Tasikmalaya – persis.or.id, SMA Plus Muallimin (SMUSIM) Pesantren Persis 182 Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya menyelenggarakan rangkaian agenda akhir penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) bagi santri Kelas XII IPA dan IPS dengan pengujian sidang/Munaqasyah yang diselenggarakan sejak hari Sabtu s.d. Senin (11-13/11/2017).
Ketua pelaksana KTI, ustadz Rifqi Yuhana, mengutarakan maksud lembaga melaksanakan pengujian tertulis dan lisaniyah KTI, selain menimbang dan mengevaluasi buah karya ilmiah dalam bentuk tertulis, pelaksanaan program KTI di SMUSIM dimaksudkan juga sebagai proses pembentukan daya pikir santri yang ilmiah, kritis, dan sistematis laiknya kader Jam’iyyah.
“Dalam hal ini seluruh santri kelas XII yang berjumlah 57 dilatih untuk mengkaji dan menelaah berbagai hal melalui studi pustaka. Sebagai keleluasaan, santri menentukan sendiri Tema bahasan yang akan ditulisnya dengan persetujuan dari panitia atas pertimbangan beberapa hal, di antaranya kemanfaatan pembahasan tersebut yang juga disesuaikan dengan kapasitas masing-masing santri,” papar Rifqi.
Demi tercapainya maksud tersebut, dari pihak pesantren dibentuk tim pembimbing demi terarahnya penugasan KTI secara baik dan terukur.
Dalam pelaksanaan pengujian sidang, orang tua dihadirkan agar menyaksikan secara langsung kemampuan dan kapasitas putra-putrinya. Selain itu, santri Kelas X dan XI pun ikut hadir di ruang sidang sebagai proses pembelajaran bagi mereka sekaligus uji mental bagi peserta sidang.
Direncanakan, KTI santri yang lolos melalui tahap seleksi akan dicetak dan diterbitkan sebagai buku.
Seperti diketahui di dua bulan terakhir, santri Persis SMUSIM ini telah mengeluarkan karya antologi Puisi yang keseluruhan isinya merupakan buah karya santri kelas XII.
Maka rencana baik serta bernilai edukatif tersebut sangat diharapkan bisa menjadi pemantik bagi keseriusan penyelesaian suatu karya tulis Ilmiah yang otentik, mengandung kemanfaatan, sehingga sesuai dengan warna dasar dari santri Persis yang masyhur sebagai kader pemikir dan penggerak Islam bercorak keilmiahan.
Seperti diungkapkan salah satu peserta sidang dari kelas XII IPA, Ayu Andira Dwi Charolin, menurutnya selesainya KTI tersebut menjadi jawaban betapa pun dipandang berat untuk menelurkan sebuah karya ilmiah, namun bila dikerjakan dengan serius, insyaallah bisa mewujud.
“Sehingga di kemudian hari kami memiliki motivasi dan pijakan untuk berkarya di ruang yang lebih luas lagi.” Ungkap Ayu serius.
Ayu yang mengambil judul “Penyakit Jiwa dan Solusinya dalam Islam” ini optimis KTI-nya bisa masuk nominasi pihak pesantren untuk diterbitkan menjadi buku. (/Z3)