Jakarta, persis.or.id - Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS) K.H. Dr. Jeje Zaenudin, M.Ag menyerukan umat muslim Indonesia agar tetap tenang dengan masih adanya kejadian Islamophobia di luar negeri.
“Kemarahan umat muslim atas kasus pembakara Al-Qur’an di Swedia beberapa waktu lalu adalah bentuk kecintaan umat muslim kepada Al-Qur’an,” kata Ustaz Jeje ketika dimintai keterangannya, Rabu (05/07/2023).
Menurutnya, kemarahan itu adalah sebuah keniscayaan. Sebab, hal itu dapat menjadi bukti bentuk kecintaan kepada Al-Qur’an yang merupakan wahyu dari Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.
Rasulullah Saw, kata Ustaz Jeje, bahkan menyatakan bahwa di antara ciri dari keimanan adalah cinta karena Allah dan marah pun karena Allah.
“Jika tidak ada reaksi kemarahan atas kemunkaran yang berupa penghinaan atas simbol kesucian agama, sama artinya sudah tidak punya keiman kepada agamanya sendiri,” ungkapnya.
Meski begitu, Ustaz Jeje menekankan bahwa bentuk ekspresi kemarahan umat Islam karena Allah tidak dilakukan dengan cara dan tindakan yang tidak terpuji.
Ustaz Jeje menyarankan agar protes dilakukan secara perorangan, kelembagaan, bahkan secara resmi oleh pemerintah Indonesia.
“Agama kita melarang membalas keburukan dengan keburukan lagi. Dilarang membalas membakar Al-Qur’an dengan membakar kitab suci agama lain. Tetapi balas keburukan dengan cara yang terpuji dan terhormat,” paparnya.
Ustaz Jeje pun mengutip ayat Al-Qur’an sural Al-Fushilat ayat empat yang memperkuat pendapat tersebut.
"Balaslah keburukan itu dengan cara yang terbaik. Semoga orang-orang yang tadinya ada permusuhan antara kamu dengannya menjadi seperti teman yang setia," terangnya.
Menurutnya, yang harus dikecam, diprotes, dan dikutuk, adalah mereka yang jadi pelaku penghinaan dan pihak-pihak yang bertanggungjawab, dan bukan agama serta kitab suci yang mereka anut.
“Islam justru mengajarkan untuk mengimani dan memuliakan semua kitab yang dibawa para nabi sebelum Nabi Muhammad,” ucap Ustaz Jeje.
Selain itu, umat Islam juga diperintahkan untuk bersikap objektif dan adil dalam menyikapi segala hal. Sebab menurutnya, adalah dua hal berbeda antara pemikiran dan perbuatan pemeluk agama dengan kitab suci agama yang dianutnya.
“Tidak mungkin kitab suci yang benar dari Tuhan mengajarkan kekejian dan penghinaan kepada kitab suci yang lain,” pungkasnya. (/HL)
[]
Editor: Fia Afifah