Oleh: Fuzi Purwati, M.Ag
(Dosen IAI Persis Bandung, Penulis buku Pesona Ramadan; Menemukan jalan menuju Taqwa)
Di zaman Nabi ﷺ, para sahabat sering kali menghadapi berbagai bentuk gangguan dari kaum musyrikin, munafik, atau bahkan sesama muslim yang belum memahami adab shaum dengan baik. Beberapa sahabat bertanya kepada Rasulullah ﷺ bagaimana seharusnya mereka bersikap jika ada orang yang memprovokasi atau mencaci mereka saat sedang melaksanakan ibadah shaum
Rasulullah ﷺ kemudian memberikan petunjuk agar orang yang sedang shaum menjaga diri dari perkataan kotor dan perbuatan sia-sia. Jika seseorang mengajak bertengkar atau mencaci, hendaknya ia berkata: إِنِّي صَائِمٌ (Sesungguhnya saya sedang shaum).
Pesan ini bukan hanya untuk menunjukkan bahwa shaum bukan sekedar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari emosi, amarah, dan perkataan yang buruk. Dengan berkata "Inni Sha’imun", seseorang diharapkan dapat menjaga kehormatan shaumnya dan memberikan keteladanan dalam bersikap. Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا كَانَ صَوْمُ أَحَدِكُمْ، فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنْ جُهِلَ عَلَيْهِ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ
"Jika salah seorang di antara kalian shaum, maka hendaklah ia tidak berkata kotor dan tidak bersuara keras, dan jika ada yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia berkata: 'Sesungguhnya saya sedang shaum" (H.R Ibnu Huzaimah, No. 1992)
Hikmah dari hadis diatas menegaskan bahwa:
- Shaum adalah latihan pengendalian diri, bukan hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari perkataan dan perbuatan buruk.
- Kesabaran adalah kunci utama dalam shaum, terutama saat menghadapi gangguan dari orang lain.
- Menghindari pertengkaran dan emosi negatif adalah bagian dari kesempurnaan ibadah shaum.
- Ucapan "Inni Sha’imun" adalah bentuk pernyataan kesadaran bahwa kita sedang dalam kondisi ibadah, sehingga harus lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara.
Karena sejatinya banyak orang shaum namun ia merugi, karena gagal dalam pengandalian diri, hal ini telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW ﷺ dalam sabdanya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ"
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya, meskipun ia meninggalkan makan dan minumnya." (H.R Bukhari : 1804)
Berulang Rasulullah ﷺ sampaikan, agar umatnya berhati-hati :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ»
“Betapa banyak orang yang shaum, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga. Dan betapa banyak orang yang shalat malam, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya kecuali begadang saja." (H.R Ibnu Majah, No. 1690)
Kedua hadis tersebut menegaskan bahwa shaum yang diterima oleh Allah adalah shaum yang membawa perubahan dalam diri seseorang, menjadikannya lebih bertakwa, lebih sabar, dan lebih peduli terhadap sesama.
Dalam sudut pandang psikologi seni pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengelola dan mengatur emosi, pikiran, dan perilaku secara sadar dan terkendali, terutama dalam menghadapi berbagai situasi atau godaan yang menantang. Pengendalian diri bukan berarti menekan atau mengabaikan perasaan atau keinginan, melainkan mengelolanya dengan cara yang konstruktif dan produktif.
Seni pengendalian diri dalam shaum juga meliputi pengelolaan waktu. Setiap detik dalam Ramadhan menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana kita memilih untuk memanfaatkan waktu kita dengan bijak berfokus pada ibadah dan tidak tergesa-gesa dalam meraih segala sesuatu, tetapi untuk bersabar dan menunggu saat yang tepat.
Selain itu, shaum juga merupakan latihan untuk mengendalikan pikiran. Setiap kali kita merasa terbersit untuk berbuat buruk, shaum mengingatkan kita untuk memilih jalan yang lebih baik, lebih sabar, dan lebih ikhlas. Pengendalian pikiran adalah salah satu bentuk seni yang terpenting, karena pikiran yang jernih akan memandu kita untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Dengan shaum, setiap muslim semakin belajar bahwa pengendalian diri bukan berarti pengekangan diri yang keras, melainkan sebuah keseimbangan. Saat mengendalikan diri, bukan untuk menyakiti diri, tetapi untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kita memiliki kekuatan lebih dari yang kita duga. Akhirnya, shaum mengajarkan kita bahwa pengendalian diri adalah kunci untuk mencapai totalitas atau kesungguhan dalam ibadah.
BACA JUGA:Makkah adalah Tempat Beribadah dan Berniaga