Oleh: Uus Muhammad Ruhiat
Pendahuluan
Ada istilah pada zaman sekarang yaitu istilah flexing yang biasanya digunakan untuk orang-orang yang sering memamerkan kekayaannya.Fenomena flexing ini semakin marak terjadi dengan adanya social media, orang-orang berlomba lomba untuk pamer harta kekayaan, sehingga membudaya karena kecanduan.Hal ini menjadi sorotan masyarakat terhadap perilaku pengguna perangkat teknologi informasi akhir akhir ini.Apakah perilaku ini sudah menjadi penyakit social ( patologi sosial ). Karenanya perlu kiranya para pemangku kebijakan memperhatikan fenomena ini, agar tidak menjalar menjadi semacam pandemi, maka tindakan preventif terhadap gejala sosial seperti ini harus segera dilakukan.
Pamer saat ini adalah bagian yang tidak terhindarkan semua orang di dunia ini, kemegahan kehidupan manusia di era modern melahirkan budaya baru, yaitu budaya flexing yang berarti memamerkan kekayaan yang sudah menjadi sebuah kebutuhan tersendiri bagi masyarakat warga virtual melalui media sosial.Hal ini terjadi karena warga virtual harus mengisi ruang kehidupan sehari-hari yang diwakili dengan simbol berupa gambar status di facebook, foto instagram, dan tindakan yang dilakukan di tiktok.
Banyak orang mengungkapkan kebahagian, keindahan, termasuk juga kegundahan dan kesedihan dalam bentuk simbol makna yang dapat dikomunikasikan, Beberapa momen kebahagian dalam kegiatan sosialnya dibagikan kepada yang lain, mereka bertujuan bukan hanya untuk berbagi informasi, akan tetapi juga sebagai sarana untuk memberikan dan menjelaskan ekstensinya di lingkungan sosial yang mereka berada padanya.
Demi kepentingan di media sosial, untuk meraih ketenaran social banyak orang rela membeli barang brand ternama yang mahal, liburan ke luar negeri, makan di restoran termahal, melaksanakan ibadah umrah, haji dan lain sebagainya, semua kegiatan seperti ini dilakukan guna memenuhi pemotretan yang siap dibuka di media social akun mereka.Oleh karenanya kegembiraan dan keindahan bukan lagi merupakan aktualisasi diri akan rasa syukur yang diperolehnya, melinkan bergantung pada tanda-tanda yang terlihat orang lain atau orang terdekatnya.
Sebagian besar mereka yang melakukan tindakan seperti itu adalah terdorong oleh motive utama dan pertama yaitu mereka ingin menjelaskan kehadiran dirinya di ruang social, sehingga mereka tidak boleh alfa dan tidak boleh dibilang tidak gaul dengan era dan zaman dimana mereka berada, secara psikologis martabat mereka di masyarakat social terekspresikan melalui foto-foto, selfie di area eksklusif seperti taman-taman berlatar mobil mewah, pesawat, memposting makan-makanan yang mahal, masyarakat menggunakan benda-benda tersebut tidak hanya untuk memanfaatkan nilai guna dan kegunaannya, tetapi untuk menyampaikan makna dan tanda di baliknya, sehingga ketimpangan status, simbolisme, dan martabat social seseorang terpenuhinya.
Pamer kemewahan ini banyak kita temukan di berbagai media social seperti youtube, tiktok, facebook, instagram, twitter, dan media social lainnya. Aktivitas ini dilakukan dengan cara memamerkan kemewahan yang dimiliki oleh orang tersebut, baik hasil dari pencapaian yang dimiliki seseorang ataupun lainnya. Banyak vlogger atau content creator yang menjadikan flexing atau pamer kemewahan sebagai konten di laman media sosialnya.
Meski demikian fenomena flexing juga kerap digunakan sebagai alat marketing suatu perusahaan, sehingga proses tersebut adalah sebagai bentuk aktivitas mengirimkan sinyal marketing perusahaan dengan metode advertisement dan biasanya bekerja sama dengan influencer media social.Harapannya agar pengiriman sinyal marketing yang dilakukan pihak influencer bisa lebih cepat menarik perhatian calon konsumen.Hal itu dapat membantu pengembangan usaha, karena dapat menjadi salah satu alat marketing itu sendiri.akan tetapi dalam kondisi tertentu dapat menjadi alat menipu orang, memamerkan kemewahan dalam rangka arogansi atau kesombongan akan harta benda dan kekayaan yang dimilikinya.
Faktor Penyebab Kebiasaan Flexing
Penyebab kebiasaan flexing dilakukan seseorang adalah sebagai berikut;
- Mencari perhatian, guna membuat diri seseorang mendapat perhatian dari orang lain, sehingga orang yang dituju mengetahui keberadaan dirinya, maka seseorang melakukan flexing untuk mencari perhatian orang yang ada di sekitarnya dan orang tertentu yang mereka tuju.
- Tekanan social, tidak bisa dipungkiri seseorang dapat melakukan flexing karena terdapat tekanan sosial dari lingkungan sekitarnya, sehingga tuntutan gaya hidup menjadi penyebab utama melakukan flexing disebabkan pergaulan dengan masyarakat virtual menghendakinya demikian
- Masalah Kepribadian, yaitu seseorang melakukan pamer karena dipengaruhi oleh adanya permasalahan dalam kepribadiannya, sehingga mereka membutuhkan pengakuan dan ingin diperlakukan oleh orang lain bahwa dirinya memiliki kehebatan.
Adapun akibat tindakan flexing tersebut dapat menimbulkan dampak sebagai berikut:
Potensi Memaksakan Keadaan
Dampak negatif dari aktivitas flexing yang dilakukan hanya untuk pamer kemewahan dan kekayaan, adalah dapat menimbulkan perilaku memaksakan keadaan, Karena mereka sudah terbiasa tampil dengan gaya hidup glamor dan mengumbar kemewahan, sehingga mereka selalu ingin memperlihatkan eksistensinya walaupun dalam keadaan tidak memungkinkan.akan tetapi karena sudah terbiasa tampil mewah mereka selalu berusaha melakukan pemaksaan dirinya walau hal itu memberatkannya.
Dapat mengganggu Kepribadian
Dampak lain dari perilaku ini dapat mengganggu kepribadian seseorang, sehingga seseorang memiliki sifat empati dan kurang prososial, sehingga lebih bersifat kompetitif dan cenderung mengarah kepada gangguan kepribadian dan sulit untuk mencari teman, mengingat kurang bersahabat dan selalu mengedepankan egosentris, sehingga membahayakan lingkungan sosialnya dan terancam dari berbagai kemungkinan resiko sosial yang harus ditanggungnya.
Sulit Memperoleh Teman
Alih-alih tindakan flexing itu untuk memperoleh banyak teman, akan tetapi justru sebaliknya, karena banyak orang menginginkan bersahabat dengan orang yang berkehidupan dengan gaya standar daripada dengan orang yang selalu memperlihatkan gaya hidup mewah dan memamerkan segala kekayaan yang dimilikinya, mengingat gaya hidup mewah dan pamer kemewahan akan melahirkan kompetensi dan capaian-capaian yang tidak berkesudahan, sehingga melahirkan kelelahan dalam mencari perhatian orang.
Secara tidak langsung tren ini semakin meningkatkan perilaku konsumerisme di masyarakat, lebih lagi menggunakan teknologi, berbagai platform belanja on line menawarkan kemudahan kredit hingga pinjam uang ditawarkan, jika tidak bijak melihat tren seperti ini, siapa pun dapat terjerumus untuk senantiasa konsumtif dan dapat memiliki beban utang.Hal ini dapat merusak kesehatan mental seseorang, sementara orang yang tidak mampu mendapatkan barang mewah akan merasa menurun kepercayaan dirinya dan dapat meningkatkan stress hingga resiko depresi di masyarakat.
Tuntunan dan Panduan
Hampir semua kalangan, baik masyarakat awam, public figure, maupun petinggi Negara berlomba-lomba agar tetap eksis di dunia maya, mereka tidak malu mempertontonkan kekayaan dan gaya hidup yang berlebihan, Padahal Islam mengajarkan agar hidup secara seimbang dan tidak terlalaikan oleh harta kekayaan, pangkat dan kedudukan serta keturunan.Memang al Quran secara tersurat menerangkan bahwa harta dan keturunan adalah perhiasan kehidupan dunia, akan tetapi ia juga menjelaskan agar kita tidak tertipu dan terlalaikan dengan harta kekayaan yang melimpah, jabatan yang tinggi, serta keturunan yang banyak sebagaimana firman Allah Azza Wa Jalla sebagai berikut,
وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (35) قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (36) سبا
Mereka berkata “ Kamilah yang paling banyak harta dan anak buah dan kami tidak akan disiksa “ Katakanlah olehmu Muhammad Tuhanku yang memewahkan dan menyempitkan pemberian-Nya kepada siapa yang Ia kehendaki, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Q.s Saba 35-36
Dengan ayat di atas jelaslah bahwa yang menganugerahkan harta kekayaan dan keturunan atau anak buah adalah Allah Azza Wa Jalla, sehingga Ia lah yang meluaskan dan menyempitkan kepada siapa yang Ia kehendaki, sementara yang diberi keleluasaan harta dan keturunan mengira bahwa dengan diberi keleluasaan itu berarti Allah meridhoinya dan secara otomatis tidak akan terkena siksa.Padahal tidak demikian sebagaimana yang dikemukakan A.Hassan dalam tafsirnya al Furqan memberi catatan kaki bahwa kebanyakan manusia yang tidak mengerti menyangka bahwa orang yang diberi kesenangan oleh Allah itu diridhai-Nya .Tidak demikian.
Manusia harus menyadari bahwa Allah Azza Wa Jalla tidak hanya menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lainnya, tetapi Allah juga yang menyiapkan segala kebutuhan manusia, baik kebutuhan jasmani seperti sandang, pangan, dan papan, maupun kebutuhan rohani sepeti keimanan, tuntunan dan ajaran agama untuk ketenangan dan ketentraman jiwanya.
Allah SWT memberi rezeki kepada manusia disamping yang terbaik, terpilih, dan paling banyak serta paling sempurna, sehingga jika kita hendak menghitungnya, tidak ada angka yang sanggup memunculkannya sebagaimana firman-Nya,
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (34) ابراهيم
Dan Ia ( Allah ) telah memberikan kepadamu ( keperluanmu ) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya dan jika kamu menghitung nikmat Allah tidaklah kamu dapat menghitungnya sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkarinya .Q.s Ibrahim ; 34
Bagi seorang muslim harta adalah amanat dan sekaligus ujian dari Allah SWT, siapa yang amanah terhadap hartanya, maka akan mendapat keberkahan dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.tetapi jika seseorang sombong dan tidak menunaikan kewajibannya, maka azab Allah akan menimpanya, baik di dunia maupun di akhirat.
Hakikat harta yang dimiliki seseorang adalah apa yang sudah dimakan telah menjadi kotoran dan apa yang dipakai sudah usang dan apa yang disedekahkan, itulah yang akan menjadi tabungan sebagaimana hadits berikut,
عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقْرَأُ أَلْهَاكُمْ التَّكَاثُرُ قَالَ يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِي مَالِي قَالَ وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ رواه مسلم
Dari Mutharrif dari ayahnya berkata: Aku mendatangi nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam dan beliau tengah membaca: "Bermegah-megahan telah melalaikanmu." (At Takaatsur: 1), beliau bersabda: "Anak cucu Adam berkata: 'Hartaku, hartaku'." Beliau meneruskan: "Hartamu wahai anak cucu Adam tidak lain adalah yang kau makan lalu kau habiskan, yang kau kenakan lalu kau usangkan atau yang kau sedekahkan lalu kau habiskan." H.r Muslim
KetahuIlah bahwasanya Allah SWT mengibaratkan kehidupan dunia ini tak ubahnya permainan dan kesenangan yang menipu sebagaimana firman-Nya
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (20) الحديد
Ketahuilah bahwa penghidupan dunia ini hanya satu permaInan dan kesenangan dan perhiasan dan bersombong-sombongan dan berbanyak-banyak harta dan keturunan seperti hujan yang tumbuh-tumbuhannya menyenangkan para petani kemudian ia menjadi segar lantas engkau melihatnya menjadi sangat layu kemudian ia menjadi hancur dan di akhirat ada azab yang sangat dan juga magfirah dari Allah dan keridhaan dan penghidupan yang rendah ini tidak lain melainkan kesenangan yang menipu.Q.s al Hadid : 20
Allah SWT menyuruh kita makan makanan yang halal dan baik, dan jangan memakan harta diantara kalian dengan cara yang batil sebagaimana firman-Nya,
يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (البقرة168
Wahai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah Syetan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Q.s al Baqarah : 168
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (29) النساء
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha penyayang kepadamu. Q.s al Nisa : 29
Harta, kedudukan, dan keturunan dapat dijadikan alat kesombongan, dan Allah tidak akan memandang orang-orang yang sombong dan akan memasukkan ke dalam neraka sebagaimana sabda Nabi SAW berikut.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ رواه مسلم
Dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda "Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan." H.r Muslim.
Mempertontonkan kekayaan dan kemewahan dengan maksud menyombongkan diri itu adalah perbuatan Qarun sebagaimana diterangkan al Quran bahwa ia berkata aku diberi harta itu hanya lantaran kepandaian yang ada padaku, kemudian ia keluar menemui kaumnya dengan perhiasan mewahnya, mereka yang menginginkan kehidupan dunia berkata, alangkah baiknya kalau kita dapat kekayaan sebagaimana yang di dapat Qarun ia sungguh sungguh memperoleh nasib yang besar.Tetapi akhir dari perjalanan Qarun yang sombong itu Allah benamkan dia dan tempat kediamannya di bumi , tidak ada seorangpun yang dapat menolongnya.( lihat surat al qashash 78-82 ) Oleh karenanya Islam melarang sifat sombong sebagaimana firman-Nya,
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا (37) كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا ( 38الاسراء
Janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan bisa menembus bumi dan engkau tidak akan bisa melawan tingginya gunung-gunung, semua itu adalah kejahatan di sisi Allah yang dibenci. Q.s al Isra : 38
Melakukan suatu ibadah yang diperintah Allah atau berbuat kebaikan dengan maksud supaya dipuji oleh manusia itu dinamakan riya, yaitu mempertontonkan amal, riya itu dinamai syirik kecil oleh Rasulullah SAW, karena ibadah atau berbuat baik itu mestinya dikerjakan karena Allah, maka apabila seseorang mengerjakan ibadah karena manusia berarti ia menyamakan manusia dengan Allah dari segi memperlihatkan amalnya.Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas umatku adalah syirik kecil yaitu riya atau pamer amal saja tidak dibenarkan apalagi pamer kemewahan.wallahu a’lam.
BACA JUGA:Doa Mau Tidur Lengkap dengan Tulisan Latin, Arti, dan Anjurannya