Majalah Risalah Edisi Bulan Agustus 2021
Fenomena Covid-19 masih harus kita sikapi dengan penuh kesabaran, terlebih penyebarannya kembali mengalami peningkatan signifikan, dan akhirnya memaksa kita untuk melakukan tindakan-tindakan atraktif dan mengondisikan diri baik dalam urusan ibadah ataupun muamalah.
Segala upaya sudah dilakukan, berbagai aturan pun sudah dilaksanakan. Mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, hingga vaksin massal terus diupayakan sebagai langkah nyata kita. Ikhtiar duniawi sudah kita tempuh selama hampir 2 tahun ini. Kini, saatnya tingkatkan ikhtiar ukhrawi kita dengan cara tawakal sepenuhnya kepada Allah ta`ala.
Semoga corona cepat berlalu, kita semua kembali kepada normalisasi ibadah dan muamalah. Bagi yang terpapar, semoga cepat mendapat kesembuhan, dan bagi mereka yang berjuang melawan kehadiran corona hingga ajal menjemputnya, mudah-mudahan wafat dalam keadaan husnulkhatimah, serta keluarga yang ditinggalkan beroleh kesabaran dan keikhlasan.
Gelombang kedua pandemi Covid-19 telah bergulir. Masalah yang dihadapi dunia umumnya, dan Indonesia khususnya, semakin kompleks. Terlihat betapa masyarakat sudah sangat jenuh oleh kekakuan hidup, karena dibatasi oleh kondisi pandemi lebih dari satu tahun ini. Hal tersebut memicu sementara pihak untuk mengampanyekan agar tidak percaya adanya virus Covid-19. Ragam argumentasi dan pembelaan yang dilontarkan, bahkan ada yang sampai membawa-bawa ajaran agama, yang paling sering adalah tawakal. Benarkah bahwa wujud tawakal kita kepada Allah itu dengan cara melepaskan masker dan abai terhadap prokes?
Ikhtiar Tanpa Tawakal
Sebagian masyarakat yang menyikapi pandemi dengan sikap overprotektif dengan terlalu berfokus kepada ikhtiar, tapi kurang atau meniadakan tawakal kepada Allah. Sikap ini, misalnya, ada dalam ungkapan “ikuti saja prokes dengan maksimal, maka kamu akan selamat dari Korona”. Pernyataan tersebut terlalu bergantung pada ikhtiar tanpa dibarengi dengan tawakal yang benar. Mereka hanya mempercayai hukum sebab-akibat duniawi. Mereka lupa bahwa meskipun Allah menciptakan hukum sebab akibat, pada hakikatnya Allahlah yang menciptakan sebab dan akibat itu sendiri. Inilah sebagian alasan yang menjadikan fokus “Kajian Utama” dalam Majalah Risalah edisi Agustus 2021.
Fikrah
Di Indonesia, bulan Agustus adalah bulan yang dinilai lebih dibandingkan bulan yang lainnya. Semangat ini terus dipelihara sejak deklarasi kemerdekaan tahun 1945, sehingga Indonesia memiliki kekuatan dalam menghadapi kekuatan apapun yang akan menghancurkannya. Semua ini adalah jasa para ulama dan kaum muslimin yang ingin memelihara kemerdekaan Indonesia sampai akhir zaman. Dasar perjuangan mereka adalah keimanan kepada Allah Swt. dan komitmen terhadap tanah air, yang terwujud dalam Piagam Jakarta, UUD 1945, dan Pancasila. Dalam rubrik ini, Prof. Maman Abdurrahman mengingatkan kembali semangat bulan ini dengan mengangkat tema “Nilai Agustus Akankah Terputus? Piagam Jakarta Yang Dilupakan.”
Sorotan Khusus
(KH. Zamzam Pendiri PERSIS Bukan Orang Palembang)
Ada yang menarik dalam kajian kali ini. Sebagian anggota jam`iyyah PERSIS (Persatuan Islam) selama ini beranggapan dan mendapatkan informasi bahwa KH. Zamzam sebagai pendiri PERSIS adalah orang Palembang. Begitu pula beberapa informasi yang menyebar di media sosial. Dalam sorotan kali ini, Ust. Tiar Anwar Bachtiar memberikan informasi baru bagi sebagian jamaah, bahwa KH. Zamzam bukanlah orang Palembang seperti yang selama ini digaungkan. Lebih lanjutnya silahkan telusuri langsung dalam Majalah Risalah edisi Agustus 2021.
Selain membahas tentang pendiri PERSIS. Sorotan khusus kali ini juga mengupas sepak terjang KH. Taufiq Rahman Azhar, anggota Dewan Hisbah PP. PERSIS yang dikenal sebagai ulama humoris dan berwawasan luas.
Sementara untuk rubrik yang lainnya, Risalah masih menampilkan rubrik “Istifta” (Arah Kepala Mayit Ketika Dishalatkan), “Tafsir Al-Qur`an” (Haram Hukumya Memilih Orang Kafir Sebagai Pemimpin), “Syarah Hadits” (Pandemi Covid-19 Momentum Meningkatkan Ketawakalan), “Aqidah Salimah” (Menjaga Aqidah Di Tengah Serangan Wabah), “Manhaj” (Siyasah Dakwah Nabi Muhammad Saw), “Tullabuna” (rubrik khusus pelajar, mahasiswa dan kader muda PERSIS), “Khutbah Jum`at” (Kita Adalah Umat Tertinggi -A`laun-), “Tsaqafah” (Perpanjangan Masa Jabatan Presiden) , “Kesehatan” (Cara Cerdas Menghadapi Covid-19), dan “Dzikra” (Yang Diterima Hanya Taqwanya). Yang merindukan tulisan KH. E. Abdullah, Risalah menampikan infografis tulisan beliau yang berjudul “Ajal Jeung Pati.”
Dapatkan terus informasi menarik dan ilmu yang bermanfaat dengan membaca dan berlangganan Majalah Risalah. Bagi yang ingin membaca secara mudah, Risalah juga menampilkan edisi digitalnya yang bisa diakses lewat aplikasi “myedisi,” tentunya dengan harga lebih terjangkau, dan mudah dibaca dimana saja.
Seiring dengan bergulirnya waktu diharapkan majalah kita ini bisa semakin meningkat kuantitas dan kualitasnya, tentu saja atas dasar perjuangan kita semua. Atas segala apresiasinya kami ucapkan Jazakumullaahu khaeran katsieran.