Bandung - persis.or.id, Sejak 2005 sahabatku; Kang Yadin Burhanudin bergelut dengan penyakit gagal ginjal yang diderita pasca menjalankan tugas mulia sebagai jurnalis relawan di Aceh pasca tsunami 2004. Waktu yang cukup lama secara medis untuk dapat bertahan. Jum’at 25 Oktober 2019 pukul 07.30 adalah akhir perjalanan bergelut dan bertemu sang maut. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Waktu yang lama itu telah menjadikan seorang Yadin menemukan keinsyafan tentang makna; “Sesungguhnya kami berasal dari Alloh dan akan kembali kepada Alloh”. Keinsyafan itu yang telah menjadinya sorang yang tangguh, semangat, pantang menyerah, berkhidmat untuk ilmu, belajar sejatinya sang pembelajar, berdakwah sebagai pencerah.
Setiap putaran waktu yang dilewati, bayang-bayang kehadiran malaikat izra’il telah menjadi teman harian. Situasi psikologis yang tidak semua orang mampu untuk menghadapinya. Totalitas sabar dan pasrah, telah mampu mengubah pengetahuan tentang kematian yang kadang menakutkan menjadi keyakinan yang membahagiakan.
Kang Yadin telah menikmati bahwa kesabaran itu tidak pernah bertepi, karena membatasi sabar berarti bukanlah sabar.
Empat bulan yang lalu, Kang Yadin baru saja menyelesaikan program S2 di UIN SGD Bandung. Sebuah pembuktian bahwa dirinya sebagai pecinta ilmu, jurnalis sejati, pembelajar sejati, dan pengajar sejati. Satu hari sebelum masuk ICU masih menyempatkan memberi kuliah di STAI Persis Bandung dalam kondisi lunglai.
Walaupun ilmu di program magister belum semua tersampaikan untuk mahasiswanya, namun semua yang mengenal Kang Yadin telah banyak belajar tentang sabar dan pasrah. Semoga kesabaran dan kepasrahan malampaui badai kehidupan teramat berat, menjadi pengetuk pintu-pintu surga. Aamiin.
Oleh: Dr. Nurmawan Iwan