Belajar (kembali) menjadi Orangtua Terbaik

oleh Reporter

19 April 2020 | 10:47

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT Rabb seluruh Alam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Para orangtua yang dirahmati Allah. Sudah sebulan lebih negara kita menerapkan aturan social distancing, yang kemudian banyak berdampak pada pola belajar di sekolah dan pola bekerja sebagian orang. Anak- anak yang biasanya setiap hari pergi ke sekolah untuk belajar, atau mondok di Pesantren, sudah sebulan ini terus berada di rumah bersama kita.

Kondisi yang kita alami ini, mau tidak mau memaksa kita menghadapi hal baru yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Para orangtua dituntut untuk hadir secara penuh untuk anak- anaknya. Mendampingi setiap proses belajar mereka. Banyak yang merasa nyaman, tapi tidak sedikit pula yang merasa gerah dan tidak nyaman.

Jika kita hayati, sejatinya memang inilah tanggungjawab orangtua. Selama ini tidak sedikit orangtua yang merasa sudah melaksanakan tanggungjawab pendidikan anak-anaknya dengan mengirimkan mereka ke sekolah atau pesantren terbaik yang kita pilih. Banyak di antara orangtua yang tidak mampu mengikuti dengan baik bagaimana perkembangan belajar anak-anaknya. Bahkan, ada pula yang jika menemukan hal yang tidak sesuai pada anaknya mereka tinggal menegur pihak sekolah atau gurunya, tanpa merasa bahwa itu adalah bagian dari tanggungjawabnya.

Tentunya, semua gambaran di atas adalah sebuah ke"salahkaprah"an. Karena sebenarnya, tanggungjawab utama pendidikan anak2 tetap ada pada orangtua. Sekolah sebagai sebuah lembaga, hanyalah mitra yang membantu hal2 teknis yang tidak bisa dipenuhi orangtua di rumah. Adapun tanggungjawab pendidikan aqidah, ibadah, hingga akhlaq tetap ada pada orangtua.

Maka, melalui kondisi ini, sepertinya Allah ingin mengingatkan kita akan kesejatian peran tersebut. Peran yang selama ini telah bergeser karena kita terjebak dalam euforia "sekolah terbaik" untuk anak-anak.

Melalui diskusi kali ini, saya ingin mengajak para orangtua untuk mari bersama kita belajar (kembali) menjadi orangtua terbaik melalui proses pembelajaran di rumah yang saat ini sedang diberlakukan.

 

 Fokuskan pada pembentukan karakter (aqidah, ibadah, dan akhlaq)

Saat ini adalah momen yang sangat tepat untuk kita mengevaluasi kembali proses pendidikan karakter anak2 kita. Karakter di sini saya terjemahkan dalam tiga aspek, yaitu : aqidah, ibadah, dan akhlaq. Kebersamaan selama 24 jam penuh bersama anak adalah momen yang sangat berharga. Perbanyak kesempatan ngobrol dan berdialog yang dapat menguatkan keimanan mereka. Evaluasi pelaksanaan ibadah anak-anak dan buatlah target penanaman adab setiap minggunya. Jika anak kita lebih dari satu, biarkan mereka belajar saling mengisi. Bagaimana sang kakak bertanggungjawab terhadap adiknya, dan bagaimana sang adik belajar hormat terhadap kakaknya.

 

 Buatlah suasana menyenangkan dan menenangkan

Kondisi hari ini adalah kondisi yang paling tepat untuk kita mengevaluasi konsep "Baiti Jannati" di rumah kita. Jika orangtua dan anak2 tidak uring-uringan, merasa betah dan nyaman berada di rumah seterusnya, berarti kita sudah bisa menciptakan baiti jannati dalam rumah kita.

 

 Jadikan tugas sekolah adalah tugas sekunder dan tugas kehidupan adalah tugas primer

Jangan terpaku hanya pada tugas dan PR dari sekolah. Sehingga, jika anak kita belum mendapatkan tugas hari itu dari gurunya, kita akan sibuk bertanya dan meminta tugas kepada gurunya. Atau jika anak sudah mendapat tugas dari gurunya, kita sibuk mewanti-wanti agar anak segera menyelesaikan tugas tersebut.

Rumah adalah laboratorium terbaik bagi pendidikan karakter dan penanaman aqil baligh putra putri kita. Maka, mari berikan tanggungjawab yang bersifat "kerumahan" sebagai bagian dari proses pendidikan anak-kata kita. Berikan mereka tanggungjawab terkait kebersihan rumah, ketersediaan makanan di rumah, mengasuh adik dan sebagainya.

Maka, selayaknya juga bagi para guru untuk tidak terlalu banyak membebankan tugas selama anak-anak di rumah. Karena saat di rumah adalah saat terbaik mereka belajar tentang bagaimana kehidupa itu sesungguhnya.

Terakhir, semoga kita semua mampu memanfaatkan momen berharga ini sebagai sarana untuk belajar (kembali) menjadi orangtua yang sesungguhnya.

 

 

***

Penulis:  Insania Zakiyah [Penasehat PP Pemudi Persis]

Reporter: Reporter Editor: admin