Bandung – persis.or.id, Orasi Ketua Umum Persatuan Islam tentang Muktamar XVI, diwakili oleh Dr. Jeje Zaenudin, dikarenakan KH. Aceng Zakaria harus menjalani check up kesehatan di RSI Al-Islam.
Dalam orasinya, Jeje menerangkan segala sesuatu itu pasti mengalami perubahan, kecuali Allah yang Maha Kekal dan sunnatullah perubahan itu sendiri.
“Bila kita tak berpikir dan bergerak dalam kerangka perubahan, Kita akan menjadi makhluk yang tergilas oleh perubahan zaman” ujar Jeje, Sabtu (15/02/2020) dalam acara Soft Launching Muktamar XVI Persatuan Islam.
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan sains teknologi, jamiyyah Persatuan Islam mesti menyiapkan responnya.
Dakwah sebagai sebuah sistem, di dalamnya ada da’i dan mad’u, ada esensi dakwah yang tak akan pernah berubah, ada pula metode, bentuk, sarana dan media dakwah yang akan senantiasa mengalami perubahan.
Sebagai bukti, dulu ada figur individu yaitu Nabi Muhammad saw. Beliau yang dipilih adalah orang yang luar biasa, karena ia memikul dakwah fardiyyah. Pasca itu, Jeje menjelaskan, terjadi transformasi dari figur individual menjadi dakwah jama’i (kolektif).
“Kalau kita ingin memperkuat sistem ini, kita harus sesuai dengan sunnatullah transformasi”, ujarnya.
Lebih tegas, Jeje mengatakan bahwa masa figuritas telah berakhir, kini saatnya kolektivitas. Kemaksuman Nabi SAW sudah bertransformasi pada kebenaran ijma’ (hasil musyawarah majelis syura, red).
“Jika para pendahulu Persis berpikirnya figuritas atau individual, niscaya tak akan ada itu pesantren-pesantren, lembaga-lembaga Persis, BUMJ dan lainnya. Tak ada institusi besar, karena sosok figuritas seseorang, yang ada sebuah institusi menjadi besar karena kebesaran jiwa warganya”, tegas Jeje.
Selain itu, Wakil Ketua Umum PP Persis itu juga menyebutkan bahwa sarana (wasail) nabi-nabi terdahulu yang diberi mukjizat, maka Mukjizat itu pun mengalami perubahan. Mukjizat pun ikut bertransformasi.
Mukjizat terbesar sepanjang zaman yakni mukjizat Al-Quran, hari ini bertransformasi pada pembuktian kebenaran ayat-ayat Allah, yang dapat dibuktikan secara empiris lewat ilmu pengetahuan.
Misalnya saja, Jeje menyebutkan jika orang-orang dahulu membaca garis tangan manusia dan meramalkan nasibnya sehingga jatuh pada syirik. Namun hari ini terbukti Ayat Al-Quran yang berbicara tentang rumus sidik jari, ada teknologi finger print.
Lebih lanjut Jeje juga menambahkan, dulu para Nabi bisa berkomunikasi jarak jauh, itu karomah. “Hari ini, Allah transfomasikan dengan teknologi. Kita sudah bisa komunikasi tanpa jarak”, ungkapnya.
Tegasnya, jika ingin memperkuat sistem dakwah ini, Jeje menuturkan, kita mesti sesuai sunnatullah transformasi tersebut.
Transformasi yang dimaksud, mulai dari tataran sarana dan media dakwah; dari lokal ke global, dari manual ke digital, tradisionalis ke modern, demikian seterusnya yang harus sejalan dengan perubahan.
“Dari melangit menjadi membumi, mekanisme berorganisasi akan mampu bertahan ketika kita mampu adaptasi dengan perubahan”, ungkap Jeje.
Esensi dakwah menurut Jeje ialah perubahan. Spirit dakwah itu berupa gerakan perubahan dan keselamatan.
“Berubah untuk selamat ya, makanya tak sempurna tema Muktamar ini manakala tak menyentuh gerakan perubahan dan gerakan penyelamatan”, pungkas Jeje. (HL/TG)