PPKM dan #DiRumahAja, Imas Karyamah: Kesempatan Orang Tua Memahami Anaknya

oleh Reporter

24 Agustus 2021 | 20:19

Persis.or.id - Sampai saat ini, belum ada kepastian kapan aktivitas belajar mengajar tatap muka di sekolah dibuka atau diaktifkan kembali. Hal ini disebabkan, pandemi Covid-19 belum reda penularannya.

Masa pemberlakuan PPKM Level masih diberlakukan, dan semua orang diperintahkan tidak keluar rumah; anjuran #Dirumahsaja terus dikampanyekan.

Hal ini mendapat perhatian Imas Karyamah, M.Pd., Kaprodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUDI) STAIPI Bandung. Menurutnya, seharusnya momen ini dapat dijadikan para orang tua untuk menjadi guru bagi anak-anaknya.

“Tidak hanya pada saat PPKM atau ‘di rumah saja’, keluarga atau orang tua seharusnya menjadi pendidikan pertama bagi anak. Proses pembentukan karakter ada di dalamnya," ucap Imas Karyamah, Selasa (24/8/2021) kepada persis.or.id.

“Modal cinta adalah bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak. Namun, kembali lagi ke masing-masing individu, bagaimana caranya modal cinta itu bermakna menjadi lebih baik dan positif,” jelasnya.

Bunda Imas pun menyampaikan, alangkah baiknya momen kebersamaan selama di rumah saja ini bisa sebagai proses pembelajaran bagi para orang tua untuk lebih memahami karakter anaknya.

Lebih lanjut lagi, pemegang gelar Magister Pendidikan Anak Usia Dini yang juga akrab dipanggil bunda Imas ini menilai, bahwa masalahnya tidak semua orang tua mengenali potensi anak.

"Masalah pada pendidikan anak sering ditemui, disebabkan orang tua belum optimal dalam mengenali potensi dan bakat anak," tutur bunda Imas.

Persoalan lain, lanjutnya, belum adanya sinergi berbagai pihak dalam mendukung pendidikan anak.

“Kenali karakter biologis anak kita saat belajar di rumah, karena pada dasarnya setiap anak memiliki hal tersebut,” kata bunda Imas.

Dalam ilmu psikologis karakter, para orang tua akan mampu menggali potensi yang dimilikinya secara optimal, jika para orang tua mampu mengenali dan mengasahnya sedini mungkin. Apakah anak tercinta kita, misalnya, si pemikir keren, si pemimpi besar, si eksekutor hebat, si perasa, si spontan ala-ala, dsb.

Setidaknya ada enam aspek yang harus diperhatikan para orang tua agar siap menjadi guru bagi anak-anaknya: pertama, nilai agama dan moral. Kedua, fisik dan motorik. Ketiga, kognitif. Keempat, sosial emosional. Kelima, bahasa. Dan yang terakhir adalah seni.

Keenam aspek ini saling berhubungan, dan saling menunjang proses keberhasilan pendidikan anak. Masalahnya, tidak semua orang tua mengetahui atau bahkan menguasai beberapa aspek ini.

“Terakhir bunda imas menyampaikan, sebaliknya, jika para orang tua tidak dekat dengan anak-anak bagaimana mungkin dia mampu mengenali dan mengembangkan potensi mereka. Anak-anak butuh fasilitas dari para orang tua, dan fasilitas yang paling dibutuhkan mereka adalah cinta dan perhatian kita,” pungkasnya.

(HL/dh)
Foto: Henry Lukmanul Hakim

Reporter: Reporter Editor: admin