Akhiri 2019 dengan Terimakasih dan Mohon Maaf

oleh Reporter

01 Januari 2020 | 09:47

Maha suci Allah yang telah menjadikan Bumi, Langit, Matahari dan makhluk langit lainnya beriring berjalan berbarengan. Tak ada yang mereka lakukan, sekecil pun gerakannya kecuali itu semua ada dalam pengawasan Allah ta’ala. Matahari tak tak pernah salah terbenam, dan tak pernah ragu untuk terbit. Bulan tak pernah lelah mengikuti Bumi apapun resikonya. Langit tetap menjadi langit yang selalu menjadi harapan semua makhluk. Bumi tetap diinjak sekalipun Manusia kotor mendiaminya. Air tak henti mengalir selama Makhluk Bumi membutuhkannya. Allah tetap menjadi Tuhan bagaimanapun sangkaan Hambanya.

Semua yang Manusia lakukan, tak lepas dari pengawasan Tuhan. Tanah kebaikan yang kita gali, ditanam dengan ikhtiar, kesabaran dan tawakal menjadi buah yang ranum dan menyegarkan. Allah yang menguatkan langkah kita. Dia-lah Tuhan semesta Alam. Derajatnya lebih tinggi dari apapun makhluk ciptaannya. Buah kebaikan yang menyegarkan bukan karena kita pandai menanam dan rajin menyiram, tapi karena Allah yang memberikan potensi untuk kita bisa menjaganya.

Dalam hubungan kita dengan Tuhan, terasa indah dan nyaman. Manusia berbuat kesalahan, Allah takan segan memberikan ampunan. Ketika kita menebar kebencian sesama insan, Allah takan lupa untuk memberikan kasih sayang. Maha Suci Allah atas segala kebijaksanaan.

Hubungan kita dengan Manusia lainnya, berbanding terbalik dari apa yang diharapkan. Memahami keinginan manusia lebih sulit dari mengharapkan Ridho Tuhan. Bahkan sesama ciptaan Tuhan, kita sering berbeda pemahaman, sering kali bertabrakan keinginan, mudah sekali melempar kesalahan, bahkan tak jarang kita menyaksikan sendiri diri kita bertengkar dengan Tuhan, karena bebalnya alam pikiran.

Manusia diciptakan Tuhan untuk saling mengenal, memahami dan menyayangi. Mengenal artinya meyakini bahwa ini adalah bukti bahwa Allah tak main-main dalam menciptakan diri ini. Mengenal berarti kita sama-sama Manusia, diciptakan dengan proses yang sama, bahan yang tak berbeda, di proses dengan gaya dan selebrasi yang tak sama. Rupa-rupa. Mengenal menunjukan bahwa tak ada manusia yang sempurna. Kita tak harus sama dengan mereka. Kamu tak harus sama dengan dia. Dia boleh menjadi dirinya yang berbeda.

Memahami berarti kamu menyeimbangkan pikiran mu dengan idenya. Memahami dimaknai sebagai arti siapnya hati dan diri untuk berbagai. Memahami dimaksudkan sebagai cara agar kamu tak belagu, tak menggerutu karena dirinya so tau, jangan begitu. Cukup Allah yang tahu.

Memahami menunjukan bahwa kamu tak apa-apa jika dia bicara terbata-bata dan kamu tak memahaminya, melangkah terengah-engah dan kamu sulit mengejarnya, melakukan kesalahan yang sama dan kamu bosan melihatnya. Tak apa, urusan dia dengan Tuhannya.

Kamu cukup menjadi kamu yang tak perlu semua tau. Kamu cukup menjadi kamu yang tak harus menonjolkan siapa kamu. Kamu cukup sempurna menjadi kamu ketika tak menyamakan dia harus sama dengan mu. Dan kamu akan tetap menjadi kamu ketika yakin dan berbangga atas apa yang telah dicapai oleh diri dan potensi mu. Cukuplah begitu.

Sebagai manusia, kita tak boleh melupakan 2 hal ; Terimakasih dan Mohon Maaf.

“Terimakasih atas apa yang telah orang lain lakukan dan

Mohon Maaf atas apa yang telah kamu perbuat”

Sungguh indah dan menyenangkan ketika 2 hal itu kita selalu gaungkan dalam setiap seni kehidupan. Kehidupan yang berbeda membuat kita harus tetap ada dalam genggaman Tuhan dan menghindari jeratan Syetan. Tuhan membuat semuanya sakinah, Syetan memolesnya menjadi gundah.

Terimakasih menjadi bukti bahwa kamu sadar, orang lain memiliki peran dalam menyukseskan hidupmu dan kehidupan. Pakaian yang sering kita kenakan, tanpa adanya pemintal benang dan penyelup warna pakaian, sepertinya hidupmu akan stagnan. Makanan yang kau masukan, tanpa ada petani padi dan nelayan pencari ikan, sepertinya badanmu akan mati tak karuan. Kendaraan yang kau gunakan, melesat kencang dijalanan perkotaan dan perkampungan, tanpa adanya pandai besi dan perancang mesin kecepatan, sepertinya kakimu akan terus berjalan menapaki bayangan. Rumah yang siap sedia menutupi hujan, tanpa adanya pengeruk pasir, pemanggul batu dan pengrajin kayu, sepertinya dirimu tak bisa istirahat dan bertahan.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan hajat hidup dan matimu.

Mohon maaf menjadi penyempurna canda dan tawa. Tanpa disadari, diri kita lupa akan salah dan khilaf. Tangan lupa bagaimana memberikan yang terbaik tanpa harus menghardik. Kaki keliru bagaimana harusnya berjalan sesuai norma waktu, tanpa harus menendang dan menyibak setiap kesalahan orang. Mulut lupa berujar cinta dengan tanpa memuncratkan luka. Hati lupa menyayangi, tanpa harus iri dan dengki. Diri lupa berbakti pada ilahi robi dengan tanpa syirik dan menyombongkan diri.

Sepertinya ini cukup menjadi bukti jika Manusia ingin menjadi pribadi yang menyenangkan dan menenangkan. Senang melihat orang lain senang, luka melihat orang lain berlumur dosa. Tenang ketika mulut berucap syukur, tenang kala bertindak meniti kebaikan.

Perbanyak istigfar atas dosa yang telah kita tunaikan, perbanyak bismilah dalam setiap langkah, tutup dengan hamdalah bagi segala sesuatu yang telah kamu lakukan dengan lillah. Dan semoga hidupku dan hidupmu menjadi berkah dan menuai sakinah.

 

****

Kholid Barkah,

31 Desember 2019 | Pukul 10.50 WIB

Mahad Imtaq Cikalongwetan Bandung Barat

 

Reporter: Reporter Editor: admin