Makna Tasbih, Tahmid, dan Istighfar dalam Surah An-Nashr

oleh Redaksi

30 April 2025 | 10:10

Makna Tasbih, Tahmid, dan Istighfar dalam Surah An-Nashr

Makna Tasbih, Tahmid, dan Istighfar dalam Surah An-Nashr

Oleh: Ustaz KH. Rahmat Najieb



فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا ࣖ ٣


"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat."
(QS An-Nashr [110]: 3)


Ayat ini merupakan penutup dari Surah An-Nashr. Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk bertasbih, bertahmid, dan beristighfar setelah datangnya pertolongan dan kemenangan, serta saat manusia berbondong-bondong masuk Islam.


Kemenangan Adalah Karunia, Bukan Kesombongan


Kemenangan dalam Fathu Makkah dan meluasnya dakwah Islam merupakan momen besar dalam sejarah umat Islam. Namun, alih-alih berbangga diri, Nabi justru diperintahkan untuk bersyukur dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Ini menjadi pelajaran penting bahwa setiap keberhasilan adalah karunia dari Allah, bukan hasil usaha semata.


Manusia sering kali lupa, bahwa jabatan, kekayaan, kecerdasan, rupa yang indah, dan kelebihan lainnya adalah pemberian, bukan prestasi pribadi. Banyak orang berusaha keras untuk mendapat kedudukan atau penghidupan layak, namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Sebaliknya, ada yang santai, namun rezekinya berlimpah. Semua itu adalah takdir Allah yang harus disikapi dengan tasbih, tahmid, dan istighfar.


Tiga Amalan Utama dalam Menyikapi Nikmat:


1.Tasbih (Subhānallāh)

Mensucikan Allah dari segala kekurangan dan menyadari kelemahan diri sendiri. Malaikat, Ulul Albab, para nabi seperti Musa, Isa, dan Yunus, semuanya bertasbih ketika berada dalam kesulitan atau mengakui keterbatasan mereka (lihat QS Al-Baqarah: 32, QS Ali Imran: 191, QS Al-A’raf: 143).


2.Tahmid (Alhamdulillāh)

Memuji Allah atas segala nikmat yang diberikan, termasuk kemenangan dan keberhasilan.


3.Istighfar (Astaghfirullāh)

Memohon ampun atas dosa dan kelalaian. Rasulullah SAW sendiri, manusia terbaik, setiap hari beristighfar tidak kurang dari 100 kali. Beliau bersabda:


"Sesungguhnya hatiku diliputi kegundahan, dan sungguh aku benar-benar beristighfar kepada Allah seratus kali dalam sehari." (HR Muslim)


Tanda Ajal dan Teladan Nabi


Dalam sebuah majelis, Umar bin Khattab RA bertanya kepada Ibnu Abbas RA tentang Surah An-Nashr. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa ayat itu adalah isyarat akan dekatnya wafat Nabi Muhammad SAW. Maka Nabi pun memperbanyak dzikir tersebut di akhir hidupnya. Aisyah RA meriwayatkan bahwa dalam rukuk dan sujudnya, Rasulullah sering membaca:


“Subhānakallāhumma Rabbana wa bihamdika, Allāhumma ighfir lī.” (HR Bukhari)


Dan di luar shalat, beliau mengucapkan:


“Subhānallāhi wa bihamdihi, astaghfirullāh wa atūbu ilayh.” (HR Muslim)


Penutup


Kemenangan dan kejayaan bukanlah alasan untuk berbangga diri. Justru di sanalah kita diperintahkan untuk merendah, bersyukur, dan memohon ampun. Semoga kita senantiasa menghiasi hidup dengan tasbih, tahmid, dan istighfar—agar hidup kita menjadi lebih berkah, dan akhir hayat kita ditutup dengan husnul khatimah.

“Selamatkanlah kami ya Allah, dengan dzikir yang bersih dari riya dan kesombongan, serta istighfar yang benar-benar datang dari hati yang menyesal.”


BACA JUGA:

Kaum Tsamud Arsitek Yang Pasik Dalam Al-Quran (Bagian Satu)

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon