Berjamiyyah Harus Seperti Itu?

oleh Reporter

23 Agustus 2020 | 17:00

Oleh : Robani Rahman

Dari dulu seperti ada pertanyaan yang terngiang-ngiang di kepala Penulis, kenapa ormas sekelas Persatuan Islam (PERSIS) atau mungkin juga Jama'ah/ Ormas Islam yang lainnya telah, sedang, dan atau akan selalu ada perpecahan serta konflik yang menyertai di setiap helaan nafas perjuangannya? Bukankah harusnya yang namanya persatuan itu menyatukan yang terpisah serta memadukan yang tercerai? Dan ujung-ujungnya pasti ada yang dikorbankan bahkan seperti terdzolimi oleh pihak yang lain?

Sudah menjadi rahasia umum (atau tontonan) yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat dengan adanya satu anggota kelompok berkonfrontasi dengan anggota kelompok lainnya. Dan yang lebih parah adalah terjadi saling memusuhi secara terbuka antara kedua belah pihak kemudian belum ISHLAH lebih dari tiga hari atau bahkan mungkin sudah lebih dari tiga tahun bahkan lebih?

Itu sebuah potret kenyataan yang ada di jama'ah atau jam'iyah kita dan yang ada di Indonesia bahkan mungkin di negara lain pada umumnya. Mungkin itu sudah jadi semacam Sunatullah tersendiri yang digariskan oleh Allah Swt. sejak zaman para Sahabat Nabi Saw. dahulu kala. Dan malah sudah menjadi hal lumrah adanya "Perang Dingin" diantara ummat islam dan didalam kelompoknya sendiri. Bahkan penulis saksikan sendiri berkali-kali itu terjadi baik lokal maupun inter-lokal. Dan memang belum ada formula khusus yang bisa mengobati penyakit jama'ah tersebut. Mungkin kalau sudah menjadi Sunatullah maka yang terjadi adalah kejadian seperti ini sepertinya akan terus terjadi dan berulang kedepannya.

Penulis juga merasa heran dengan fenomena seperti ini. Orang yang lebih tahu dan faham tentang ajaran agama islam kok bisa-bisanya mengabaikan salah satu hadits populer yaitu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot (tidak menyapa) saudaranya lebih dari 3 hari.” (HR. Bukhari 6237 dan Muslim 2560).

Atau dalil Al Quran yang mengajarkan persatuan seperti ini,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ

“Sesungguhnya hanya kaum muslimin yang bersaudara. Karena itu, berupayalah memperbaiki hubungan antara kedua saudara kalian..” (QS. Al-Hujurat: 10).

Bahkan Allah Swt. ingatkan diantara nikmat besar yang Allah Swt. berikan kepada para sahabat adalah menjadikan mereka saling mengasihi, saling mencintai, padahal sebelumnya mereka saling bermusuhan,

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

"Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kalian orang-orang yang bersaudara, karena nikmat Allah. (QS. Ali imran: 103)".

Bahkan Rasulullah Saw. menggambarkan hubungan persaudaraan antara sesama muslim, ibarat satu jasad. Jika ada yang sakit, yang lain turut merasakannya,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اثْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمى

“Perumpamaan kaum mukminin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka adalah bagaikan satu jasad, apabila satu anggota tubuh sakit maka seluruh badan akan susah tidur dan terasa panas.” (HR. Muslim 2586).

Akan tetapi, membangun suasana persaudaraan semacam yang diajarkan islam, lebih sulit ketimbang memindahkan gunung. Setan selalu berupaya memicu terjadinya permusuhan.

Rasulullah Saw, bersabda,

إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ

“Setan (Iblis) telah putus asa untuk disembah oleh orang yang rajin shalat di Jazirah Arab. Namun dia selalu berusaha untuk memicu permusuhan dan kebencian.” (HR. Muslim 2812 dan Ibn Hibban 5941).

Itulah dalil-dalil prinsipiel yang tentunya harus bahkan wajib difahami oleh setiap umat islam dan para individunya. Terlebih yang namanya ormas islam yang didalamnya terdapat misi serta visi yang sangat mulia yang tentu idealnya menjadikan para pribadi-pribadi anggotanya memahami setiap rumusan-rumusan syariat agama islam yang membimbing umatnya agar senantiasa sesuai dengan fitrah kemanusiaannya yang diatur oleh aturan baku syariat islam.

Ini menjadi semacam sindiran dan juga lecutan tersendiri untuk kita sebagai para pelaku atau penggerak organisasi-organisasi yang berbasiskan islam bernafaskan Al-quran dan As-sunnah. Dan yang paling penting dan yang pasti semua ini perlu perenungan-perenungan yang sangat mendalam oleh kita semua.

Jadi sebenarnya apa yang dipaparkan d awal-awal paragraf di atas adalah harusnya kejadian demi kejadian yang tidak mengenakkan itu semestinya tidak terjadi pada kelompok orang yang mengaku meneladani "Uswatun Hasanatun" seorang Nabi Muhammad Saw. Harusnya peristiwa yang memalukan di atas sudah cukup membuat kita khawatir akan keberlangsungan jama'ah yang menjungjung tinggi dan mencita-citakan tegaknya syariat islam di muka bumi ini.

Ada sebuah buku saku (kecil) terbaru yang menarik dari Ulama kenamaan Persatuan Islam dan kebetulan saat ini beliau masih menjabat seorang Ketua Umum ormas islam PERSIS. Dalam buku yang dirilis di bulan Februari 2020 itu, Ustadz Aceng Zakaria, memaparkan bagaimana caranya memelihara dan menjaga keutuhan sebuah kelompok atau jama'ah/jam'iyah.

Buku simpel tapi "munel" ini memang berjudul "PETUNJUK HIDUP BERJAMAAH MENURUT ALQURAN DAN ALSUNNAH" yang didalamnya dengan sangat jelas sekali memaparkan apa itu makna Jama'ah dalam islam sampai menguraikan kiat-kiat untuk menjaga kesatuan dan persatuan ummat islam. Buku yang sangat disarankan untuk dibaca oleh para pembaca yang budiman.

Buku ini sangat penting untuk kita baca dan berguna menjadi pedoman ketika kita hidup di tengah-tengah tuntutan berjama'ah dan bakal menjadi tuntunan seperti Oase di tengah gurun Sahara. Untuk itu penulis sarankan kepada para pembaca untuk membaca dan memahami dengan mendalam buku karya terbaru dari K.H Aceng Zakaria tersebut.

Berikut penulis mengutip sedikit isi dari tulisan beliau yang terdapat di halaman 35-41, semoga bermanfaat.

Upaya Memelihara Keutuhan Jama'ah

1. Hendaklah Bermusyawarah dalam Menentukan Pilihan;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَا لَّذِيْنَ اسْتَجَا بُوا لِرَبِّهِمْ وَاَ قَا مُوْا الصَّلٰوةَ ۖ وَاَ مْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْ ۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۚ 

"dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka,"

(QS. Asy-Syura 42: Ayat 38)

2. Hendaklah Berlaku lemah Lembut Terhadap Bawahan;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَا عْفُ عَنْهُمْ وَا سْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَ مْرِ ۚ فَاِ ذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 159)

3. Hendaklah Tabayyun Jika ada Berita Negatif;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَا سِقٌ   بِۢنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا   بِۢجَهَا لَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."

(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 6)

4. Hendaklah Mengadakan Ishlah Diantara Saudara Kita;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَ صْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَا تَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."

(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 10)

5. Jauhilah Su'uzhan dan Mengumpat Saudara Kita;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّا بٌ رَّحِيْمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."

(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)
Kiat-kiat Lainnya

1. Ada Kesamaan Visi dan Misi. 2. Berjuang dengan ikhlas hanya semata-mata karena Allah. 3. Rela mengorbankan kepentingan pribadi demi keutuhan jama'ah. 4. Rela meniadakan diri untuk mewujudkan sesuatu. 5. Sejak awal telah siap untuk mewaqafkan diri untuk kepentingan jama'ah karena Allah. 6. Senantiasa menjaga silaturahmi. 7. Tidak mudah su'udzan terhadap yang lain dan selalu mengadakan tabayyun (klarifikasi). 8. Berusaha menghargai jasa oranglain sekecil apapun dan berlapang dada untuk memaafkan kesalahan orang lain. 9. Berani mengkritik dan rela dikritik. 10. Berani memimpin dan siap dipimpin

Reporter: Reporter Editor: admin