‘Dewasa Berjamiyyah’, Belajar Dari Ikan Salmon

oleh Ridwan Rustandi

27 Desember 2024 | 14:33

Ridwan Rustandi, M. Sos, Sekretaris Umum PP Pemuda Persis

Belajar dari Ikan Salmon. Untuk menjadi dewasa, Salmon harus bermigrasi dari ekosistem air tawar menuju ekosistem air laut. Dalam prosesnya, mereka harus menghadapi berbagai kondisi yang tidak luput dari para pemangsa. Salmon memiliki kemampuan adaptif dan keberanian mengambil resiko untuk bertahan hidup dan menjadi 'Dewasa'.


Dalam durasi waktu yang cukup lama, mereka berupaya meningkatkan kapasitas dirinya dan mengupgrade kemampuannya. Setelah mereka berhasil mencapai lautan, mereka dihadapkan dengan berbagai ancaman alam. Seleksi alam berlaku, bukan hanya menghadapi tantangan dari luar, termasuk menjawab hadangan dari dalam. Ikan Salmon dewasa terus beradaptasi dengan lingkungan baru agar bisa bertahan hidup.


Selepas berirama dengan lautan, Ikan Salmon tidak selamanya di sana. Ada masa, ia harus kembali ke tempat asalnya (air tawar). Ikan Salmon dewasa, akan bermigrasi kembali ke air tawar untuk bereproduksi. Ia memiliki tanggung jawab untuk melakukan 'regenerasi'. Berkembang biak, agar bisa memastikan keberlanjutan spesiesnya.


Ikan Salmon bukan hewan penyendiri. Mereka membangun kekuatan kebersamaan. Mereka hidup dalam koloni dan melakukan migrasi bersama. Sekalipun di intern, mereka harus berkompetisi dengan sesamanya, namun kala menghadang serangan luar, mereka berupaya membangun harmonisasi gerakan. Agar bisa melakukan perjalanan panjang dan menjadi 'dewasa'. Membangun imunitasnya dan menguatkan ketahanan ekosistemnya.


Kondisi inilah yang memungkinkan Ikan Salmon memiliki kemampuan adaptif, inovatif dan kolaboratif. Ia beradaptasi dengan perubahan lingkungan dari 'air tawar' ke 'air asin'. Ia berinovasi dengan berbagai kemungkina perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Ia berkolaborasi dengan sesamanya untuk mencapai tujuannya, melakukan perjalanan dari ekosistem 'air tawar' menuju 'lautan', dan sebaliknya migrasi kembali dari ekosistem 'lautan' menuju 'air tawar'.


Tentu kita membayangkan, betapa luar biasanya Ikan Salmon dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Tak ayal, Ikan Salmon menjadi salah satu jenis Ikan yang bergizi, kaya nutrisi, dan bermanfaat untuk kesehatan. Dari mulai menjaga kesehatan jantung, menjaga kesehatab mata, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan fungsi otak, menjaga kesehatan tulang, menjaga kesehatan kulit, dan mengontrol berat badan.


Ikan Salmon pun menjadi salah satu jenis ikan yang dagingnya cukup 'mahal'. Begitulah dalam berorganisasi (berjamiyyah), untuk menjadi 'dewasa' dan 'mahal' dengan gagasan dan pengalaman. Maka kita harus memiliki keterbukaan dan kemampuan untuk beradaptasi. Perubahan adalah keniscayaan. Untuk bertahan dalam durasi waktu yang lama, maka kita mesti memiliki 'visi keberlanjutan' ke 'masa depan'.


Untuk menjadi 'dewasa' dan 'mahal', kita mesti 'sabar' menyusuri perjalanan yang panjang. Menjawab berbagai tantangan dari dalam dan dari luar. Cibiran, luka, dan tuduhan adalah dinamika berjamiyyah yang harus dijawab dengan karya dan kuatnya komitmen perjuangan. Prinsipnya, taat sesuai aturan dan menjalankan aturan sesuai ketentuan.


Untuk menjadi organisasi yang 'dewasa' dan 'mahal', kita perlu menguatkan imunitas berjamiyyah kita dengan inovasi, adaptasi, harmonisasi dan ketaatan terhadap kepemimpinan. Ikan Salmon berhasil bertahan karena mereka memiliki kemampuan itu dan memiliki keterbukaan terhadap perubahan. Mereka menyadari akan ada banyak dinamika untuk terus bisa bertahan dan melanjutkan perjuangan.


Hal lainnya, Ikan Salmon pun tidak luput dengan orientasi keberlanjutan. Mereka kembali ke tempat asalnya selepas berpetualang di tengah samudra lautan. Mereka kembali untuk bertelur, bereproduksi, mencetak 'kader' pelanjut. Apa artinya kemajuan tanpa pondasi yang kuat? Apa artinya menjadi 'dewasa' dan 'mahal' tanpa adanya generasi pelanjut? Apa artinya pandai tanpai mau membangun perjuangan bersama?


Ternyata menjadi 'dewasa' dan 'mahal' tidak cukup sekedar pandai, bisa, kuat dan mampu sendiri. Tetapi harus teruji saat hidup dan berjuang bersama.


Sama seperti Ikan Salmon. Dalam hal ini, kita mesti memiliki 'Visi Keberlanjutan Berjamiyyah', mari lakukan perjalanan panjang dalam membangun 'peta peradaban' melalui 'Inovasi Dakwah, Harmonisasi Gerakan dan Kepemimpinan Reseptif'. Begitulah Allah Swt menjadikan banyak perumpamaan agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berfikir (Qs. Ar-Raad: 17; Qs. Ibrahim: 25). []


BACA JUGA: Tentang Kesendirian dan Kesunyian
Reporter: Ridwan Rustandi Editor: Taufik Ginanjar