Oleh : Ella Kamilawatie - Ketua PW Persistri Jawa Barat.
انحًذ لله سب انعانًٍٍ ٔتّ َستعٍٍ عهى ايٕس انذٍَا ٔانذٌٍ، اشٓذ اٌ لاانّ الا الله ٔاشٓذ اٌ يحًذا عثذِ ٔسسٕنّ انزي لا َثً تعذِ.
Puji serta syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang senantiasa menjajakan kasih sayang yang tiada terbilang, mematri kasih yang tiada pernah terhenti. Dialah Pemilik Sejati sifat-sifat mulia yang terhimpun di balik nama-nama-Nya yang indah, maka atas izin-Nya kita ada, dan kepada-Nya juga kita menyandarkan semua harap dan pinta. Semoga Dia berkenan untuk melimpahkan keselamatan dan kebahagiaan bagi kita di awal dan akhir hidup kita.
Sebagaiman diketahui bahwa salah satu yang sangat dicintai manusia di dunia ini adalah harta, kecintaan yang begitu mendalam terhadap harta kadang menenggelamkan mereka ke dalam keterlenaan yang tiada ujung, bahkan menjadikan mereka lupa akan tugas pokok sebagai hamba kepada Khaliknya, yakni beribadah. Allah SWT. berfirman:
اٌ الاَساٌ نشتّ نكُٕد ~ ٔاَّ عهى رنك نشٍٓذ ~ ٔاَّ نحة انخٍش نشذٌذ. (ق.س.
انعذٌاخ٠٠ا:٦- ٨).
“Sesungguhnya manusi itu sangatlah ingkar ~ tidak berterima kasih kepada Tuhannya, ~ dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, ~ dan sesungguhnya kecintaannya terhadap harta benar- benar berlebihan”. (QS. Al-„Adiyat [100]:6-8).
Imbas dari kecintaan yang berlebihan terhadap harta, maka yang dipikirkan tiada lain adalah bagaimana caranya mendapatkan harta tesebut. agar gambaran kebahagiaan bisa dia dapatkan, akhirnya tanpa berpikir panjang perkara-perkara penting yang berhubungan dengan harta itu sendiri, misalnya; bagaimana dzat harta itu, halalkah atau haramkah? Dari dia mencarinya? Akankah menjadi rahmat barakah baginya atau seb aliknya? Semua itu benar-benar diabaikan. Untuk hal itu Rasulullah Saw. bersabda:
ٌأتً عهى انُاس صياٌ لا ٌثانى انًشأ يا اخز يُّ، أ يٍ انحلال او يٍ انحشاو؟ (سٔاِ انثخاسي).
“Akan datang kepaa manusia suatu zaman (ketika itu) seseorang sudah tidak perduli lagi dari mana ia mendapatkan harta, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram? (HR. Al-Bukhari).”
Masalah harta dilihat dari pandangan Islam adalah sesuatu yang mendapat perhatian besar, bahkan Al-Quran telah menggariskan betapa harta sangat dibutuhkan oleh manusia dalam manjalankan hidup di dunia, bahkan menjadi pelengkap kesempurnaan ciptaan-Nya bagi manusia. Sungguh dipastikan bahwa manusia diciptakan lebih baik dari pada makhluk lainnya, maka secara langsung kebutuhan hidupnyapun lebih banyak dibnding dengan makhluk lainnya. Allah SWT. berfirman:
صٌٍ نهُاس حة انشٕٓاخ يٍ انُساء ٔانثٍٍُ ٔانمُاطٍش انًمُطشج يٍ انزْة ٔانفضح ٔانخٍم انًسٕيح ٔالاَعاو ٔانحشث ۗ رنك يتاع انحٍاج انذٍَا ۚ ٔالله عُذِ حسٍ انًاب. (ق.س. ال
عًشا٤:٣ٌا).
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran[3]:14).
Adanya ayat ini menunjukkan bahwa manusia tidak disalahkan untuk mencari dan memiliki semua yang taercantum di dalam ayat tersebut, hanya saja manusia tidak boleh lupa bahwa manusia hidup di dunia semata untuk mengabdikan diri dengan sebenarnya kepada Tuhan penciptanya, ayat ini menunjukkan juga kebaikan Tuhan Yang Maha Memelihara semua ciptaan-Nya, dan mampu memberi kehidupan sampai batas waktu yang ditentukan.
Sehubungan dengan itu, maka kecintaan kepada harta haruslah disertai dengan kecintaan kepada Pemberinya, sekaligus kesadaran diri yang cukup tinggi, bahwa harta ini tidak lebih dari sekadar titipan Allah yang harus senantiasa dirawat dan dijaga. Maka merewat dan menjaga harta dimulai dari mana kita mencarinya dan ke mana mengeluarkannya, karena sejatinya harta akan barakah dan menghadirkan pahala bagi pemiliknya yakni dengan cara itu. Dalam sebuah hadis dinyatakan:
انًؤيٍ انمٕي خٍش ٔاحة انى الله يٍ انًؤيٍ انضعٍف، نكٍ انُثً عهٍّ انصلاج ٔانسلاو سفٍك، لال: ٔفً كم خٍش. (سٔاِ يسهى عٍ اتً ْشٌشج).
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah ari pada mukmin yang lemah, tapi Nabi Saw. adalah penyayang.” Beliau bersabda: “Dan dalam segala hal terdapat kebaikan.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah r.a).
Dengan demikian agar harta bisa menjadi kekuatan dan kebahagian, meskipun kita berada di perputaran akhir zaman, maka hendaklah mempersiapkan diri untuk tetap memahami hak-hak harta, hati-hati dan waspada untuk tidak keluar dari aturan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, dari mana dicarinya dan kemana dikeluarkannya.
Demikianlah materi dakwah yang disampaikan, semoga bermanfaat seraya bersimpuh ke hadapan Allah, semoga kita senantiasa berada dalam limpah rahmat dan maghfirah-Nya.
ستُا ْة نُا يٍ اصٔاجُا ٔرسٌتُا لشج اعٍٍ ٔاجعهُا نهًتمٍٍ ايايا. ستُا اتُا فً انذٍَا حسُح ٔفً الاخشج حسُح ٔلُا عزاب انُاس. الٕل لٕنً ْزا ٔاستغفش الله نً ٔنكى,
ٔانسلاو عهٍكى ٔسحًح الله ٔتشكاتّ.
Kepesantrenan
19 Januari 2025 | 14:04
Daurah Al-Qur’an PPI 100 Banjarsari: Membangun Kecerdasan Spiritual Santri