Bandung – persis.or.id, Ir. Purwanto merupakan salah satu kader terbaik yang dimiliki Pimpinan Wilayah (PW) PERSIS Jawa Tengah.
Wakil Rektor I Universitas Persatuan Islam (UNIPI), Dr. H. Ihsan Setiadi Latief, M.Si, menuturkan bagaimana sosok Ir. Purwanto yang penuh dedikasi untuk dakwah Islam melalui jam'iyyah PW PERSIS Jateng.
“Dedikasinya kepada jam'iyah betul-betul all out, semenjak dilantik 3 Oktober 2013 di Wisma Perhutani Guci Kab. Tegal menjadi tasykil PW PERSIS Jateng, beliau terobsesi ingin bendera jam'iyah berkibar di seluruh Jateng yang merah,” kenang Dr. Ihsan.
Ihsan menambahkan, hampir seluruh daerah Jateng "diacak" beliau dengan berbagai bantuan sinergi dari alumni dan simpatisan PERSIS.
Sebetulnya, jejak kader PERSIS di Jawa Tengah sudah ada, misalnya dengan adanya kiai kelahiran Kendal Jateng KH. Munawar Khalil yang saat itu menjadi anggota Majelis Ulama PERSIS atau Dewan Hisbah PERSIS. Selain itu, ada juga KH. Hasbi Ash-Shiddieqy yang terkenal dengan tafsir dan tulisan-tulisannya. Tinggal perlunya kehadiran pimpinan wilayah di Jawa Tengah itu.
Pak Pur, begitu Dr. Ihsan memanggilnya, merupakan salah satu inisiator PW PERSIS Jateng. Dengan mengajak teman temannya, di antaranya mas Widi, kang Deden, mas Heru, mas Sam, kang Cecep, mas Nidhom dan lainnya bahu-membahu membentuk PW PERSIS Jateng dengan PD Semarang dan PD Brebes sekaligus.
“Pak Pur meskipun inisiator, beliau tidak mau jadi Ketua, dipilihlah mas Ir. Heru Rosanto Noewid pada awalnya. Meskipun kemudian beliau menggantikannya jadi Ketua PW di perjalanan. Rumah pak Pur yang strategis di pinggir jalan dekat UNDIP Semarang dijadikan Markaz PERSIS,” terang Wakil Rektor I UNIPI tersebut.
Menurut Dr. Ihsan, karakteristik gerakan PERSIS Jateng sangat berbeda dengan PERSIS pada umumnya. "Banyak yang sudah aktif di berbagai gerakan Islam, kalau lihat WAG PERSIS Jateng, semua orang yang Pak Pur kenal dimasukkan."
“Saya paham gerakan pak Pur. Beliau melibatkan semua kekuatan dan jaringan untuk menghimpun sinergi jamiyah PERSIS Jateng. Maka tak heran, sepintas orang akan bingung melihat corak PERSIS Jateng yang "berbeda" dengan PERSIS lainnya. Baik itu cara pandang fiqh, pemikiran, gerakan dan lain-lainnya. 'faina tadzhabun?' ungkapnya.
Dr. Ihsan menambahkan, ia melihat hal itu sebagai awwalan siyasah jamiyyah pak Pur untuk menggerakkan roda jamiyah disana meskipun boleh jadi disalahpahami orang.
Sebagai aktivis Salman ITB sekelas dengan Hatta Rajasa, beliau faham betul gerakan Islam, meskipun beliau sangat tawadhu tidak pernah mau berkhutbah.
“Terakhir ana minta beliau untuk memberikan kultum Ramadan di Univiversitas PERSIS secara online, beliau jawab 'jangan saya ustadz'", jelas Dr. Ihsan kepada persis.or.id, Senin (12/7/2021) pukul 03.00 dini hari.
Dr. Ihsan mengenang, Pak Pur adalah keluarga dokter, istrinya dokter. Sebelum sakit C19 menyerang beliau dan keluarga, Pak Pur datang ke Bandung karena ada keperluan ke PP PERSIS dan mampir ke Universitas PERSIS.
“Pak Pur ngobrol panjang, dan itulah pertemuan terakhir saya dengan almarhum. Karena mendapat kabar sakit ketika masih awal dirawat di ICU, saya mengirim WA pada Pak Pur tetapi tak berbalas. Selamat jalan Pak Pur, insyaallah syahid”, ujar Dr. Ihsan dengan penuh kesedihan.
(TG/DH)