Oleh: Widi Astuti (Anggota PERSISTRI Jateng)
Bangga melihat rakyat Palestina tak pernah menyerah. Meski dibombardir tiada henti, tapi tak menyurutkan langkah kaki mereka untuk terus melawan zionis. Darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah para pejuang yang tak takut mati.
Hati saya bergetar melihat keteguhan hati seorang dokter di Palestina. Saat dia menerima pasien, ternyata di antara pasien yang sudah meninggal tersebut adalah suaminya. Tentu dia kaget dan bersedih. Tapi hanya sebentar saja.
Kemudian dia justru berjalan mengabarkan dengan gembira kepada semua orang bahwa suaminya sudah syahid. Dan dia tersenyum bahagia mendapati bahwa kelak suaminya bisa memberikan syafa'at bagi 70 anggota keluarganya. Sebuah kemuliaan bagi para keluarga syuhada.
Perempuan Palestina begitu heroiknya, terlebih lagi kaum pria. Mereka faham bahwa setiap saat nyawa bisa melayang karena serangan kaum Zionis Yahudi. Itulah mengapa mereka memutuskan ketika tidur pun mengenakan hijab.
Agar ketika mereka meninggal tetap ditemukan dalam kondisi menutup aurat sempurna. Mereka berusaha menjaga aurat sebaik mungkin. Karena mereka paham serangan Israel bisa terjadi kapan saja selama 24 jam.
Negeri Palestina adalah negeri yang diberkahi. Hanya orang-orang pilihan langit yang bisa bertahan hidup disana dengan taruhan nyawa. Hanya para pejuang yang tulus ikhlas yang berani melawan kedzaliman bangsa keturunan monyet.
Mereka bukanlah bangsa pengecut. Mereka faham bahwa efek dari serangan kepada Israel adalah balasan yang lebih kejam. Tapi mereka tak takut. Karena bagi mereka kematian adalah awal dari kebahagiaan abadi jika tetap Istiqomah membela agama-Nya.
Mereka faham bahwa Israel didukung negara-negara super power penguasa dunia, tapi mereka tak gentar. Bahkan meskipun banyak negara yang mayoritasnya penduduknya muslim tapi terkesan cuek, maka rakyat Palestina tetap berjuang.
Jika kita belum bisa membantu mereka, minimal doakan mereka agar diteguhkan hati mereka. Ah rasanya malu, mereka tak butuh kita. Tanpa doa kita pun, mereka tetap maju, tak perlu diragukan lagi.
Justru kita yang memerlukan mereka. Karena keberpihakan kita kepada merekalah yang kelak menjadi catatan amal shalih. Bahwa kita sudah menunjukkan al-wala' wal bara' sebagai konsekuensi dari aqidah Islam.
Tunjukan keberpihakan kita kepada Palestina. Tunjukan kecintaan kita kepada mereka. Karena kitalah yang memerlukan, agar kelak kita bisa mempertanggungjawabkan di hadapan Allah bahwa hati kita selalu bersama rakyat Palestina.
Kita sadar bahwa pembelaan kita tak berarti banyak, tak bisa memadamkan dentuman bom atom Israel. Kita ibarat burung Pipit yang berusaha memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim.
Hanya setetes air yang tak bermakna. Tapi sesungguhnya setetes air itu telah menunjukkan keberpihakan kita. Setetes air itu berat timbangannya di sisi Alloh karena menyangkut aqidah.
Khaibar Khaibar ya Yahud, jaisyu Muhammad saufa yaud !!!!
[]