Bolehkah thawaf ifadhah tidak dilaksanakan pada tanggal 10 Misalnya di tanggal 13?
Jawaban:
Pada tanggal 10 bulan Dzul Hijjah ada empat pekerjaan haji, yaitu: (1) Melontar jumrah (Aqabah), (2) Mencukur rambut (tahalul awal atau tahalul shughra), (3) Meyembelih hadyu dan (4) Thawaf Ifadah atau Thawaf Ziarah (tahalul tsani atau tahalul kubra).
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ض، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص أَتَى مِنًى فَأَتَى الْـجَمْرَةَ فَرَمَاهَا ثُـمَّ أَتَى مَنْزِلَهُ بِـمِنًى وَنَـحَرَ ثُـمَّ قَالَ لِلْحَلَّاقِ: خُذْ، وَأَشَارَ إِلَـى جَانِبِهِ الْأَيْـمَنِ ثُـمَّ الْأَيْسَرِ ثُـمَّ جَعَلَ يُعْطِيْهِ النَّاسَ.
Dari Anas bin Malik ra, “Rasulullah Saw mendatangi Mina, lalu Ia mendatangi Jumrah (Aqabah) lalu melontarnya, lalu kembali ke tempatnya (tenda) di Mina dan menyembelih (hadyunya), lalu bersabda kepada tukang cukur: “ Cukurlah. “ Ia menunjuk bagian kanan kepalanya lalu bagian kiri, lalu Ia membagikan (rambut) nya kepada orang-orang. “ [ Muslim, no: 1305 ]
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ ض قَالَ: ... حَتَّى أَتَى الْجَمَرَةَ الَّتِي عِنْدَ الشَّجَرَةِ، فَرَمَاهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ مِنْهَا مِثْلُ حَصَى الْخَذْفِ، رَمَى مِنْ بَطْنِ الْوَادِي ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَى الْمَنْحَرِ فنَحَرَ ثَلَاثًا وَسِتِّيْنَ بِيَدِهِ ثُمَّ أَعْطَى عَلِيًّا فَنَحَرَ مَا غَبَرَ وَأَشْرَكَهُ فِي هَدْيِهِ ثُمَّ أَمَرَ مِنْ كُلِّ بَدَنَةٍ بِبُضْعَةٍ فَجُعِلَتْ فِي قِدْرٍ فَطُبِخَتْ فَأَكَلَا مِنْ لَحْمِهَا وَشَرِبَا مِنْ مَرَقِهَا ثُمَّ رَكِبَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَأَفَاضَ إِلَى الْبَيْتِ فَصَلَّى بِمَكَّةَ الظُّهْرَ ...
Dari Jabir bin Abdullaah ra ia berkata: “ ... Hingga Ia tiba di Jumrah (Aqabah) yang di dekat pohon. Lalu Ia melemparnya dengan tujuh kerikil, Ia bertakbir untuk setiap lemparan, Ia melemparnya dari arah bawah (lembah), lalu Ia kembali ke tempat penyembelihan, Ia menyembelih sebanyak 63 ekor, lalu memberikan sisanya kepada Ali ra, dan Ali ra menyembelihnya. Lalu ia meminta sekerat daging dari tiap-tiap hadyu lalu digabung di satu wadah, lalu dimasak, lalu Ia memakan dagingnya dan meminum kuahnya. Lalu ia menaiki kendaraannya untuk menuju Baitullah (untuk melakukan Thawaf Ifadlah). Lalu Ia shalat Dzuhur di Makkah, ... (HR. Muslim, no: 1219, Abu Dawud, n: 1907)
Empat ritual ini utamanya dilaksanakan pada Yaumu Nahar (10 Dzul Hijjah) dan secara tartib (berurutan); Melontar jumrah, menyembelih hadyu, mencukur rambut dan thawaf Ifadah. Dan diperbolehkan pula pelaksanaanya secara acak sebagaimana hadits berikut:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ ض أَنَّ رَسُولَ اللهِ ص وَقَفَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ بِمِنًى لِلنَّاسِ يَسْأَلُونَهُ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: لَـمْ أَشْعُرْ فَحَلَقْتُ قَبْلَ أَنْ أَذْبَحَ ؟، فَقَالَ: اذْبَحْ وَلَا حَرَجَ، فَجَاءَ آخَرُ فَقَالَ: لَـمْ أَشْعُرْ فَنَحَرْتُ قَبْلَ أَنْ أَرْمِيَ ؟، فَقَالَ: ارْمِ وَلَا حَرَجَ، فَمَا سُئِلَ النَّبِيُّ ص عَنْ شَيْءٍ قُدِّمَ وَلَا أُخِّرَ إِلَّا قَالَ: افْعَلْ وَلَا حَرَجَ.
Dari Abdullaah bin Amer bin Al-Ash ra ia berkata bahwa Rasulullaah Saw berdiri di Mina pada saat Haji Wada untuk melayani orang-orang yang hendak bertanya kepadanya, lalu ada seseorang yang datang kemudian berkata: “ Saya tidak tahu sehingga saya mencukur rambut sebelum menyembelih ?. “ Beliau bersabda: “ Menyembelihlah, tidak apa-apa. “ Lalu datang lagi seseorang kemudian berkata: Saya tidak tahu sehingga saya menyembelih sebelum melontar ?. “ Beliau bersabda: “ Melontarlah, tidak apa-apa. “ Abdullah ra berkata: “ Tidaklah Nabi Saw ditanya tentang sesuatu yang diakhirkan atau didahulukan melainkan Beliau selalu menjawab: “ Kerjakan, tidak apa-apa. “ (HR. Al-Bukhari, no: 83, Muslim, no: 1306, Ahmad, no: 6484)
Pelaksanaan Thawaf Ifadah boleh diakhirkan hingga akhir hari Tasyrik. Imam An-Nawawi berkata: “ Para ulama telah ijma bahwa thawaf ini yaitu thawaf Ifadah merupakan salah satu rukun di antara rukun-rukun haji, haji tidak sah tanpanya. Dan mereka juga bersepakat (ijma) bahwa pelaksanaan tahwaf Ifadah utamanya pada hari Nahar setelah melontar jumrah, meyembelih hadyu dan mencukur rambut. tetapi jika pelaksanaannya diakhirkan dari hari Nahar lalu mengerjakannya pada hari-hari Tasyrik maka hal itu diperbolehkan ...”. (Nailul Authar, IX 352)
Adapun bagi yang memiliki udzur dan atau haid maka pelaksanaan Thawaf Ifadah diakhirkan hingga udzurnya hilang dan atau haidnya bersih, sebagaimana hadits berikut:
عَنْ عَائِشَةَ ض أَنَّهَا قَالَتْ: قَدِمْتُ مَكَّةَ وَأَنَا حَائِضٌ وَلَمْ أَطُفْ بِالْبَيْتِ وَلَا بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ قَالَتْ: فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ اللهِ ص فَقَالَ: افْعَلِي كَمَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي.
Dari Aisyah ra ia berkata: “Aku tiba di Makkah sementara saat itu aku sedang haid, dan aku tidak bisa thawaf di Baitullah juga tidak (sa’i) antara Shafa dan Marwa, lalu aku mengadu kepada Rasulullaah Saw, Beliau bersabda: “ Kerjakanlah semua yang dikerjakan oleh orang yang berhaji tetapi engkau jangan thawaf sehingga engkau suci (dari Haid). “ (HR. Al-Bukhari, no: 1650, Muslim, no: 1211, Ahmad, no: 24109)
Kesimpulan:
Thawaf ifadhah boleh dilaksanakan pada akhir hari Tasyrik
BACA JUGA: Optimalkan Penyenggaraan Ibadah Haji, Petugas Harus Pahami SOP dengan Baik