Kopi Darat dengan Miqat: Menghidupkan Sunnah, Menjaga Kesahihan Umrah

oleh Reporter

09 April 2025 | 09:53

Kopi Darat dengan Miqat: Menghidupkan Sunnah, Menjaga Kesahihan Umrah

Mekah, persis.or.id - Hari ketiga pelaksanaan Umroh Sakinah bersama Karya Imtaq membawa jamaah pada pemahaman mendalam tentang pentingnya memegang prinsip-prinsip syar’i dalam setiap ibadah. Salah satunya terkait pelafalan niat di Miqat, yang menjadi syarat sahnya ibadah umrah.


Wakil Sekretaris Umum PP Persis, Ir. H. Muhammad Faisal Nursyamsi, MM menjelaskan bahwa saat rombongan jamaah menempuh perjalanan udara menuju Tanah Suci, pelafalan niat umrah—"Labbayka Umrotan"—dilakukan serentak kurang lebih 25 menit sebelum pesawat mendarat di Bandara Jeddah.


Saat itu, posisi pesawat telah melewati batas Miqat yang secara visual memang tidak terlihat dari dalam kabin. Namun secara syar’i, waktu dan lokasi niat sudah tepat.


"Umrah itu satu kali dalam satu safar. Itulah pendapat yang rajih, sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ," ungkap ustaz Faisal, Senin (07/4/2025).


Oleh karena itu, Karya Imtaq tidak merekomendasikan jamaah untuk mengambil miqat ulang di Tanaim hanya demi menambah jumlah umrah. Pendekatan ini bukan hanya mengacu pada fiqih yang kuat, tetapi juga menjaga keotentikan ibadah sesuai tuntunan.


Dalam semangat tagline Karya Imtaq: “Kalau sesuai sunnah itu simpel, mengapa harus ribet?”, prinsip ini terus dipegang teguh dalam setiap penyelenggaraan. Fokus bukan pada kuantitas ibadah yang berulang, melainkan kualitas ibadah yang sahih dan bermakna.


Menariknya, pada hari ketiga itu pula, jamaah diberi kesempatan untuk melakukan rihlah ke kota Thaif—sebuah kawasan bersejarah yang menjadi saksi perjuangan dakwah Rasulullah ﷺ. Dalam perjalanan pulang menuju Mekkah, rombongan melewati Qarnul Manazil, salah satu Miqat utama bagi penduduk Najd dan sekitarnya.


"Inilah momen yang kami sebut sebagai kopi darat dengan Miqat," ujar ustaz Faisal sambil tersenyum. Bukan untuk mengambil niat umrah lagi, tapi sebagai bentuk penghormatan terhadap tempat yang telah ditetapkan Allah sebagai batas sakral.


Di tempat itu, jamaah melaksanakan salat Dzuhur dan Ashar secara jamak qashar—sebuah keteladanan dalam fiqih safar yang juga bagian dari sunnah.


Momentum tersebut tidak hanya menghadirkan pengalaman spiritual yang khas, tetapi juga penguatan edukasi ibadah yang mendalam. Sebuah pendekatan khas Karya Imtaq: memadukan perjalanan ruhani dengan pembelajaran fiqih secara langsung di lapangan.


“Sensasional,” kata ustaz Faisal, menggambarkan kekhusyukan dan kebahagiaan jamaah hari itu. Karena pada akhirnya, umrah bukan sekadar ritual, tapi juga ruang belajar, penguatan iman, dan peneguhan sunnah. []

BACA JUGA: Dukung Kemajuan PT Karya Imtaq, H. Andi Sugandi Tegaskan Pentingnya Kolaborasi Semua Elemen PERSIS
Reporter: Reporter Editor: Taufik Ginanjar