Resensi Buku Sublimotion; Rahasia Mengubah Kepahitan jadi Kekuatan

oleh Reporter

29 November 2019 | 13:36

Tebal: 144 halaman
Ukuran: A5
Penulis: Taufik Ginanjar
Penerbit: Persis Pers
Tahun: November 2019

Bermula dari sebuah pertanyaan, “Mengapa harus ada masalah? Bukankah hidup tanpa masalah akan lebih indah”. Karena ada masalah, ada orang yang mengalami stress, frustasi hidupnya hingga depresi dan nekad bunuh diri. Ia merasakan kepahitan, ketakutan mendalam, penderitaan dan kesedihan. 

“Apakah kita bisa lepas atau terbebas dari masalah?” Seperti itulah pertanyaan sekaligus keinginan kita selama ini. Namun Sayangnya, masalah itu malah terus ada dan ada lagi. Hingga kita sampai pada pertanyaan, “Sampai kapan penderitaan ini akan berakhir? Hidupku sudah tak ada gunanya lagi, rasa-rasanya kematian adalah cara terbaik mengakhiri penderitaanku”. 

Tak sedikit orang yang terjebak oleh kondisi tersebut, hingga ia menjadi kehilangan identitasnya sebagai manusia. Sampai hati ia menjadi membabi buta, bahkan rela melakukan kejahatan. Kemarahan meluap-luap, meronta-ronta dengan nasib hidup yang menimpanya. 

Ia menyebut bahwa Allah tak adil, Allah tak mendengar doa-doanya. Ia bilang percuma saja ibadah, percuma saja berbuat amal kebaikan, percuma saja selama ini berdoa. Keputusasaan itu menjadi pendorong yang lebih kuat, membenarkan alasan-alasannya berbuat dosa dan maksiat sebagai bentuk pelampiasan.

Siapa saja yang berada di kondisi krisis seperti itu, pasti akan merasakan betapa gelapnya kehidupan ini. Betapa jahatnya takdir kepada dirinya. Di sisi lain, ia beronta-ronta ingin keluar dari lingkaran kehidupan seperti itu. Ia iri dengan kehidupan orang lain yang terlihat lebih baik dari kehidupannya. Semakin dibandingkan dengan kehidupannya, hatinya semakin teriris-iris melihat kenyataan yang ada. 

Bisakah keadaan-keadaan dan kenyataan hidup itu diubah ceritanya? Bisakah hidup jadi lebih bahagia? Apakah Allah benar-benar adil terhadap hamba-hamba-Nya? Apakah Allah benar-benar menyanyangi hambanya? Tapi mengapa, mengapa Allah memberikan penderitaan dan kepahitan ini? 

Pertanyaan-pertanyaan itu yang mendorong penulis untuk menghadirkan buku ini di tengah-tengah umat. Dalam setiap situasi, terlebih di situasi yang begitu sulit, seseorang selalu dihadapkan pada sebuah pertanyaan besar. Pertanyaan yang memaksa kita untuk memilih positif atau negatif. Pertanyaan yang menuntut kita memaknai kondisi dan kejadian tertentu sebagai apa? Pertanyaan itu akan terus menghantui hati dan pikiran kita, bila terus didiamkan.

Penulis menjelaskan, setiap orang akan merasakan pertanyaan besar itu. Jika pertanyaan besar di hatinya itu tak mampu terjawab dengan baik, siap-siap saja merasakan penderitaan yang bertambah-tambah. Luka di hati yang tak tau sampai kapan akan berakhir. 

Ada orang yang benar menjawab pertanyaan besar di hatinya, hingga Allah pada akhirnya memberikan hidayah, menuntun orang tersebut pada sebuah hidup yang penuh kebahagiaan sejati dan diberkahi. Ada pula orang yang keliru dalam menjawab pertanyaan besar di hatinya, hingga akhirnya hatinya menjadi keras. Ia memilih melawan sistem yang Allah cipatakan dalam dirinya. Jika terus demikian, ia akan terus terjebak pada kehidupan yang sebetulnya menyengsarakan dan berujung penyesalan tiada akhir. Benar dan keliru nya seseorang dalam menjawab pertanyaan besar itu ukurannya ialah Al-Quran sebagaimana yang termaktub QS. Al-Baqarah : 186

Lewat buku ini, penulis berusaha menerangkan mengapa dan bagaimana bisa seseorang mengalami berbagai dinamika ujian yang dianggapnya berat bahkan hingga titik nadir seolah takdir Allah tak adil terhadapnya. Lewat buku ini pula, penulis ingin menunjukkan bahwa penderitaan dan kepahitan adalah sebuah kebaikan dari Allah bagi hamba hamba-Nya. Penderitaan adalah bukti bahwa Allah merawat kita, kelak akan kita pahami di kemudian hari.

Buku ini menggugah kesadaran bahwa Allah sudah memberikan kemampuan kepada setiap orang beriman untuk menanggung segala beban dan membuatnya terasa ringan.  Allah telah menciptakan sebuah mekanisme di saat ada beragam masalah, ujian dan musibah, seharusnya diikuti mekansime tersebut. Penulis menyebutnya dengan Sublimotion. Jiwa kita bisa mensublimasi masalah dan beban-beban berat yang tengah menimpa atau sedang dihadapinya.

Teknik sublimotion ini sudah dijelaskan berabad-abad tahun lalu dalam Al-Quran dan Hadits, jauh sebelum ilmu psikologi dikenal seperti saat ini. Para Nabi terlebih nabi Muhammad SAW merupakan role modelnya. Banyak ayat-ayat Psikologi Manusia yang dibahas dalam Al-Quran. Ketika manusia mampu memahaminya, maka ia akan merasakan sebuah keajaiban. 

Dengan kata lain, buku ini akan mengungkap keajaiban Al-Quran terhadap kehidupan seseorang. Kemukjizatannya mampu menyembuhkan penyakit psikis manusia. Oh ya, kenapa bisa disebut ajaib? Sebab dalam hitungan detik, kepahitan bisa berubah jadi kekuatan. Kesedihan dan ketakutan bisa berubah jadi ketenangan.

Penulis sengaja mengambil judul “Sublimotion” untuk mengenalkan bahwa ada mekanisme sublimasi yang Allah ciptakan dalam diri kita yang mampu melebur kepahitan, penderitaan, kesedihan, frustasi, kecemasan, ketakutan hingga sebuah depresi akut bisa diubah menjadi sebuah energi yang bisa membuat dia tambah kuat menghadapi apapun, lebih optimis di saat-saat krisis, dan pada akhirnya bisa melalui berbagai episode dengan tuntunan hidayah Allah . Hidupnya jadi berkah, jadi lebih sakinah. Kepahitan berubah menjadi kekuatan. Semua jawabannya ada di uraian buku ini.

Buku tersebut bisa didapatkan dengan memesan ke line kontak Persis Pers (088219831903 / 081387199955) atau bisa datang langsung ke pameran buku Jabar Islamic Book Fair 2019 di gedung Landmark Braga-Bandung pada  4-10 Desember 2019 mendatang. (*)

Reporter: Reporter Editor: admin