal.
BACA JUGA:Menjaharkan Bacaan Shalat Jahriyah pada Waktu Shalat Munfarid