ZAMAN AKAN BERTAMBAH SEMAKIN BURUK
(Berkaca Pada Sejarah)
Oleh: Deni Solehudin
عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيٍّ قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَلْقَي مِنَ الْحَجَّاجِ فَقاَلَ مَا مِنْ عَامٍ إِلاَّ الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوا رَبَّكُمْ سَمِعْتُ هذَا مِنْ نَبِيِّكُمْ صلى الله عليه وسلم
Dari az-Zubair bin Adi, ia berkata: Saya menemui Anas bin Malik. Kami mengadukan apa yang kami temukan dari (kekejaman) al-Hajjaj. Anas berkata: “Tidak ada satu tahun pun kecuali setelahnya lebih buruk daripadanya, sampai kalian bertemu Tuhan kalian.” Saya mendengar ini dari Nabi kalian saw.”
Riwayat At-Tirmidzi dan sanadnya shahih. Demikian dikatakan oleh Nashiruddin Al-Albani dalam kitab Silsilah Ash-Shahihah, III : 292, no. 1218. Sunan At-Tirmidzi, IV : 492 no. 2206.
Hadits semakna didapatkan dalam shahih al-Bukhari,
عَنْ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيٍّ قَالَ أَتَيْنَا أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَلْقَى مِنْ الْحَجَّاجِ فَقَالَ اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صلى الله عليه وسلم
Dari az-Zubair bin Adi, ia berkata: Saya menemui Anas bin Malik. Kami mengadukan apa yang kami temukan dari (kekejaman) al-Hajjaj. Anas berkata: “Sabarlah kalian, karena tidak ada satu zaman pun kecuali setelahnya lebih buruk daripadanya, sampai kalian bertemu Tuhan kalian.” Saya mendengar ini dari Nabi kalian saw.” (Shahih Al-Bukhari, XVII : 557, no. 7068)
Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani, sabda Rasulullah saw ini menunjuk pada zaman yang khusus dan tidak dapat dimaknai secara umum. Karena terbukti setelah masa Al-Hajjaj, yaitu Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi yang termasyhur. Ia dikatakan oleh para ahli tarikh memiliki reputasi buruk sebagai pekerja pada masa keamiran Abdul Malik bin Abdullah bin Az-Zubair. Dan pada riwayat ini mengenai keadaan dan kejadian-kejadian buruk yang diadukan oleh Az-Zubair bin Adi kepada Anas bin Malik ini adalah perilaku buruk dan keji yang dilakukan oleh Al-Hajaj bin Yusuf. Akan tetapi tidak lama masanya setelah itu datanglah masa Umar bin Abdul Aziz yang diketahui dan disepakati oleh para ulama bahwa masa Umar bin Abdul Aziz jauh lebih baik dari masa Al-Hajjaj. Oleh karena itu para ulama memaknainya dengan aghlab wa aktsar (biasanya atau pada umumnya). Oleh karena itu tidak akan bertentangan dengan sabda Rasulullah saw ini apabila didapatkan suatu masa yang baik, lalu datang berikutnya masa yang lebih baik, atau setelah masa yang buruk datang kemudian masa yang baik.
Adapun masa Rasulullah saw disebut masa terbaik, lalu masa setelahnya dan masa setelahnya. Hal ini pun disabdakan oleh Rasulullah saw sebagai berikut:
عَنْ أَبِي جَمْرَةَ سَمِعْتُ زَهْدَمَ بْنَ مُضَرِّبٍ سَمِعْتُ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ قَالَ عِمْرَانُ فَلَا أَدْرِي أَذَكَرَ بَعْدَ قَرْنِهِ قَرْنَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ وَيَنْذُرُونَ وَلَا يَفُونَ وَيَظْهَرُ فِيهِمْ السِّمَنُ
Dari Abu Hamzah, saya mendengar Zahdam bin Mudharib, saya mendengar Imran bin Hushain r.a berkata: Rasulullah saw telah bersabda: “Sebaik-baik umat adalah masaku lalu umat setelahnya dan umat setelahnya.” Imran berkata: “Saya tidak tahu apakah Rasulullah saw menyebut dua masa atau sampai tiga masa.” Lalu beliau berbada: “Sesungguhnya setelah kalian akan ada kaum yang yang menyaksikan tetapi menolak memberikan kesaksian, berkhianat dan tidak amanah, bernadzar dan tidak menunaikannya, dan kegemukan muncul subur di antara mereka.” Shahih al-Bukhari VI : 560 no. 2651.
Kata siman dimaknai oleh para ulama dengan beberapa makna. Yaitu hanya isi perut yang dipikirkan mereka (konsumtif), senang dipuji dengan tidak pada kepantasannya, merasa mulia dan terhormat padahal tidak, saling berrmegah-megah dengan banyaknya harta dan kesenangan duniawi, dan lain-lain. Fathul Bari, V : 260.
Jadi pada dasarnya yang dimaksud zaman dan masa atau generasi itu adalah para penghuni dan pelaku sejarah pada masa dimaksud. Maka zaman akan dikatakan buruk padahal yang dimaksud adalah aqidah, ibadah dan muamalah umat pada masa itu yang buruk. Nasehat dari para ulama adalah bahwa manusia sebagai pengisi zaman, wajib bagi dirinya untuk menjadi manusia yang baik, penuh dengan kesalehan, sehingga zaman yang menjadi masanya dapat dikategorikan baik atau lebih baik.
Berkaca pada sejarah masa lalu, untuk masa sekarang dan yang akan datang, baik buruknya suatu zaman adalah tergantung siapa yang mengisinya. Dalam konteks ke-Indonesiaan hadits di atas tidak berarti zaman sekarang lebih buruk dari kepemimpinan sebelumnya, artinya bisa iya bisa tidak. Atau masa yang akan dapat akan lebih parah lagi bahkan juga sebaliknya. Kita dapat Berjaya tergantung perjuangan kita. Ayo kawan-kawan terus berjuang demi NKRI yang lebih baik dan sejahtera.
Kepesantrenan
19 Januari 2025 | 14:04
Daurah Al-Qur’an PPI 100 Banjarsari: Membangun Kecerdasan Spiritual Santri