Bandung – persis.or.id, Wakil Ketua Umum Persatuan Islam KH. Dr. Jeje Zaenudin dalam sambutannya di acara Lauching Buku “Sejarah Pemikiran dan Gerakan Politik Persis” Rabu (16/10/2019) menyampaikan bahwa maju mundurnya Literasi Persis sangat dipengaruhi oleh respon penghargaan dari jamaah pada karya-karya intelektual dan ulama Persatuan Islam.
Jeje menyebutkan selama ini proses pewarisan intelektualitas dan keulamaan di jamiyyah Persatuan Islam masih terus berjalan.
“Acara ini menunjukkan bahwa proses pewarisan intelektual dan keulamaan di Persis ini berjalan, terlepas sesuai ekspektasi atau tidak, karena masih banyak yang merasa gerakan intelektual seperti lambat atau bahkan dipandang tidak ada, karena ada pergeseran; ada dai-dai selebritis yang cepat populer berkat dukungan medsos”, ungkapnya.
Namun Ia juga menjelaskan, belum tentu hal itu mencerrminkan kemajuan dalam sebuah pemikiran. Jeje juga mengingatkan agar jamaah jangan terlalu terperdaya dengan sosok figur dai selebritis medsos.
“Makin banyak dai dan intelektual medsos, ya jamaahnya juga jamaah medsos, dalam hal ini yang paling diuntungkan adalah provider media sosial”, ujarnya.
Dengan demikian, Jeje berpandangan bukan pilihan yang salah, jika Persis kurang tertarik dalam melahirkan figur-figur dai selebritis medsos. Lebih lanjut ia menambahkan, tidak ada sebuah pemikiran, gerakan dan tokoh yang berkembang secara mengawang-awang, melainkan ada dan mesti memiliki akar dan basis kemunculannya.
Ada teori continuity and change, attaghyiir wa istimrariyyah, Tak mungkin pemikiran A.Hassan misalnya lahir dari alam hampa, melainkan karena gagasan itu muncul dari hasil pemikiran-pemikiran sebelumnya, karena itulah ada geneologi pemikiran.
Wakil Ketua Umum Persis itu juga mengungkapkan, hal yang salah jika copy paste apa yang digagas orangtua kita sebelumnya, karena dinakima zaman, maka gerakan pembaharuan yang selama ini diusung Persis mesti bisa menyegarkan pikiran.
“Tajdid berarti menggabungkan pemurnian, inovasi dan dinamisasi pemikiran, jika tak digabung, kita akan kembali pada gerakan yang beku, jumud dalam berpikir” ujarnya.
Lebih tegasnya Jeje menyampaikan, jangan memandang dunia ke belakang terus, seolah yang terbaik dan termewah ada di masa lampau, sehingga lupa dengan futuristik. “Namun, jika kita terus memandang ke depan lupa memandang ke belakang, kita juga akan kehilangan basis atau landasan, bisa seperti layang layang yang putus talinya” ucapnya.
Jeje sangat mengapresiasi para intelektual, ulama dan penulis Persis yang terus berkarya dan produktif, meski tak sebanding dengan apresiasi jamaah
“Jamaah mesti demand, sehingga ada supplay. Jika tak ada respon baik dari jamaah, lama-lama bisa melempem pindah jadi dai selebritis”, tukas Jeje yang diiringi senyuman dari para hadirin.
“Kalau bukan dari anggota kita yang respect terhadap karya intelektual dan ulama Persis, lama-lama mereka bisa malas berkarya, yang punya minat bisa mundur, dan yang paling tak diinginkan jangan sampai lari ke lain hati”, ungkapnya.
Jeje menegaskan, ada timbal balik dari rescpeknya jamaah dengan dengan karya karya yang akan terus dihasilkan. Jeje mengajak seluruh elemen jamiyyah Persatuan Islam agar memberikan respon penghargaan
atas buah karya intelektual dan ulama Persis. “Jangan khawatir kita akan terus mengendorse, agar sepatutnya dihargai oleh seluruh internal jamiyyah Persatuan Islam”, pungkas Jeje. (HL/TG)
***
Untuk menyaksikan record Live Streaming acara Diskusi Panel bedah buku “Sejarah Pemikiran dan Gerakan Politik Persis” bisa diakses di https://www.youtube.com/watch?v=Hg1k7vA4uMU pada menit ke 54:23