Santri PERSIS Mendaki Puncak Gunung Sinai

oleh Ismail Fajar Romdhon

14 September 2025 | 21:09

Santri PERSIS Mendaki Puncak Gunung Sinai

Kairo, persis.or.id - Di sela-sela kegiatan libur Daurah Intensif Bahasa Arab di Mesir, santri Pesantren PERSIS mendaki puncak gunung Sinai yang diyakini sebagai tempat Nabi Musa as menerima wahyu dari Allah swt langsung selama 40 hari. Gunung tersebut dinamai juga Jabal Musa.


Jabal Musa adalah salah satu gunung dari sekian banyak pegunungan yang ada di selatan Semenanjung Sinai, Mesir. Semenanjung Sinai itu sendiri perbatasan benua Asia dan Afrika dimana Terusan Suez berada. Pegunungan Sinai ini semuanya terdiri dari gunung-gunung batu yang tinggi dan curam. Puncak tertingginya adalah jabal Musa.


Di kalangan Krsiten disebut juga dengan Puncak Saint Catherine, karena di sana diyakini oleh tradisi Kristen malaikat membawa jenazah martir St. Catherine dari Aleksandria ke gunung ini. Di kaki gunung ada Biara Saint Catherine yang menyimpan koleksi naskah kuno dan ikon-ikon Kristen klasik serta diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Biara itu bersebelahan dengan makam yang diyakini sebagai makam Nabi Harun as.


Pada malam 12 September 2025 dimana rombongan santri PERSIS mendaki gunung, turut mendaki juga rombongan orang-orang Kristen dari Australia, dipandu oleh seorang pemandu berbahasa Inggris. Di puncak gunung, terdapat mushalla yang bersebelahan dengan biara Kristen.


Selepas menyeberang Terusan Suez, rombongan santri PERSIS singgah dahulu di benteng Bar-Lev. Sebuah benteng yang dibangun oleh tentara Zionis Israel ketika mereka menduduki Semenanjung Sinai pada tahun 1967-1973. Benteng ini tidak terdiri dari satu benteng, melainkan beberapa benteng. Benteng yang dikunjungi rombongan adalah benteng yang terletak di Uyun (mata air) Musa karena bersebelahan dengan Abar Uyun Musa (sumur-sumur peninggalan mata air yang terpancar dari batu yang dipukul oleh Nabi Musa as).


Sayang rombongan sedang tidak bisa masuk ke lokasi Abar Uyun Musa, karena di daerah itu masih banyak tertanam ranjau darat yang berbahaya bagi pengunjung, bekas perang Mesir-Israel. Terlebih beberapa waktu sebelumnya pernah ada ranjau darat yang meledak dan melukai pengunjung. Menurut penuturan pemandu rihlah, sumur yang tersisa hari ini hanya enam sumur dari 12 sumur peninggalan Nabi Musa as.


Rombongan tiba di penginapan kaki gunung Sinai bertepatan dengan berkumandangnya adzan ashar. Meski merupakan pegunungan bebatuan di tengah-tengah gurun pasir, karena sudah menjadi situs warisan dunia versi UNESCO dan menjadi destinasi wisata, terdapat juga beberapa penginapan dan satu Rumah Sakit, juga sedikit pemukiman warga di kaki pegunungan Sinai ini.


Setelah istirahat sampai menjelang tengah malam, rombongan berkumpul di lobby penginapan jam 23.00 malam. Semua santri peserta Daurah dalam kondisi sehat dan siap mendaki gunung. Rombongan kemudian bergerak ke kaki gunung Sinai jam 00.00. Setelah melewati pemeriksaan administrasi, pendakian dimulai dari kaki gunung Sinai pada jam 01.00 malam. Lajur pendakian sudah dibuat menjadi lajur jalan kaki yang cukup landai tetapi tentu saja berbatu dan berpasir. Melewati jalur yang cukup landai ini tersedia jasa tunggang unta seharga 850 pound Mesir atau sekitar Rp. 300.000,- per orang.


Setelah melalui jalur-jalur yang cukup landai ini, rombongan disuguhi trek curam yang sudah dibuat tangga berbatu sebanyak 750 anak tangga. Jasa tunggang unta tidak bisa sampai menaiki tangga-tangga ini, sehingga tidak ada seorang pun dari rombongan yang menyewanya karena merasa percuma saja.


Di sepanjang perjalanan, banyak drama yang tersaji. Santri-santri dan Ustadz benar-benar kepayahan sampai hampir menyerah. Sendal dan sepatu yang jebol, sampai kaki yang terkilir, mewarnai drama perjalanan mendaki puncak Jabal Musa ini. Setelah melewati perjalanan sekitar 4,5 jam sampailah rombongan di puncak Jabal Musa, dengan dihadiahi pemandangan fajar shubuh yang baru saja menyingsing pertanda sudah masuk waktu shubuh. Sebagian santri ada yang sampai lebih dahulu sebelum shubuh setelah menempuh perjalanan 4 jam, sebagian lagi ada juga yang sampai hampir menjelang terbit matahari setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam.


Santri PERSIS tentu saja tidak bermaksud melakukan tabarruk (mencari berkah) atas peninggalan Nabi Musa as ini, selain hanya sebagai rekreasi dan mempelajari sejarah semata. Kami semua menyadari bahwa puncak tersebut belum pasti sepenuhnya sebagai tempat Nabi Musa as menerima wahyu karena tidak ada data wahyu ataupun bukti arkeologis yang kuat, serta tidak ada satu pun tuntunan dari Nabi saw untuk mengunjungi tempat tersebut.

BACA JUGA:

Kegiatan Padat Daurah Santri PERSIS di Mesir