Garut, persis.or.id - Bidang Tarbiyah (Pendidikan – red) Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS), telah menyelenggarakan Lokakarya Pendidikan PERSIS yang digelar pada Sabtu-Ahad (05-06/08/2023) kemarin.
Bertempat di Aula Syihabudin Pesantren PERSIS Tarogong, Garut, Ketua Bidang Tarbiyyah PP PERSIS Ustaz Tiar Anwar Bachtiar, menjelaskan bahwa Lokakarya Pendidikan PERSIS ini dilakukan sebagai bentuk kajian evaluatif.
“Hasil dari Lokakarya adalah untuk memetakan kualitas output dan outcome lembaga pendidikan PERSIS kontemporer, dan rancangan strategis untuk pengembangan di masa depan, serta hubungan penyesuaian dengan kebijakan pemerintah,” kata Ustaz Tiar dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (05/08/2023).
Ustaz Tiar menyebutkan, dalam kegiatan Lokakarya Bidang Tarbiyah PP PERSIS ini terdapat delapan poin penting yang telah dikaji bersama.
Pertama yakni pembahasan mengenai Pedoman Tarbiyah 2022-2027, yang disambung dengan pembahasan kedua mengenai kebijakan NPYP atau ketentuan yayasan pendidikan oleh Kemendikbudristek RI.
Ketiga adalah arah kebijakan Bidang Tarbiyah terkait NPYP, yang keempat arah kebijakan pendidikan pesantren berbasis UU No. 18 tahun 2019 oleh Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat.
Kelima pembahasan mengenai arah kebijakan Bidang Tarbiyah terkait pondok pesantren PERSIS, yang dilanjukan dengan evaluasi hasil UAPS PERSIS tahun 2023.
Yang ketujuh pembahasan mengenai Kurikulum Merdeka dan positioning lembaga pendidikan PERSIS, dan yang terakhir adalah rekomendasi untuk penyempurnaan kurikulum pendidikan PERSIS tahun 2024-2028.
Adapun tema yang diangkat dalam Lokakarya ini adalah "Evaluasi Komprehensif Pendidikan Persatuan Islam Demi Terwujudnya Kader Santri yang Beradab dan Berdaya Saing Tinggi".
Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Umum PP PERSIS K.H. Dr. Jeje Zaenudin, M.Ag dalam sambutannya menyampaikan tiga program pendidikan PP PERSIS.
“Pertama, menyegarkan spirit lembaga pendidikan PERSIS. Spirit pendidikan PERSIS mengacu pada motto yang diambil dari surat At Taubah ayat 22, yang tujuannya adalah tafaquh fiddin. Ini menjadi ruh pendidikan di Persatuan Islam, menjadi dasar semangat jihad untuk tetap mempertahankan eksistensi pesantren,” kata Ustaz Jeje.
Kemudian yang kedua, kata Ustaz Jeje, adalah dinamika pendidikan. Sebab, pendidikan dengan sistem pesantren berbeda dengan sistem pendidikan di lembaga lain.
Menurutnya, sistem pendidikan pesantren PERSIS setidaknya memiliki tiga hal penting, yaitu pesantren sebagai tempat pembelajaran, pesantren sebagai tempat dakwah, dan pesantren sebagai pemberdayaan masyarakat.
"Di pesantren harus ada kiai yang dijadikan sebagai figur sentral dan Mudir ‘Amm inilah sebagai figur sentral bagi pesantren. Pesantren juga harus punya kitab rujukan yang dikaji, sehingga biasanya di pesantren antara guru dan santri tinggal dalam satu komplek dalam menerapkan ibadah,” paparnya.
Ketiga yakni pengembangan kuantitas dan kualitas. Karenanya, Ustaz Jeje berharap agar pengembangan lembaga pendidikan PERSIS ke depannya harus meningkat, baik dalam hal kualitas maupun kualitas. Mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi.
“Bidang Tarbiyah PP PERSIS sekarang sedang melakukan pengecekan terhadap data pesantren PERSIS, apakah benar atau apakah tidak sesuai dengan fakta ril,” ungkapnya.
Selain itu, Ustaz Jeje juga menyampaikan bahwa saat ini PP PERSIS juga sedang berkonsntrasi dalam pengembangan pesantren luar Jawa.
Misalnya program rintisan pesantren di luar Jawa seperti Maluku, Kalimantan Utara, dan Batu Raja Sumatera Selatan di wilayah Oku.
“Program rintisan pesantren luar Jawa ini untuk mengembangkan dakwah Persatuan Islam dengan target PERSIS ada di 30 Provinsi di Indonesia,” pungkas Ustaz Jeje.
Kegiatan Lokakarya ini telah mengundang sekitar 250 Mudir Am dan Mudir/Kepala Sekolah PERSIS se-Indonesia. (/HL)
[]
Editor: Fia Afifah