Tasmi’ Al-Qur’an 17 Juz, Malik Bertekad Bahagiakan Orang Tua

oleh Reporter

30 November 2021 | 01:11

[Arsip - 24/09/21]

Bandung, persis.or.id - Malik Fauzi Wildanul Sani (14), santri kelas 9 Tsanawiyyah di MTs. Pesantren Persatuan Islam (PPI) 110 Manba'ul Huda (MH) Bandung, telah menyetorkan hafalan atau Tasmi’ Al-Qur’an 17 juz. Kegiatan Tasmi' ini dilaksanakan secara daring melalui kanal youtube Manba'ul Huda pada Kamis (23/9/2021).

Mudir (kepala sekolah) MTs PPI 110 Manba’ul Huda Rofik Husen menjelaskan bahwa selama masa pandemi yang dimulai sejak pertengahan semester II tahun 2020, Malik tetap rajin menyetorkan hafalannya secara daring kepada Lembaga Tahfiz.

Alhamdulillah, sampai saat ini ananda Malik sudah menghafal Al-Qur'an sebanyak 19 juz, yaitu juz 1—1 7, dan juz 29—30,” kata Rofik kepada persis.or.id.

Tasmi' Al-Quran merupakan salah satu syarat kelulusan di Manba'ul Huda.

“Bukan harus hafal 30 juz, melainkan cukup dengan 3 juz serta hafal 60 hadis,” ucap Rofik.

Syarat tersebut bertujuan menyesuaikan dengan visi misi Pesantren PERSIS, yaitu menghasilkan lulusan yang tafaqquh fid diin.

“Salah satu indikator tafaqquh adalah hafal Al-Qur'an dan Hadis,” tuturnya melanjutkan.

Meskipun demikian, Malik telah melampaui batas minimal hafalah Al-Qur'an. Rofik lebih lajut menilai, Malik memang beda dibandingkan dengan santri lainnya. Ia sangat tekun dalam menghafal Al-Qur’an.

“Semoga ini bisa menjadi motivasi untuk santri-santri yang lainnya,” pungkas Rofik Husen.

Sementara itu, Malik menceritakan awal mula mulai menghafal Al-Qur’an. Ia mulai menghafal ketika duduk dibangku kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah di pesantren yang sama. Ketika itu belum banyak hafalan juznya.

“Tetapi mulai serius menghafal Al-Qur’an mulai Juli 2020,” ucap Malik

Metode yang ia gunakan adalah setoran setiap setelah shalat Subuh antara setengah atau satu halaman, setelah shalat Zuhur atau Asar, lalu Magribnya disambung dengan muraja'ah.

“Mengulang-ulang ini setiap hari, begitu saja setiap hari,” imbuhnya.

Dengan jujur ia mengatakan bahwa kendala yang paling berat ketika menghafal adalah smart phone/HP.

Menurut Malik, orang tuanya pun sangat membantunya dalam menghafal Al-Qur’an. Ia baru boleh pegang HP lagi ketika sudah setoran dan murajaah.

“Motivasi menghafal Al-Qur’an tidak lain hanya untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Semoga dengan bacaan Al-Qur'an dapat menghapus dosa kedua orang tuanya,” tutup Malik dengan doa.

(dh)

Reporter: Reporter Editor: admin