Oleh: Dr Nurmawan M.Ag, Ketua STAI Persis Bandung
Secara umum, manusia terbagi menjadi empat kelompok berdasarkan sifat dasar atau tabiatnya. Pertama, kelompok manusia bahimiyah atau manusia yang memiliki sifat seperti binatang ternak. Kedua, kelompok manusia sabu'iyah atau manusia yang memiliki sifat seperti binatang buas.
Ketiga, kelompok syaithanniyah atau manusia yang memiliki sifat seperti setan. Keempat, kelompok rububiyah, yakni orang-orang yang memiliki sifat dasar atau tabiat ketuhanan.
Mereka yang memiliki sifat bahimiyah umumnya dicirikan dengan perilakunya yang oportunistis, tamak, dan rakus. Tujuan hidupnya hanyalah untuk memenuhi hasrat biologisnya. Demi memenuhi hasrat biologisnya mereka menghalalkan segala cara, termasuk jika harus melanggar aturan-aturan agama. Mereka juga tak memedulikan siapa pun. Yang penting tujuannya terpenuhi dan hasrat keduniawiannya terpuaskan.
Kelompok manusia sabu'iyah, seperti halnya binatang buas, yang memiliki kecenderungan untuk menerkam. Mereka yang memiliki tabiat sabu'iyah selalu ingin menang sendiri, berkuasa sendiri, dan mendominasi.
Mereka juga memiliki sifat yang sombong, pemaksa, dan gila kehormatan. Suka dengan pujian dan sanjungan, cinta status quo, dan selalu mendambakan superioritas atas semua golongan.
Kelompok ketiga, yang paling menakutkan, adalah kelompok manusia yang memiliki sifat seperti setan. Mereka tidak hanya memiliki semua sifat kebinatangan (bahimiyah dan sabu'iyah), tapi juga selalu memiliki keinginan untuk menjerumuskan orang lain dalam jurang kesengsaraan dan kenistaan. Kebahagiaannya adalah ketika melihat orang-orang hidup dalam keterpurukan. Kegembiraannya adalah saat melihat orang-orang berselisih, saling bunuh, saling mencelakai. Mereka yang memiliki sifat syaithanniyah umumnya pemarah, pendengki, dan pendendam.
Kelompok manusia yang keempat adalah mereka yang paling beruntung, yakni mereka yang memiliki sifat-sifat ketuhanan dalam hidupnya. Mereka memiliki sifat pengasih sebagaimana Allah Maha Pengasih (Ar Rahmaan). Mereka juga memiliki sifat penyayang sebagaimana Allah Maha Penyayang (Ar Rahiim), dan seterusnya.
Mereka yang memiliki sifat-sifat ketuhanan dalam dalam dirinya cenderung untuk selalu berbuat baik dan menebarkan kebaikan. Mereka inilah yang oleh Allah Swt disebut dalam Al-Qur'an sebagai la ‘allahum yarsudun, yakni orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ramadan adalah momentum bagi kita untuk mencapai derajat tersebut. Momentum untuk berlatih dan memperbaiki diri. Meninggalkan sifat-sifat hewani dan menggantinya dengan sifat ketuhanan.
Melalui Ramadan kita jemput petunjuk Allah, yang dengan itu pula kita mengubah tabiat hewani kita dengan tabiat Rabbani.
Wallahu a'lam bis-shawab. (*)