Baitulmaqdis Tanggung Jawab Kita: Bagaimana Seharusnya Umat Islam Indonesia Bertindak?

oleh Reporter

22 Mei 2021 | 06:38

Oleh: Drs. Muhammad Yamin, M.H. (Ketua PD PERSIS Kota Sukabumi)

 

Lagi dan kembali lagi kita disuguhkan pemandangan getir ketika saudara-saudara kita, umat Islam Palestina mendapatkan tindakan kekerasan dan perlakuan tidak manusiawi dari tentara Israel. Kekerasan berdarah ini terus terjadi dan berulang. Parahnya, peristiwa ini terjadi di saat bulan Ramadan ketika umat Islam Palestina seharusnya dapat menjalankan ibadah puasa dan serangkaian ibadah lainnya dengan tenang dan khusuk, bukan malah mendapat serangan kekerasan berdarah dari tentara Israel.

Laporan media Palestina dan Israel menyebutkan, sebanyak 70 ribu hingga 90 ribu umat Islam melaksanakan shalat Jumat di Haram Al-Syarif, Masjid al-Aqsha dan kemudian melancarkan orasi atas perkembangan terkini. Setelah Maghrib, suasana memanas dan kepolisian Israel kemudian menyerbu Haram Al-Syarif dengan tembakan gas air mata dan peluru karet untuk membuarkan jamaah. Sedikitnya 205 warga Palestina terluka parah akibat kejadian itu (7/5/2021). Hingga hari ini (17/5/2021), tercatat 200 warga Palestina tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.

Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” (QS Al-Hujarat:10)

Diriwayatkan dalam hadist :

“Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Aksi kekerasan dan kejahatan Israel terus berlanjut, meski ini bukan hal baru, tetapi telah dirancang, dipersiapkan jauh sejak awal abad 19 dan dilakukan secara masif, sistematis dan tidak manusiawi dimulai sejak deklarasi Balfour pada 02 November 1917, dan kemudian negara Israel resmi berdiri pada 1948. Dewan Tinggi Zionis, dengan didukung oleh mitos dan doktrin dari Rezim Pengetahuan Zionis, telah berhasil menyusun dan merancang skema untuk menguasai penuh Palestina. Bukan hanya Palestina serta mengusir warga Palestina dari tanah air nya, tetapi lebih jauh dari itu adalah untuk menghancurkan dan meratakan Al-Aqsa dan kemudian membangun kembali Kuil ke-3, atau Haikal Sulaiman untuk kali ke-3.

Dalam mitos Yahudi yang dikembangkan oleh Rezim Pengetahuan Zionis, Sang Messias (atau sang dajjal dalam keyakinan Muslim) akan turun setelah bangsa Yahudi berhasil menguasai (Har Habayit (Bait Suci)/Baitulmaqdis (Islam)/Bait Allah (Nasrani), dan membangun ulang Haikal/Kuil Sulaiman. Padahal, bahkan UNESCO sesuai kesepakatan internasional telah menetapkan bahwa Baitulmaqdis, atau Yerusalem dalam bahasa Internasional, merupakan hak Umat Islam dibawah pengawasan oleh Otoritas Wakaf Yordania.

Itulah sebabnya, kenapa polisi dan tentara Israel terus menerus mengawasi jamaah Islam di Masjidilaqsa, dan selalu berusaha menguasai Baitulmaqdis. Bahkan, Israel sudah mulai membuat terowongan-terowongan di bawah Masjidilaqsa, dengan alasan untuk mencari peninggalan Haikal Sulaiman. Mereka tidak akan memperdulikan UNESCO dan Kesepakatan Internasional, sebab memang dari sejak awal mula, tujuan mereka adalah menghancurkan Masjidilaqsa dan menguasai Baitulmaqdis.

Dapat disimpulkan, bahwa: Pertama, penguasaan serta penindasan dan kekerasan terhadap Palestina, bagi kaum Yahudi hanyalah sasaran antara. Mereka tidak peduli dengan kegetiran dan penderitaan yang dialami penduduk Palestina, karena menurut doktrin Rezim Pengetahuan Zionis, penduduk Palestina derajatnya jauh dibawah mereka. Kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan terhadap warga Palestina mereka anggap biasa, karena mungkin bagi Yahudi warga Palestina bukanlah manusia, tetapi sederajat dengan hewan. Subhanallah!

Kedua, tujuan utama bangsa Yahudi sejak 1901 adalah merebut Yerusalem/Baitulmaqdis, meratakan Masjidilaqsa dan kemudian membangun Haikal Sulaiman ke-3 diatasnya. Setelah Haikal Sulaiman kokoh berdiri, mereka percaya akan turunnya Sang Messias (Dajjal) yang akan memimpin mereka menguasai dunia.

Yang harus diingat bagi kita umat Islam adalah, bahwa Baitulmaqdis yang di dalamnya terdapat Masjidilaqsa (Al-Aqsa) merupakan wilayah yang diberkahi Allah yang diamanatkan kepada kita umat Nabi Muhammad saw. dan arah kiblat pertama sebelum arah kiblat dialihkan ke Makkah. Baitulmaqdis juga merupakan tempat suci ke tiga bagi umat Islam selain Makkah dan Madinah.

Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

سُبۡحٰنَ الَّذِىۡۤ اَسۡرٰى بِعَبۡدِهٖ لَيۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَـرَامِ اِلَى الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِىۡ بٰرَكۡنَا حَوۡلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنۡ اٰيٰتِنَا‌ ؕ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيۡعُ الۡبَصِيۡرُ

“Mahasuci Allah Swt. yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Isra: 1)

Kemudian diriwayatkan:

عَنْ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ ، وَكَانَتِ الْبِلَادُ إِذْ ذَاكَ حَرْبًا ، فَإِنْ لَمْ تَأْتُوهُ وَتُصَلُّوا فِيهِ فَابْعَثُوا بِزَيْتٍ يُسْرَجُ فِي قَنَادِيلِهِ .

أخرجه أبو داود

Dari Maimunah, mantan sahaya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa dia pernah berkata, “Wahai Rasulullah, berilah fatwa kepada kami tentang Baitulmaqdis.” Maka beliau bersabda, "Datangilah ia dan shalatlah di dalamnya—ketika itu di negeri tersebut terdapat peperangan—jika kalian tidak dapat shalat di dalamnya, maka utuslah seseorang membawa minyak untuk dinyalakan di tempat-tempat lampunya” (HR Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, I: 174, No. 457.)

Sementara, di dalam riwayat Ibnu Majah dengan redaksi,

عَنْ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ . قَالَ : أَرْضُ الْمَحْشَرِ وَالْمَنْشَرِ ، ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ ؛ فَإِنَّ صَلَاةً فِيهِ كَأَلْفِ صَلَاةٍ فِي غَيْرِهِ . قُلْتُ : أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَتَحَمَّلَ إِلَيْهِ ؟ قَالَ : فَتُهْدِي لَهُ زَيْتًا يُسْرَجُ فِيهِ ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَهُوَ كَمَنْ أَتَاهُ

Dari Maimunah, mantan budak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata, "Wahai Rasulullah, berilah kami fatwa berkenaan dengan Baitulmaqdis." Beliau bersabda, "Ia adalah bumi Al-Mahsyar dan Al-Mansyar (tempat dikumpulkannya manusia pada hari kiamat), datangi dan shalatlah kalian di sana, sebab shalat di dalamnya seperti shalat seribu kali di tempat lainnya." Aku bertanya, "Bagaimana pendapat Tuan jika saya tidak bisa ke sana?" Beliau menjawab, "Memberi minyak yang dengannya lampu bisa dinyalakan di dalamnya, barangsiapa melakukan itu, maka ia seperti telah mendatanginya." (HR. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, II: 413, No. 1407.)

Sehingga, kewajiban bagi kita untuk merawat, membaguskan, dan menjaga Baitulmaqdis meskipun kita berada jauh darinya.

 

KITA HARUS SEPERTI AMERIKA

Sejak Theodore Herzl untuk pertama kali menyodorkan pamflet berjudul Der Judenstaat (Negara Yahudi) pada 1896, kemudian terbentuk organisasi Zionis yang didukung dan disponsori Sir Walter Rothschild, tak pelak Inggris melalui Sir Arthur Balfour merupakan pendukung utama. Hal itu terbukti dari surat menyurat antara Rothschild dengan Balfour sebagaimana bisa dilihat dalam catatan Herzl dalam Jewish Virtual Library.

Setelah Perang Dunia I usai, Inggris sebagai pemenang perang menghadiahkan sebagian wilayah Palestina kepada Yahudi, melalui deklarasi Balfour yang didasarakan pada kesepakatan Sykes (Inggris), Picot (Perancis), dan kekaisaran Rusia.

Pasca Perang Dunia II, lanskap politik dunia berubah. Amerika Serikat melalui PBB mengontrol hampir semua konstelasi ideologi-politik di dunia. Dan yang paling menyedihkan dan ironi kemanusiaan adalah ketika PBB mengesahkan penjajahan, perampasan dan pengambil alihan wilayah secara ilegal 55% wilayah Palestina oleh Israel melalui United Nation Partition Plan pada 1947. Setelah itu, pada 1948 Israel resmi menjadi sebuah negara yang diakui PBB, meski banyak negara menentang. Tetapi, apalah arti penentangan tanpa kekuatan di mata USA, UN, dan Israel? Sampai hari ini, perampasan wilayah terus berlanjut dan hanya menyisakan 10% wilayah Palestina berbanding 90% yang diklaim sebagai wilayah Israel.

Bagaimanapun, situasi itu menjadi mungkin karena adanya peran Amerika Serikat di dalamnya. Hingga saat ini, Amerika telah menggunakan 39 kali veto untuk melindungi Israel dari resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk atau mengecam tindakan atau sikapnya yang tak mengindahkan hak asasi orang Palestina. Terakhir, Amerika menggunakan pengaruhnya dalam  pemindahan kedutaan mereka ke Yerusalem, yang merupakan pengakuan simbolis Amerika terhadap klaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

“Pembenaran” atas pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, tak ayal lagi merupakan keberpihakan AS pada Israel (dunia.tempo.co, 4/12/2019). Menurut data Peace Now, sebuah lembaga nirlaba di Palestina, Di Yerusalem Timur saja terdapat dua belas pemukiman baru. Di dalam pemukiman tersebut terdapat lebih kurang 200 ribu orang pemukim, yang hidup dengan senjata api dan pengawalan tentara Israel. AS juga memberikan bantuan senilai $4 miliar pertahun pada Israel untuk membeli persenjataan produk-produk AS.

Kecaman, kutukan, aksi demonstrasi atau bahkan embargo memang sudah selayaknya diarahkan terhadap Israel. Tetapi faktanya, itu tidaklah cukup. Bentuk kecaman dan aksi apapun oleh berbagai bangsa dan negara di dunia, kenyataannya tidak pernah mempengaruhi Israel untuk menyurutkan langkah menzalimi muslim Palestina dan berlaku maksiat terhadap Allah Swt. Pencipta semesta alam.

Karena tujuan mereka jelas: mengusir dan menindas muslim Palestina seperti binatang, menghancurkan dan merebut Baitulmaqdis, meratakan Al-Aqsa, dan kemudian membangun kuil ke-3 untuk menunggu Sang Dajal. Mereka tak akan pernah berhenti sampai itu semua terwujud.

Sehingga kecaman, kutukan, protes hingga demontrasi memang sangat perlu dilakukan. Tapi itu saja tidak cukup. Perlu sikap dan tindakan yang lebih nyata dan jelas demi kemanusiaan dan untuk melindungi Sunatullah di Baitulmaqdis.

Sudah saatnya negara-negara mayoritas muslim menyatukan diri dalam satu kekuatan politik, untuk kemudian mengirimkan bantuan militer secara resmi untuk melindungi Baitulmaqdis, seperti yang dilakukan Umar Ibn Khattab r.a. atau Shalahuddin Al-Ayubi di masa lalu. Sudah saatnya, muslimin di negara-negara muslim mendesak pemimpinnya masing-masing untuk melakukan tindakan politik lebih nyata, dan menyatukan kekuatan dalam satu kekuatan politk Islam untuk membela Baitulmaqdis.

Kita umat Islam Indonesia, sering cukup terhibur dengan melihat kecaman yang dilakukan pemimpin kita terhadap Israel. Kita juga sangat bersyukur, bahwa mayoritas umat Islam Indonesia peduli terhadap Palestina dan menunjukannya dengan berbagai bentuk, mulai dari demonstrasi, mengirimkan relawan kemanusiaan, hingga menigirimkan bantuan kesehatan dan pangan. Akan tetapi, mungkin sudah saatnya kita bersikap dan bertindak lebih dari itu.

Sebagai contoh, bila di Amerika, siapa pun calon pada Pilpres Amerika Serikat yang menyatakan dan berjanji akan mendukung dan meneruskan bantuan kepada Israel, maka dialah yang akan terpilih menjadi Presiden. Maka kita di Indonesia, sudah seharusnya melakukan metode yang sama. Siapa pun calon Presiden/Cawapres RI, dan siapapun calon anggota DPR RI yang muslim, harus mempunyai kesiapan dan berjanji untuk mendukung dan membantu muslim palestina serta memiliki kesanggupan untuk secara proaktif di dunia Internasional mencegah Israel menganggu dan merongrong Baitulmaqdis. Siapa pun Capres/Cawapres atau calon anggota parlemen di Indonesia yang secara terbuka dan tertulis menyatakan kesanggupan, maka dialah yang kita dukung dan kita pilih.

Mungkin juga sudah saatnya kita mendesak pemerintahan Jokowi untuk melobi negara-negara muslim, dan kemudian mengajak mereka bersama-sama mengirim utusan mengunjungi Baitulmaqdis. Kemudian, secara bersama-sama semua utusan negara-negara muslim tersebut menemui dan mendesak pemerintah Israel untuk berhenti mengganggu dan merongrong Baitulmaqdis, serta berhenti melakukan penindasan terhadap kemanusiaan di Palestina. Wallahu’alam...

Reporter: Reporter Editor: admin