Cimahi, persis.or.id – Himpunan Mahasiswi Persatuan Islam (Himi Persis) ditantang untuk membuat konsep advokasi perempuan yang memiliki nuansa dan ruh Al-Quran dan As-Sunnah. Karena mayoritas gerakan advokasi oerempuan dilakukan oleh aktivis yang memiliki kecenderungan pemikiran kiri.
“Supaya tidak menimbulkan alergi dalam tubuh jam’iyyah, maka HIMI PERSIS harus berada di garda terdepan dalam membangun konsep advokasi perempuan yang selaras dengan visi perjuangan PERSIS,” ujar Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi PP PERSIS, Dr. H. Ihsan Setiadi Latief, M.Si., dalam sambutan pembukaan Sekolah Advokasi Perempuan yang digelar HIMI PERSIS di Balai Besar Pengembangan Penjamin Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI), Kota Cimahi, Jumat (4/7/2025).
Menurutnya, advokasi atau perlindungan terhadap perempuan telah menjadi misi utama risalah Islam sejak masa kenabian. Salah satu reformasi sosial terbesar Nabi Muhammad ﷺ adalah menyelamatkan kaum perempuan dari budaya pembunuhan bayi perempuan yang dilakukan masyarakat Quraisy.
“Kaum Quraisy memandang hina kelahiran anak perempuan. Ketika anak perempuan lahir, sering kali mereka langsung dibunuh oleh ayahnya. Risalah Islam datang untuk menghapus praktik tersebut dan mengangkat derajat perempuan setara dengan laki-laki,” jelas Ihsan.
Lebih lanjut, Ihsan menyebut bahwa advokasi perempuan sejatinya telah menjadi bagian dari aktivitasnya sejak menjadi kader HIMA PERSIS. Ia bahkan telah menyusun silabus advokasi perempuan dan menyosialisasikannya ke berbagai pesantren PERSIS.
“Waktu itu kita menjadikan Pesantren PERSIS Tarogong sebagai pesantren ramah anak. Itu merupakan bagian dari inisiasi HIMA PERSIS, dan HIMI juga sudah ikut serta karena masih berada dalam satu struktur,” tambahnya.
Ia menekankan perlunya kolaborasi antara seluruh elemen di PERSIS, termasuk dengan PERSISTRI, guna merumuskan silabus advokasi perempuan sebagai bentuk kontribusi jam’iyyah terhadap problematika keislaman dan kebangsaan.
“Saat kita menolak UU PKS, misalnya, kita tidak sekadar menolak. Kita perlu hadirkan konsep tandingan yang islami dan komprehensif lalu kita ajukan kepada pemerintah sebagai alternatif,” tegasnya.
Di akhir sambutan, Ihsan mengajak para kader perempuan PERSIS untuk berani tampil di ruang publik, terutama dalam lembaga yang berfokus pada perlindungan perempuan dan anak.
“Sejak awal, dakwah PERSIS itu dakwah yang terang-terangan. Maka saya harap kader-kader perempuan kita harus eksis dan aktif di komisi perlindungan perempuan dan anak,” tutupnya.
BACA JUGA:HIMI PERSIS Gelar Sekolah Advokasi: Perempuan Berilmu sebagai Pilar Gerakan Sosial