Bagaimana hukum aqiqah bagi janin yang lahir kemudian meninggal dunia sebelum hari ketujuh? Apakah masih berlaku syariat akikahnya?
Jawaban:
Aqiqah artinya sama dengan dzabihah, yaitu binatang yang disembelih. Akan tetapi dalam istilah Aqiqah itu adalah kambing atau biri-biri jantan ataupun betina yang disembelih berhubung dengan adanya anak yang baru dilahirkan. Bila anak itu laki-laki maka `aqiqahnya dua kambing yang sama (mukafiatani), dan bila anak itu perempuan aqiqahnya satu ekor kambing. Kambing tersebut disembelih pada hari ketujuh, kemudian daging aqiqah itu dengan segala bagiannya, dishadaqahkan kepada faqir miskin sebagaimana halnya daging qurban.
Menyembelih aqiqah termasuk ibadah nusuk (ibadah dalam bentuk penyembelihan) yang memiliki ketentuan waktu (muaqqat), yaitu dilaksanakan pada hari ketujuh dari kelahiran anak. Sebagaimana dalam hadis diterangkan:
وَعَنْ سَمُرَةَ - رضي الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: «كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ، تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ، وَيُحْلَقُ، وَيُسَمَّى» رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالأَرْبَعَةُ، وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ.
Dari Samurah bin Jundub Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuhnya, dicukur rambutnya dan diberi nama." (HR. Ahmad dan Imam yang empat, dan dishahihkan oleh at-Tirmidzi).
عَن ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أَنَّهُ قَالَ : إِذَا كَانَ يَوْمُ سَابِعِهِ ، فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ دَمًا، وَأَمِيطُوا عَنْهُ الْأَذَى ، وَسَمُّوهُ
Dari Ibnu Umar Ra dari Nabi Saw, bawasannya beliau bersabda: Apabila hari ketujuhnya maka alirkanlah darah (menyembelih hewan) untuknya, bersihkanlah darinya kotoran dan berilah ia nama. (HR. At-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausath, No. 1883)
عَنْ عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : عَقَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ يَوْمَ السَّابِعِ وَسَمَّاهُمَا وَأَمَرَ أَنْ يُمَاطَ عَنْ رُءُوسِهِمَا الأَذَى.
Dari Aisyah Ra, ia berkata, Rasulullah Saw beraqiqah untuk al-Hasan dan al-Husain pada hari ketujuh, beliau menamai keduanya dan membersihkan kotoran kepalanya. (HR. al-Hakim, no. 7588)
Kalimat يَوْمَ سَابِعِهِ (pada hari yang ketujuhnya) menjadi dalil ketentuan waktu syariat aqiqah yaitu pada hari ketujuh dari kelahiran bayi, setelah lewat waktu tersebut ataupun sebelum waktu tersebut tidak ada syari’at aqiqah. Ketentuan waktu ini menjadi syarat sahnya pelaksanaan aqiqah, maka melaksanakan aqiqah selain pada waktu tersebut tidak sah.
Kesimpulan :
Tidak ada syariat aqiqah untuk bayi yang meninggal sebelum hari ketujuh dari kelahiran.
BACA JUGA: Program QSB (Qurban Super Barokah) yang dilaksanakan oleh LAZ Persis di Sebatik Barat