Malaysia, persis.or.id - Strategi dalam membangun peradaban Islam sangat relevan dengan tema Majlis Persidangan Para Ilmuwan Muslim se-Asia Tenggara, yakni "Keseimbangan Agama dengan Budaya."
Tema ini disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam, Ustaz Dr. Jeje Zaenudin ketika menjadi keynote speaker pada Majlis Ilmuwan Nusantara dalam acara Tausiyah di Masjid Al-Alwi, Kangar Perlis, Malaysia, Kamis sore (14/12/2024).
Ustaz Jeje menilai, pemilihan tema basis strategi membangun peradaban Islam sangat relevan dengan tema Majlis Persidangan Para Ilmuwan Muslim se-Asia Tenggara. Di hadapan Majlis Persidangan para Ilmuwan Muslim se-Asia Tenggara dan tamu undangan lainnya, Ketum PERSIS mempertanyakan, "Bagaimana peradaban Islam bisa terbangun dan atas asas apa peradaban itu berdiri?"
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Ustza Jeje mengajak untuk merefleksi sejarah Nabi Muhammad SAW, semasa melaksanakan hijrah dari Makkah ke Yatsrib pada Tahun ke-13 kenabian.
“Peristiwa hijrah Nabi dengan para sahabat itu menjadi sangat simbolik karena menjadi penciri awal mula perubahan budaya masyarakat Arab: Dari budaya jahiliyyah ke budaya Islam, dari kegelapan menuju cahaya peradaban,” ungkapnya.
Selanjutnya ia menjelaskan, salah satu asas peradaban yang dilakukan Nabi ketika berhijrah itu adalah binaulmasjid, yakni pembangunan Masjid Quba.
Masjid Quba ditegaskan dalam Al-Qur'an sebagai lamasjidun ussisa 'ala attaqwa, 'masjid yang didasarkan atas takwa' (QS at-Taubah: 108). Ustaz Jeje juga menyitir hadis tentang Masjid Quba. Ustaz Jeje menegaskan masjid sebagai tempat bagi orang yang mensucikan dirinya.
“Karena proses penyucian diri itulah, maka masjid menjadi tempat yang didasarkan ketakwaan. Dan karena itu pulalah masjid menjadi asas peradaban, sekaligus benteng terakhir peradaban Islam,” ucap Ustaz Jeje yang juga Ketua MUI Pusat Bidang Seni dan Peradaban Islam.
Dari masjid itulah, papar Ustaz Jeje, Nabi mempersaudarakan antar umat muslim, antara Muhajirin dari Makkah dengan Anshar di Madinah. Nabi pun melanjutnya proses pembudayaan dan peradaban baru itu dengan proses penyatuan komunitas baru berdasarkan Piagam Madinah.
“Bermula dari masjid, proses pembudayaan masyarakat di bangun. Bagaimana konsolidasi umat lebih lanjut, serta penyatuan komunitas yang lebih heterogen melalui Piagam Politik. Maka berubahlah Yatsrib menjadi Madinah, menjadi peradaban kota,” tutur Ustaz Jeje.
Terakhir dalam pemaparannya, Ustaz Jeje menyerukan umat untuk senantiasa memakmurkan masjid, sekaligus optimalisasi fungsinya sebagai basis peradaban.
[]
Reporter: Dr. Pepen Irfan
Editor: Henri Lukmanul Hakim
BACA JUGA: Dakwah dan Politik : Dua Sisi Mata Uang Yang Tak Terpisahkan