BAHAYA DAN MANFAAT CINTA HARTA (PART 03)
Oleh: A. Zakaria
Fungsi harta
1.Untuk memenuhi kebutuhan pribadi;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ر، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ص فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدِي دِينَارٌ ؟ قَالَ: أَنْفِقْهُ عَلَى نَفْسِكَ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عِنْدِي آخَرُ؟ قَالَ: أَنْفِقْهُ عَلَى وَلَدِكَ، قَالَ: عِنْدِي آخَرُ؟ قَالَ: أَنْفِقْهُ عَلَى أَهْلِكَ، قَالَ: عِنْدِي آخَرُ؟ قَالَ: أَنْفِقْهُ عَلَى خَادِمِكَ، قَالَ: عِنْدِي آخَرُ؟ قَالَ: أَنْتَ أَعْلَمُ. -رواه أبو داود -
Dari Abi Hurairah r.a, ia berkata: “Seorang laki-laki telah datang kepada Nabi kemudian ia ber-tanya: “Ya Rasulullah, jika saya punya satu dinar? Nabi menjawab: “Sedekahkan untuk dirimu sendiri, kemudian ia bertanya lagi: “Jika saya punya satu dinar lagi? Nabi menjawab: “Sedekah-kan untuk anakmu, kemudian ia bertanya lagi: “Jika saya punya satu dinar lagi? Nabi menjawab: “Sedekahkan untuk istrimu.” kemudian ia bertanya lagi: “Jika saya punya satu dinar lagi? Nabi menjawab: “Sedekahkan untuk pembantumu.” kemudian ia bertanya lagi: “Jika saya punya satu dinar lagi? Nabi menjawab: “Kamu lebih tahu kepada siapa kamu harus menginfaqkannya.” (H.R. Abû Dâwûd)
2.Untuk memenuhi kebutuhan keluarga;
لِيُنفِقۡ ذُو سَعَةٖ مِّن سَعَتِهِۦۖ وَمَن قُدِرَ عَلَيۡهِ رِزۡقُهُۥ فَلۡيُنفِقۡ مِمَّآ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُۚ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا مَآ ءَاتَىٰهَاۚ سَيَجۡعَلُ ٱللَّهُ بَعۡدَ عُسۡرٖ يُسۡرٗا. (الطلاق: 7)
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Q.S. al-Thalâq: 7)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ر قَالَ؛ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ ص: دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ. -رواه مسلم-
Dari Abi Hurairah r.a, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Satu dinar yang engkau infaqkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau infaqkan untuk membebaskan hamba sahaya, satu dinar yang engkau sedekahkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang engkau infaqkan untuk istrimu, maka yang paling besar pahalanya adalah dinar yang engkau infaqkan kepada istrimu sendiri.” (H.R. Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ ر قَالَتْ: دَخَلَتْ هِنْدُ ابْنَةُ عُتْبَةَ امْرَأَةُ أَبِي سُفْيَانَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ص فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيحٌ لَا يُعْطِيْنِي مِنَ النَّفَقَةِ مَا يَكْفِيْنِي وَيَكْفِي بَنِيَّ إِلَّا مَا أَخَذْتُ مِنْ مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمِهِ، فَهَلْ عَلَيَّ فِي ذَلِكَ مِنَ جُنَاحٍ ؟ فَقَالَ رَسُولُاللَّهِ: خُذِي مِنْ مَالِهِ بِالْمَعْرُوفِ مَا يَكْفِيكِ وَيَكْفِي بَنِيْكِ. -متفق عليه-
Dari ‘Aisyah r.a, ia berkata; telah datang Hindun binti ‘Utbah anaknya Abi Sufyan kepada Rasulullah kemudian ia bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang lelaki yang kikir, tapi tidak memberikan nafkah yang cukup kepadaku dan kepada anak-anakku kecuali aku mengambil sebagian hartanya tanpa sepengetahuannya, apakah saya berdosa? Rasul menjawab: “Ambillah hartanya dengan cara yang ma’ruf sebanyak yang dibutuhkan olehmu dan anak-anakmu.” (H.R. al-Bukhâri dan Muslim)
3.Untuk infaq kepada orang tua;
يَسَۡٔلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَۖ قُلۡ مَآ أَنفَقۡتُم مِّنۡ خَيۡرٖ فَلِلۡوَٰلِدَيۡنِ وَٱلۡأَقۡرَبِينَ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِۗ وَمَا تَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٞ. (البقرة: 215)
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat,maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (Q.S. al-Baqarah: 215)
عَنْ طَارِقٍ اَلْمُحَارِبِيِّ قَالَ: قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ، فَإِذَا رَسُوْلُ اللَّهِ g قَائِمٌ عَلَى الْمِنْبَرِ يَخْطُبُ النَّاسَ وَيَقُوْلُ: يَدُ الْمُعْطِي الْعُلْيَا، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ؛ أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ. -رواه النسائي-
Dari Thâriq al-Muhâribi, ia berkata; kami datang ke Madinah sedangkan Rasulullah SAW berdiri di atas mimbar sedang berkhutbah kemudian beliau bersabda: “Tangan si pemberi adalah yang atas dan mulailah kepada orang yang di atas kamu; ibumu, bapakmu, saudara istrimu dan saudara lelaki kamu kemudian orang yang di bawah kamu (kedudukannya).” (H.R. al-Nasâ`i)
4.Untuk membantu kebutuhan faqir dan miskin;
وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا ٨ إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا. (الإنسان: 8-9)
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanya lah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (Q.S. al-Insân: 8-9)
...وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦذَوِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِي ٱلرِّقَابِ... (البقرة: 177)
“…dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya…” (Q.S. al-Baqarah: 177)
5.Untuk mempererat ukhuwah;
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ص: اَلصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الْقَرَابَةِ ثِنْتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ. -رواه الترمذي-
Rasulullah SAW bersabda: “Shadaqah kepada orang miskin adalah shadaqah, sedangkan shadaqah kepada keluarga memiliki dua keutamaan, yaitu shadaqah dan silaturrahmi.” (H.R. al-Tirmidzi)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ص: تَهَادَوْا تَحَابُّوْا.
Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah saling memberikan hadiah di antara kamu niscaya akan saling mencintai.”
6.Untuk modal Fî Sabilillâh;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ ١٠ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ. (الصف: 10-11)
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Q.S. al-Shaff: 10-11)
...وَجَٰهِدُواْ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ. (التوبة: 41)
“…dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Q.S. al-Taubat: 41)
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ. (البقرة: 261)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah: 261)
7.Untuk Tabanah (Tabungan Akhirah);
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ر أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ص قَالَ: إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. -رواه مسلم-
Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang anak Adam mati putuslah amalnya kecuali tiga perkara: 1) shadaqah jariah, atau 2) ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau 3) anak yang shaleh yang mendo’akan kedua orangtuanya.” (H.R. Muslim)
Hakikat harta
يَقُولُ ابنُ آدَمَ: مَالي، مَالي، وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ، أَو لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ، أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ. -رواه مسلم-
Ibnu Adam berkata: “Inilah hartaku, inilah hartaku, padahal tidak ada yang terhitung hartamu kecuali apa yang telah kamu makan kemudian hancur, atau apa yang kamu pakai kemudian akhirnya lapuk atau apa yang kamu shadaqahkan kemudian kekal abadi.” (H.R. Muslim)
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ ر قَالَ؛ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ص: أَيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِهِ ؟ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلاَّ مَالُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِ وَارِثِهِ، قَالَ: اِعْلَمُوْا أَنَّهُ لَيْسَ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا مَالُ وَارِثِهِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِهِ، مَا لَكَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا قَدَّمْتَ وَمَالِ وَارِثِكَ إِلَّا مَا أَخَّرْتَ. -رواه البخاري-
Dari Ibnu Mas’ud r.a, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Siapakah di antaramu yang lebih mencintai harta ahli waris-nya daripada hartanya sendiri? Mereka menjawab: “Wahai Rasulullah, tidak ada di antara kami seorangpun kecuali ia lebih mencintai hartanya daripada harta ahli warisnya. Nabi bersabda: “Ketahuilah bahwa tidak ada seorangpun kecuali ia pasti lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya. Tiadalah yang terhitung hartamu kecuali apa yang telah kamu manfaatkan sedangkan sisa dari harta yang telah kamu gunakan adalah untuk bagian ahli warismu.” (H.R. al-Bukhâri)
أَتَدْرُوْنَ مَنْ اَلصُّعْلُوكُ؟ قَالُوْا: الَّذِي لَيْسَ لَهُ مَالٌ، فَقَالَ النَّبِيُّ: اَلصُّعْلُوكُ كُلُّ الصُّعْلُوكِ الَّذِي لَهُ مَالٌ فَمَاتَ وَلَمْ يُقَدِّم مِنْهُ شَيْئًا.
“Tahukah kamu siapakah yang terhitung sha’luk? Mereka berkata: “Sha’luk itu ialah orang yang miskin yang tidak punya harta. Nabi bersabda: “Orang yang betul-betul sha’luk itu ialah orang yang banyak hartanya tetapi tidak pernah tabanah sedikitpun.”
وَعَنْ عَائِشَةَ ر، أَنَّهُمْ ذَبَحُوا شَاةً، فَقَالَ النَّبِيُّ ص: مَا بَقِيَ مِنْهَا؟ قَالَتْ: مَا بَقِيَ مِنْهَا إِلَّا كَتِفُهَا، قَالَ: بَقِيَ كُلُّهَا غَيْرَ كَتِفِهَا. -رواه الترمذي-
Dari ‘Aisyah r.a, sesungguhnya mereka (keluarga Nabi) menyembelih seekor kambing lalu Nabi bersabda: “Apa yang tersisa? ‘Aisyah berkata: “Tidak ada yang tersisa kecuali pundaknya. Nabi bersabda: “Semuanya tersisa kecuali pundaknya.” (H.R. al-Tirmidzi)
Pujian terhadap harta
كُتِبَ عَلَيۡكُمۡ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ إِن تَرَكَ خَيۡرًا ٱلۡوَصِيَّةُ لِلۡوَٰلِدَيۡنِ وَٱلۡأَقۡرَبِينَ بِٱلۡمَعۡرُوفِۖ حَقًّا عَلَى ٱلۡمُتَّقِينَ. (البقرة: 180)
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma´ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah: 180)
وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلۡخَيۡرِ لَشَدِيدٌ. (العاديات: 8)
“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (Q.S. al-‘Âdiyât: 8)
...وَأَنفِقُواْ خَيۡرٗا لِّأَنفُسِكُمۡۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ. (التغابن: 16)
“…dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. al-Taghâbun: 16)
وَيُمۡدِدۡكُم بِأَمۡوَٰلٖ وَبَنِينَ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ جَنَّٰتٖ وَيَجۡعَل لَّكُمۡأَنۡهَٰرٗا١٢مَّالَكُمۡلَاتَرۡجُونَلِلَّهِوَقَارٗا.(نوح:12-13)
“Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan menga-dakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah.” (Q.S. Nûh: 12-13)
Celaan terhadap harta
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ. (المنافقون: 9)
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Q.S. al-Munâfiqûn: 9)
وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٞ وَأَنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ. (الأنفال: 28)
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya lah sebagai cobaan dan sesung-guhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q.S. al-Anfâl: 28)
كَلَّآ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَيَطۡغَىٰٓ ٦ أَن رَّءَاهُ ٱسۡتَغۡنَىٰٓ. (العلق: 6-7)
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Q.S. al-‘Alaq: 6-7)
قَالَ النَّبِيُّ ر: تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَتَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ. -رواه البخاري-
Nabi SAW bersabda: “Celaka hamba dinar dan celaka hamba dirham.” (H.R. al-Bukhâri)
BACA JUGA:BAHAYA DAN MANFAAT CINTA HARTA (PART 01)