Riau - persis.or.id, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi kembali lagi membuat statemen yang memicu kegaduhan.
Pasalnya, Yudian mewacanakan mengganti salam assalamu'alaikum dengan salam Pancasila.
Yudian sempat memperagakan Salam Pancasila ini dalam video yang diunggah di akun Youtube BPIP RI pada 16 Januari 2020. Dalam video, Prof. Hariyono sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPIP mengucapkan Salam Pancasila dengan tangan hormat tegak menyamping. Dia juga menjelaskan makna Pancasila, sebagai idiologi Negara Indonesia. dikutip dari wartaekonomi.co.id, Jumat (21/2/2020)
Menanggapi beberapa statemen yang dilontarkan oleh ketua BPIP, Pimpinan Pusat Persatuan Islam melalui Wakil Ketua Umumnya, Dr. H. Jeje Zaenudin memandang hal tersebut sangat memancing kegaduhan bahkan ketersinggungan dan kemarahan umat.
"Memang sudah sepatutnya Presiden Jokowi mencopotnya dan menggantinya dengan yang lebih berkompeten, sebelum semakin banyak statemennya yang kontraproduktif dengan upaya mewujudkan ketenangan di masyarakat", ungkap Jeje kepada persis.or.id pada acara Muswil Persis Riau, Ahad (23/02/2020).
Ia menyebut, kalau atas nama idiologisasi Pancasila selaku ketua BPIP terus melontarkan statement yang membentur- benturkan pancasila dengan agama, terus merambah makin dalam kepada wilayah privasi agama, bahkan terus menyoal doktrin-doktrin agama yang sama sekali tidak pernah merugikan dan menggangu Pancasila, seperti soal salam dan lain sebagainya, menurut Wakil Ketua Umum PP Persis, hal itu pantas disebut sebagai sebuah provokasi.
"Terus memancing polemik, sentimen dan kemarahan umat, itu kan provokatif sekali", jelas Jeje.
Salam dalam Islam, bukan sekedar basa basi ramah tamah dalam interaksi sosial, Jeje memandang Salam merupakan bagian dari ritual, ibadah, dan doa yang sudah diatur sedemikian rinci dalam fikih Islam.
"Dari mulai tujuannya, lafazh-lafazh salamnya, tempat tempatnya, objek yang disalami nya, dan lain sebagainya, bahkan sampai kepada adab adabnya hingga pahala keutamaan serta pahalanya", terangnya.
Lebih lanjut lagi, Jeje menegaskan semua itu telah menjadi Bab dalam kitab-kitab hadits dan fikih sehingga menjadi Bab khusus tentang Salam. Contohnya salam sebagai penutup shalat, berbeda dengan tujuan salam perjumpaan dan salam perpisahan.
Salam kepada seorang muslim, non muslim, dan kepada kerumunan yang campur muslim dan non muslim. Semua sudah ada kaidah kaidah fikihnya. (HL/TG)
Kepesantrenan
19 Januari 2025 | 14:04
Daurah Al-Qur’an PPI 100 Banjarsari: Membangun Kecerdasan Spiritual Santri