Kaitan Shiyam dengan Taqwa: Hikmah Puasa dalam Meningkatkan Ketakwaan

oleh Redaksi

01 Maret 2025 | 13:14

Oleh: Ustaz H. Rahmat Najieb

Kaitan Shiyam dengan Taqwa



يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣


Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu shiyam sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS Albaqarah [2] : 183).


Ayat di atas menjelaskan bahwa tujuan diwajibkan shiyam itu agar kaum Mu-minin menjadi orang-orang yang bertaqwa. Sebenarnya seluruh ibadah bertujuan untuk mencapai derajat taqwa (QS [2] : 21). Akan tetapi Allah Tabaroka wa Ta’ala menyebutkan tujuan ibadah shiyam secara khusus. Ibadah shiyam memiliki kelebihan-kelebihan tertentu untuk menyiapkan seorang Mu’min agar menjadi Muttaqin. Di antara kaitan shiyam dengan ketaqwaan adalah:


  1. Shiyam itu dapat membiasakan seorang mumin untuk selalu takut kepada Allah dalam sunyi maupun terang. Firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu bila ditimpa was-was dari syetan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka menyadari kesalahan-kesalahannya.” (QS. 7 : 201).
  2. Shiyam itu dapat mengendalikan nafsu syahwat sesuai syariat. Sabda Rasulullah saw, “Wahai para pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka menikahlah, sebab menikah itu akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan, maka siapa yang tidak mampu untuk menikah, hendaklah ia shiyam, sebab shiyam itu akan menjadi tameng” (HR.Muslim). 
  3. Ketika menahan lapar dan dahaga, seorang shaim akan merasakan penderitaan orang faqir dan miskin. Sehingga perasaan itu dapat mendorong untuk mencurahkan zakat, infak, dan shodaqoh. Salahsatu sifat taqwa itu selalu berinfaq dalam keadaan suka maupun duka. (QS 3 : 134).
  4. Di antara sifat muttaqin adalah sabar. Ketika melaksanakan shiyam kita dilatih bersabar. Bukan hanya karena menunggu waktu maghrib, tetapi bersabar menahan amarah. Rasulullah saw berpesan, “Shiyam adalah benteng..., seandainya ada orang yang mengajaknya berkelahi atau mencaci makinya, hendaklah ia menjawab, Inniy shooimun, Inniy shooimun (saya sedang shiyam, saya sedang shiyam) ...” (HR Albukhori). Di antara sifat orang yang bertaqwa adalah alkaadhimiynal ghoydho (yang mampu menahan amarah) (QS 3 : 134).
  5. Seorang shāim Ramadlan akan diampuni dosanya. Untuk kesempurnaan ibadah shiyam di samping berbuat baik kita juga dianjurkan untuk saling memaafkan, Hal itu sesuai dengan petunjuk Allah bahwa sifat orang yang bertakwa itu suka memaafkan orang lain “Al-’Aafiyna‘aninnaasi” (QS 3 : 134).
  6. Rasulullah saw memberikan motivasi kepada kita, agar orang-orang yang shiyam benar-benar diperhatikan rizqinya. Sabdanya, “Siapa yang memberi ifthar kepada seorang shāim ia akan mendapatkan pahala shiyam seperti orang yang diberinya”(HR Attirmidzi dan Ibnu Majah). Pada QS 3 : 134 Allah menutupnya dengan kalimat “Wallaahu yuhibbul Muhsiniyna” (Dan Allah sangat menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan). 


Bulan Ramadlan disebut juga bulan persamaan. Yang membedakan mereka menurut pandangan Allah adalah ketaqwaan yang diraih “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa di antaramu.” (QS 49 : 13).

BACA JUGA:

Shaum dan Kesehatan Mental

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon