Pesan Nabi, jangan takut mati
Meski kau sembunyi, dia menghampiri
Takutlah pada kehidupan sesudah kau mati
Renungkanlah itu....
(Bimbo)
Setiap kali penulis menjalani cuci darah, dalam hati selalu berkata: Jangan-jangan ini adalah cuci darah saya yang terakhir. Maklum cuci darah (hemodialisa) merupakan proses yang rentan terjadi kematian. Kadang ada pasien yang saat menjalani cuci darah mengalami drop dan meninggal dunia. Sudah beberapa kali penulis menyaksikan rekan sesama pasien cuci darah yang meninggal sewaktu menjalani hemodialisa.
Ketika jutaan ummat Islam menggelar Aksi Damai Bela Islam II di Jakarta, 4 November lalu, kematian menjadi hal yang renyah diucapkan. Tidak jarang di antara mereka yang mengatakan: kami siap syahid di tengah aksi ini. Kami sudah membuat wasiat kepada keluarga jika kami menghembuskan nafas terakhir di medan jihad tersebut. Bahkan tidak sedikit yang sudah mempersiapkan kain kafan sebelum mereka berangkat. Sepertinya, bagi mereka kematian bukan sesuatu yang mengerikan untuk diucapkan.
Jangan sungkan bicara kematian. Sebab kematian bukan persoalan yang menakutkan. Bagi orang beriman kematian hanyalah suatu proses metamorfosis untuk memasuki kehidupan yang lebh tinggi kualitasnya. Namun begitu, ibarat orang hendak bepergian atau pindah rumah, membayangkan saat kematian tiba pasti akan menimbulkan respons sangat emosional. Ada yang mungkin bersemangat, tetapi muncul rasa enggan, ragu, dan takut. Berat rasanya meninggalkan rumah dunia dengan segala kenangannya, terlebih rumah dan kehidupan masa depan belum pasti seperti apa keadaannya. Dalam suasana ragu, takut, dan tidak menentu itu, sikap pasrah kepada Allah SWT pemilik rumah masa depan sangat membantu untuk mendapatkan rasa damai.
Siapapun kita tidak akan mampu mengelak dan berkelit untuk memasuki pintu gerbang kematian. Jika saatnya tiba, semua mesti masuk pesawat kematian untuk meneruskan perjalanan yang lebih jauh.
Karena itu, akan terasa menyakitkan jika kematian kita pandang sebagai peristiwa yang mengerikan dan menakutkan. Kematian sebagaimana kehidupan adalah anugerah ciptaan Allah SWT. Allah tidak menciptakan kematian untuk menakuti manusia. Kematian dan juga kehidupan diciptakan untuk mendorong manusia agar semakin memperbanyak tabungan amal shalehnya. (QS. Al-Mulk: 2)
Karena itu, pandangilan kematian dengan penuh kedamaian dan optimisme. Tataplah kematian sebagai penyemangat kita melakukan sebanyak mungkin kebaikan. Bayangkan kematian akan terjadi besok. Begitu nasihat baginda Nabi SAW, ketika memerintahkan umatnya berkarya untuk kehidupan akhirat. Kemanapun kita pergi, di manapun kita berada, kematian adalah teman yang paling dekat dengan kita.*
*) Situaksan Pagarsih Kota Bandung
Namun kini kang Yadin Burhanudin,,sudah menghadapNya,,,
Oleh Yadin Burhanudin