Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّا بَعْدُ.
Hadirin sidang jum’ah rahimakumullaah
Al-Bukhari rahimahullaah menceritakan bahwa pada suatu waktu Salman Al-Farisi bertamu ke rumah saudara angkatnya, Abu Darda. Ketika Abu Darda sedang giat-giatnya memperbanyak urusan ibadat. Tak ada lagi yang diperlukan dalam hidupnya kala itu selain beribadat sebanyak-banyaknya. Abu Darda terus-menerus berpuasa, ia telah melupakan kepentingan istrinya, bahkan ia pun lupa akan kepentingan dirinya sendiri. Abu Darda tak hirau lagi terhadap urusan rumah tangganya.
Melihat keadaan Ummu Darda dengan baju yang kumuh, Salman bertanya kepada istrinya, ”Mengapakah engkau?”. Istri Abu Darda pun menyahut:
أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ فِي الدُّنْيَا
"Saudaramu Abu Darda', dia tidak memperhatikan kebutuhan dunia".
Kemudian Abu Darda datang, lalu ia membuat makanan untuk Salman. Salman berkata kepada Abu Darda': "Makanlah!". Abu Darda' menjawab: "Aku sedang berpuasa". Salman berkata:
مَا أَنَا بِآكِلٍ حَتَّى تَأْكُلَ
"Aku tidak akan makan hingga engkau makan".
Demi menghormati tamunya, lalu Abu Darda pun ikut makan.
Pada malam harinya Abu Darda bangun hendak shalat. Salman berkata: "Teruskanlah tidur". Maka ia pun tidur kembali. Belum beberapa lama Abu Darda pun bangun lagi, Salman kembali berkata: "Teruskanlah tidur". Baru kemudian setelah datang akhir malam Salman berkata: "Sekarang bangunlah". Kemudian mereka berdua shalat malam". Sesudah itu Salman berkata kepada Abu Darda:
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ
"Sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atasmu, dan jiwamu mempunyai hak atasmu, dan isterimu mempunyai hak atasmu, maka berilah setiap hak kepada orang yang berhak".
Kemudian Abu Darda menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu ia menceritakan apa dialaminya itu. Maka Beliau bersabda: "Salman benar". HR. Al-Bukhari, Fathul Bari IV:726-727.
Dari peristiwa di atas kita dapat lebih mengenali bahwa Salman bukan hanya seorang ahli taktik, strategi, dan teknik, akan tetapi dia juga sebagai seorang muballigh yang beramar ma’ruf nahyi munkar, tawaa shau bilhaq wa tawaa shau bishshabri. Dan tergambarlah isi jiwa Salman, menjauhkan diri dari kepalsuan lahiriyah, bernasihat dengan ikhlash sepenuh hatinya.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ
والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sumber: Risalah Edisi Oktober 2024
BACA JUGA:Khutbah Jumat: Agar Rumah Tangga Diberkahi Allah