Tasikmalaya, persis.or.id – Jumat, 29 Agustus 2025, Kota Tasikmalaya diguyur hujan ringan sepanjang hari dengan suhu berkisar 20–21 derajat Celsius menurut BMKG. Meski cuaca dingin, kader Pimpinan Daerah (PD) Ikatan Pelajar Persis (IPP) Kota Tasikmalaya tidak menjadikannya alasan untuk berhenti berjihad dan menuntut ilmu.
Setelah sepekan sebelumnya diselenggarakan, kegiatan Integritas, Spiritual, dan Keilmuan (INSAN) kembali digelar di Gedung Kesenian Dadaha, Kota Tasikmalaya. Acara menghadirkan narasumber dari Pimpinan Pusat (PP) IPP, yakni Rakanda Muhammad Nurdin Zulfiqri (Bidang Pendidikan dan Dakwah PP IPP), serta dimoderatori oleh Alif Ilham (Bidang Pendidikan dan Dakwah PD IPP Kota Tasikmalaya).
INSAN kali ini dihadiri 16 santri dan siswa dari berbagai pesantren serta sekolah, di antaranya PPI 7 Cempakawarna, MA Ilmu Dakwah Daarunnahlah, SMPN 5 Kota Tasikmalaya, SMKN 2 Kota Tasikmalaya, SMAN 9 Kota Tasikmalaya, dan SMA 1 Sindangkasih.
Kegiatan mengusung tema “Membahas Tuntas Ar-Rasikhūna fil-‘Ilmi” yang bertujuan memberikan pemahaman sekaligus mewujudkan kader dakwah berkarakter Ar-Rasikhūna fil-‘Ilmi, sesuai dengan Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) Bab 1, Pasal 4.
Narasumber mengawali kajian dengan meminta salah satu kader, Fadli (santri kelas XI PPI 7 Cempakawarna), membacakan QS Ali Imran ayat 7. Setelah itu, Nurdin menjelaskan bahwa ayat tersebut diperdebatkan para ulama karena pada kalimat وَالرّٰسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ terdapat perbedaan pendapat: apakah huruf wawu di situ bermakna ‘athaf atau ibtidā’. Jika ‘athaf, maka ayat itu termasuk muhkamat sehingga bisa ditafsirkan. Jika ibtidā’, maka ia tergolong mutasyābihāt sehingga tidak bisa ditafsirkan.
Perdebatan ini membuat kader sempat bingung menentukan pandangan yang harus diikuti.
Nurdin kemudian menyinggung doa Nabi Muhammad ﷺ kepada Ibnu Abbas:
اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ
“Ya Allah, berikanlah ia pemahaman agama yang mendalam dan ajarkanlah kepadanya takwil (tafsir) al-Qur’an.” (HR. Ibnu Hibban)
Ia menegaskan bahwa doa ini menjadi dasar bahwa ayat-ayat mutasyābihāt pun bisa ditakwilkan, meski hanya oleh orang-orang tertentu yang berilmu mendalam. Di sinilah letak pentingnya peran Ar-Rasikhūna fil-‘Ilmi, yakni mereka yang mampu mentakwilkan ayat atau sekadar meyakini kebenarannya.
Lebih lanjut, Nurdin membahas pendapat al-Baghawi tentang Ali Imran ayat 7. Menurutnya, Ar-Rasikhūna fil-‘Ilmi adalah orang-orang yang kokoh dalam ilmu, yakin dengan potensinya, serta tidak mudah tergoyahkan. Beberapa aspek yang harus dimiliki antara lain takwa, tawadhu, zuhud, dan mujahadah. Ia juga menekankan pentingnya mempelajari aspek kehidupan sebelum mengenal diri agar terhindar dari sifat ujub.
BACA JUGA:Ketum IPP Tekankan 4 Peran Strategis Pelajar Islam Menuju Indonesia Emas 2045