Eksplorasi Pendidikan Persis melalui Worshkop Pendidikan

oleh Redaksi

03 Februari 2025 | 18:55

Eksplorasi Pendidikan Persis melalui Worshkop Pendidikan

Garut, persis.or.id – Institut Agama Islam (IAI) Persis Garut sukses menggelar Workshop Pendidikan Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) pada 1 Februari 2025, bertepatan dengan 2 Sya'ban 1446 H. Dengan tema “Eksplorasi Sistem & Strategi Pendidikan Persatuan Islam: Relevansi dengan Kurikulum Nasional”, acara ini diikuti lebih dari 300 peserta, termasuk perwakilan pesantren Persis dan Pimpinan Cabang Persis se-Kabupaten Garut.


Ketua Program Studi MPAI, Dr. Yusup Tajri, M.Pd., menegaskan bahwa workshop ini merupakan puncak dari mata kuliah Analisis Pendidikan Persis, yang bertujuan memperdalam wawasan tentang sistem pendidikan Islam.


“Acara ini membuktikan bahwa mata kuliah di IAI Persis Garut dirancang untuk membentuk pemahaman yang komprehensif dalam pendidikan Islam. Workshop ini akan terus diadakan setiap tahun sebagai bagian dari pengembangan pendidikan Persis,” ujar Dr. Yusup.


Sementara sambutan Ketua Pimpinan Daerah Persatuan Islam (PD Persis) Garut diwakili oleh Ustadz Iwan Ridwan, M.Ag. Ketua Bidgar pendidikan ini menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. “Pendidikan adalah proses berkelanjutan yang harus terus dikembangkan,” ucap ustadz Iwan. Ia juga menyoroti kondisi pendidikan di Kabupaten Garut yang perlu adanya perluas jangkauan pendidikan Persis.


Sambutan terakhir adalah dari Rektor IAI Persis Garut. Disebabkan Dr. Tiar Anwar Bachtiar ada halangan maka diwakili oleh Wakil Rektor I. Dr. Daris Tamin, M.Pd. dalam sambutannya, beliau menyampaikan beberapa kegelisahan mengenai pendidikan, khususnya dalam konteks pendidikan Persis. “Diperlukan riset yang lebih komprehensif, termasuk riset meta, untuk memahami bagaimana pihak lain meneliti pendidikan Persis,” jelas Dr. Daris.


Sesi pertama disampaikan diskusi pembukan oleh bapak Lamlam Pahala, M.Ag. dan Dr. Fenti Inayati, M.Ag. Bapak Lamlam sebagai tenaga ahli Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia menyampaikan bahwa “hubungan antara kurikulum nasional dan kurikulum Persis bukan sekadar relevansi, tetapi lebih kepada harmonisasi”. Selain itu, beliau juga memberikan informasi tentang peluang guru menjadi ASN atau guru P3K tanpa harus pindah sekolah, sehingga tetap bisa mengajar di tempat asalnya.


Sementara Dr. Fenti memaparkan konsep Deep Learning dalam pendidikan. Ia menegaskan bahwa pendekatan ini bukan kurikulum baru, tetapi sebuah metode pengembangan pembelajaran yang lebih mendalam guna memahami peserta didik secara lebih holistik. “Deep Learning menekankan integrasi olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna,” jelasnya.


Seperti dikatakan Ketua Prodi bahwa acara ini merupakan puncak dari mata kuliah Analisis Kurikulum Pendidikan Persis. Oleh karenanya beberapa mahasiswa tampil sebagai pemateri di sesi dua. Enam pemateri dari 21 mahasiswa MPAI angkatan 1 ini menyampaikan beberapa temuannya. Diantaranya adalah Heri Mulyadi Abbas yang membahas mengenai kelembagaan. Ia menyoroti pentingnya manajemen kelembagaan dalam pendidikan Islam, terutama dalam menghadapi tantangan zaman. “Keberhasilan lembaga pendidikan Islam tidak hanya ditentukan oleh aspek akademik, tetapi juga oleh sistem tata kelola yang profesional dan berbasis nilai-nilai Islam,” tegasnya. Dalam materinya, Heri mengulas konsep manajemen berbasis mutu dan bagaimana implementasi kebijakan pendidikan dapat meningkatkan daya saing lembaga Islam di era globalisasi terutama di persis dan sudah dipraktekan di Pesantren Persis 76 Tarogong, Garut.


Ajang Sunandar, sebagai pemateri kedua menyampaikan tentang "Handling Complaint dalam Dunia Pendidikan". Dalam pemaparannya, Ajang menekankan bahwa keluhan dari siswa, orang tua, maupun tenaga pendidik merupakan hal yang wajar terjadi dalam dunia pendidikan. Namun, keluhan tersebut harus dikelola dengan pendekatan yang tepat agar tidak menimbulkan konflik berkepanjangan. “Teknik-teknik komunikasi efektif dalam menangani keluhan, termasuk bagaimana seorang guru atau pengelola sekolah dapat bersikap profesional, komunikatif, dan solutif dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul,” paparnya.


Materi selanjutnya dibawakan oleh Gina Resiana yang mengangkat topik "Pemanfaatan AI dalam Pembuatan Bahan Ajar dan Pembelajaran". Gina menjelaskan bagaimana kecerdasan buatan (AI) dapat membantu para pendidik dalam menyusun bahan ajar yang lebih efektif dan interaktif. Pemanfaatan AI dalam pendidikan memungkinkan guru untuk lebih mudah membuat materi pembelajaran yang dipersonalisasi sesuai kebutuhan siswa. “Dalam dunia pendidikan, di mana teknologi ini dapat membantu dalam menganalisis perkembangan siswa serta memberikan umpan balik yang lebih cepat dan akurat,” paparnya.


Sesi berikutnya diisi oleh Agus Ramdan, yang membahas "Pendidikan Jasmani sebagai Sarana Pembentukan Karakter". Ia menegaskan bahwa pendidikan jasmani bukan hanya sekadar aktivitas olahraga, tetapi juga memiliki dimensi spiritual dan moral. Dalam paparannya, Agus menjelaskan bahwa nilai-nilai seperti disiplin, kerja sama tim, dan sportivitas yang diajarkan dalam pendidikan jasmani dapat membantu membentuk karakter santri yang lebih tangguh dan berakhlak. “Pendidikan jasmani harus dipandang sebagai bagian integral dari pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam pengembangan diri secara fisik maupun mental,” jelasnya.


Selanjutnya, Hendiyansyah, membawakan materi bertajuk "Pendidikan Karakter Berbasis Jam’iyyah melalui Pendekatan IHES (Islamic Holistic Education System)". Dalam sesi ini, Hendiyansyah menekankan bahwa pendidikan karakter tidak bisa hanya berfokus pada aspek akademik semata, tetapi juga harus memperhatikan keterikatan siswa dengan lingkungan dan komunitasnya. “Dengan pendekatan Islamic Holistic Education System (IHES), pendidikan berbasis jam’iyyah diharapkan dapat mencetak generasi yang memiliki keseimbangan antara ilmu pengetahuan, nilai-nilai Islam, dan kepedulian social,” tegasnya.


Sebagai pemateri terakhir, Rosi Rosidah membawakan materi tentang pendidikan inklusi. Ia menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang ramah bagi semua peserta didik, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Ia menekankan bahwa pendidikan inklusi tidak hanya memerlukan kesiapan guru dan metode pembelajaran yang tepat, tetapi juga dukungan teknologi dan kebijakan sekolah yang inklusif. “Dengan pendekatan yang tepat, pendidikan inklusi dapat menjadi solusi untuk memastikan setiap anak mendapatkan hak belajar yang sama,” ujarnya.


Dengan berakhirnya sesi pemaparan oleh para pemateri, workshop ini memberikan wawasan mendalam tentang berbagai aspek pendidikan di Persis. Diharapkan, hasil dari kegiatan ini dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan masing-masing, sehingga pendidikan di Persis semakin maju dan relevan dengan perkembangan zaman.


Kontributor: Gina, Mahasiswa MPAI IAI Persis Garut

BACA JUGA: Momen IAI Persis Garut Serahkan Paket Beasiswa S3 untuk 9 Dosen
Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon