Thaghut Dalam Al-Quran

oleh Redaksi

30 Januari 2025 | 09:03

Ustaz Dr. Dedeng Rasyidin, M.Ag

6. Al-Maidah 60


قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللهِ مَن لَّعَنَهُ اللهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُوْلاَئِكَ شَرُُّ مَّكَانًا وَأَضَلُّ عَن سَوَآءِ السَّبِيلِ.


“Katakanlah: Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allâh Swt, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allâh Swt, diantara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi (dan orang yang) menyembah thâgût. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus”. (Qs. Al-Maidah [5]:60)


Menurut al-Jauzi (II:390) beribadah kepada thâgût, al-Khidmatu ilâ al- Thâgût mengabdi kepada thâgût, bisa berhala juga bisa syetan (amaliah syetan). Al-Maraghi (II:146) mengkaitkan ayat ini dengan konteks sebelumnya, yaitu orang yang suka mempermainkan agama.


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ وَاتَّقُوا اللهَ إِن كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ.


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil menjadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu menjadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allâh jika kamu betul-betul orang yang beriman”. (Qs. Al-Maidah [5]:57)


Artinya:


هُوَ مُسْتَبْطِنٌ لِلْكُفْرِ تُلاَعِبًا بِالدِّيْنِ وَاسْتَهْزَاءَ بِهِ.


“Orang yang menyembunyikan kekufuran sebagai bentuk mempermainkan dan memperolok-olokkan agama”.


Jika bertemu dengan orang beriman ia katakan kami telah beriman, jika kembali kepada syetan-syetan mereka, mereka kufur lagi. Sikap mempermainkan agama adalah mengikuti perilaku syetan, berkhidmat, beribadah kepada syetan. Maka sifat thâgût, menjadikan agama sebagai permainan. Orang yang suka mempermainkan agama adalah thâgût.


7. Al-Nahl 36


وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ فَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ.


“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasûl pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allâh Swt (saja), dan jauhilah thagut itu, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allâh Swt dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasûl-Rasûl)”. (Qs. Al-Nahl [16]:36)


Konteks ayat ini berkaitan dengan ummat, bahwa setiap ummat telah Allâh Swt utus pada mereka Rasûl Allâh Swt yang menyuruh mereka beribadah kepada Allâh Swt dan menjauhi thâgût. Dari antara mereka ada yang berada pada hidayah Allâh Swt dan ada pula yang sesat. Shawi (II:386) menafsirkan thâgût di sini dengan autsân berhala (patung), kullu mâ yu’badu min dûnillâh setiap yang disembah selain Allâh, al-Syaithan (syetan). Sementara al-Maraghi (V:78) menambahkan kullun man da’â ilâ al-Dhalâl, setiap yang mengajak pada kesesatan.


8. Al-Zumar: 17


وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَن يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ.


“Dan orang-orang yang menjauhi thâgût (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allâh, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku”, (Qs. Al-Zumar [39]:17)


Menurut Shawi (III:457) ayat ini berkaitan dengan Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad, Sa’îd, Thalhah dan al-Zubair yang bertanya kepada Abu bakar tentang imannya, lalu dijelaskan kepada mereka, kemudian mereka beriman. Al-Shabuni (III:50) menjelaskan arti thâgût dalam ayat ini, menurutnya thâgût ialah setiap yang disembah selain Allâh Swt, seperti berhala, manusia, batu, dll. Dan menurut Al-Maraghi (VII:156) thâgût adalah al-Syaithan. Ibadah kepada berhala disebut ibadah kepada syetan, karena syetan yang menyuruh dan menghiasinya. Memperhatikan ayat-ayat di atas beserta tafsirannya dari para mufassir, dapat dikatakan secara ringkas, thâgût itu,


  1. Kullu ma’bûdun min dûnillâh, Setiap yang disembah selain Allâh Swt, seperti ibadah kepada insân (manusia), syaithân (syetan), watsnun (berhala), shanam (patung), taqlîdu raîs, (taqlid pada pemimpin-penguasa), thâ’atu hawâ (mengikuti hawa nafsu)
  2. Man yakhruju min al-Nûr ilâ al-Dzhulumât, yang mengeluarkan dari cahaya kebenaran kepada kedhzaliman, kegelapan, seperti yasûqu ilâ al-Thugyân (memimpin kejalan yang sesat), ithfâ-u al-Haqq (memadam-kan kebenaran), sharfu al-Haqq (memalingkan kebenaran)
  3. Al-Ladzi yaqûlu: hâulâ-i ahda min al-Ladzîna âmanû sabîlân, orang yang berkata, memandang memilih bahwa orang yang tidak beriman lebih benar jalannya daripada orang yang beriman
  4. Kullu mâ auqa’a fî al-Dhalâli wa tâbi’uhu, setiap yang berada pada kesesatan dan yang mengikutinya, seperti dajjâl (pembohong), al-Kahanah (dukun), musyta’widz (tukang sulap), ‘arrâfat (dukun, tentang masa depan), sâhir (tukang sihir)
  5. Al-Qâtilu lâ li-I’lâli kalimatillah, yang berjuang bukan untuk agama, bukan untuk meninggikan kalimat Allâh Swt.
  6. Al-Ladzi ittakhadza dînillâh huzuwân wa la’ibâ, orang yang menjadikan agama Allâh Swt permainan.
  7. Kullu man da’â ilâ al-Dhalâli, setiap yang mengajak pada kesesatan baik dari syetan yang suka membisik kejalan yang sesat, juga syetan dari manusia yang dijadikan teman dalam menghukumi.
BACA JUGA: Patron Kaum Nabi Luth (Kaum Sodom) Sebagai Barometer Kaum LGBT di Era Kontemporer.
Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon