Prof. Siti Zuhro: Majelis Malindo Madani Harus Punya Roadmap dan Dialog Intensif

oleh Henri Lukmanul Hakim

23 Agustus 2025 | 17:14

Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik LIPI sekaligus Peneliti Utama Politik BRIN, Prof. Siti Zuhro - Foto: Henri Lukmanul Hakim

Kuala Lumpur, persis.or.id – Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik LIPI sekaligus Peneliti Utama Politik BRIN, Prof. Siti Zuhro, turut hadir dalam agenda Majelis Cendekiawan Madani Malaysia–Indonesia (Malindo Madani) yang digelar di Kampus International Institute of Advanced Islamic Studies (IAIS), Kuala Lumpur, Malaysia, pada Sabtu (23/8/2025).


Dalam kesempatan tersebut, Prof. Siti menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan forum Malindo Madani. Ia menilai forum ini sebagai inisiatif strategis yang memiliki potensi besar dalam memperkuat relasi dua negara serumpun, Indonesia dan Malaysia.


Namun, ia juga memberikan sejumlah catatan penting untuk keberlangsungan forum tersebut ke depan.


“Majelis ini harus mencari titik temu dan memperkukuh kesatuan antara dua negara, Malaysia dan Indonesia. Selain itu, perlu dilakukan pemantapan akar peradaban serta penyatuan visi dan misi kedua negara demi kesinambungan forum ini,” ujar Prof. Siti di sela-sela sidang.


Ia juga menekankan perlunya roadmap atau peta jalan yang jelas sebagai landasan gerak forum Malindo Madani.


“Harus ada rencana strategis yang menggambarkan tujuan, sasaran, dan langkah-langkah konkret. Langkah-langkah strategis ini harus dirumuskan dan diformulasikan secara bersama,” tegasnya.


Prof. Siti mengingatkan, jika forum ini hanya berlangsung satu kali dalam setahun tanpa pertemuan lanjutan, maka tiga tujuan utama majelis ini tidak akan tercapai. Menurutnya, pertemuan berkelanjutan dan dialog yang lebih intensif sangat diperlukan untuk mewujudkan hasil nyata.


Ia juga menekankan pentingnya membangun rasa saling percaya dalam membangun peradaban bersama, serta perlunya output konkret dalam waktu dekat, misalnya melalui pertukaran pendidikan antara kedua negara.


“Saat ini saya melihat kedua delegasi belum benar-benar klik. Karena belum ada dialog yang intensif, masih sebatas selayang pandang saja,” jelasnya.


Ia menyarankan agar ke depan diadakan dialog yang representatif dengan melibatkan delegasi yang utuh. Menurut Prof. Siti, representasi delegasi baik dari sisi kualitas maupun kuantitas harus diseimbangkan.


“Kalau sudah seimbang, maka perspektif itu akan bertemu, akan saling klik. Harapannya sesuai dengan tujuan awal berdirinya majelis ini, tetapi dengan catatan: fondasinya harus diperkuat terlebih dahulu,” pungkasnya. []

BACA JUGA:

Deklarasi Malindo Madani 2025, PERSIS dan Ulama Malaysia Dorong Visi Peradaban Global