Soal Tiket Masuk Menuju Armuzna, Menag Minta Selesai H-1 Wukuf

oleh Reporter

13 Juni 2024 | 04:38

Makkah, persis.or.id Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas meminta pihak mashariq agar seluruh smart card sudah terdistribusi kepada jemaah haji yang belum menerima. Paling lambat H-1 jelang pelaksanaan wukuf pada awal puncak haji di Arafah. 

 

Pasalnya, dua hari jelang pelaksanaan ibadah fase puncak haji di Armuzna (Arafah Muzdalifah Mina) pada Sabtu (15/6), belum semua jemaah haji Indonesia sudah memiliki smart card atau kartu nusuk atau sekitar 12 persen dari 241 ribu jemaah haji Indonesia (atau 29 ribu orang) masih belum menerima kartu khusus yang menjadi "tiket” untuk bisa masuk ke Kawasan Armuzna.

 

“Saya meminta paling lambat H-1 jelang pelaksanaan wukuf pada awal puncak haji di Arafah seluruh jemaah sudah menerima smart card atau kartu nusuk,” kata Menag saat meninjau tenda-tenda jemaah haji Indonesia di Mina, bersama anggota Amirul Hajj, Alissa Wahid, Rabu (12/6/2027). 

 

Ia menegaskan, mengingat ketika Jemaah haji belum menerima kartu tersebut bisa menimbulkan masalah.

 

Dalam kesempatan itu, Yaqut mengklarifikasi pemicu belum selesainya kartu yang juga dikenal dengan nama kartu nusuk itu. 

Pihak mashariq menyebut, hal itu disebabkan adanya sejumlah kendala di balik proses pencetakan kartu nusuk. 

 

Sementara, perwakilan Mashariq, Amin Indragiri menyampaikan, untuk diketahui, produksi smart card itu dilakukan oleh perusahaan penyedia.

 

Namun, Amin berjanji akan mengupayakan agar seluruh smart card sudah bisa terdistribusi kepada semua Jemaah haji Indonesia sebelum pelaksanaan ibadah puncak haji berlangsung.

 

Anggota Amirul Hajj, Alissa Wahid, memberikan tanggapannya, belum tuntasnya distribusi kartu nusuk membawa dampak negatif bagi Jemaah haji Indonesia, terutama yang belum memilikinya. 

 

Sebab, ternyata kartu nusuk tidak hanya diperlukan saat pelaksanaan ibadah puncak haji di Armuzna. Tapi juga saat melaksanakan kegiatan di Masjidil Haram. 

 

”Banyak jemaah Indonesia yang sempat berurusan dengan pihak keamanan karena saat diminta kartu nusuknya, tapi tak bisa menujukkan. Akibatnya, mereka tak bisa masuk masjid,” katanya.

 

Karena itu, dia meminta kepada mashariq untuk benar-benar memperhatikan masalah ini.

 

Seperti diketahui, pada musim haji tahun ini, jamaah haji dari seluruh negara di dunia, termasuk Jemaah haji Indonesia, wajib memiliki smart card. Kartu ini jadi "tiket masuk" menuju Armuzna. 

 

Kartu ini merupakan buntut kebijakan Arab Saudi untuk memblokade jemaah tanpa visa haji masuk Makkah maupun Armuzna.

 

Akibat kebijakan smart card ini, skema pemberangkatan CJH dari hotel menginap ke Armuzna berubah. Di mana, saat hendak naik bus yang mengantar ke Arafah, setiap jemaah akan diperiksa dan di-scan dulu kartunya oleh petugas dari masyariq. Jika lolos, dia bisa masuk bus. Jika tidak, maka keberangkatannya ditunda sementara.

 

Sebelumnya, Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sudah menyiapkan skenario jika jemaah belum memperoleh smart hingga pemberangkatan menuju Arafah pada 8 Dzulhijjah atau Jumat (14/6) besok. 

 

”Jemaah yang belum dapat smart card, maka keberangkatannya ditunda sampai dapat kartu. Lalu diikutkan keberangkatan berikutnya. Kemenag RI juga sudah menyiapkan skenario darurat jika kartu tetap tidak jadi.

 

 "Insya Allah waktunya masih sangat cukup. Dan semua jemaah akan tetap bisa ke Armuzna," kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag RI Subhan Cholid. 

 

Dari Makkah, Henri persis.or.id tim Media Center Haji (MCH) 2024 melaporkan.

Reporter: Reporter Editor: admin