ETIKA BISNIS DALAM ISLAM
Oleh: A. Zakaria
(PART 02)
Sangsi dari Memakan yang Haram
Nabi SAW telah mengingatkan kita dengan sabdanya;
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنْ سُحْتٍ. -رواه أحمد-
“Tidak akan masuk surga orang yang dagingnya tumbuh dari makanan yang haram.” (H.R. Ahmad)
Demikian juga Allah mengingatkan kepada yang berani memakan harta anak yatim dengan cara yang zhalim dengan firman-Nya;
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ أَمۡوَٰلَ ٱلۡيَتَٰمَىٰ ظُلۡمًا إِنَّمَا يَأۡكُلُونَ فِي بُطُونِهِمۡ نَارٗاۖ وَسَيَصۡلَوۡنَ سَعِيرٗا. (النساء: 10)
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (Q.S. al-Nisâ: [4] 10)
Demikian pula sangsi dunia orang yang mencuri kepergok, pasti dipukuli oleh masyarakat sampai babak belur atau dipenjarakan 5-10 tahun karena korupsi.
Maka setiap muslim pasti berusaha untuk mencari yang halal untuk menafkahi anak dan istrinya dan tidak tertarik dengan praktek-praktek yang haram walau keuntungannya menggiurkan, karena apa artinya keuntungan di dunia kalau di akhirat harus mendekap di neraka.
Peluang-peluang untuk Mencari Rizki
Allah telah menciptakan bumi dengan segala isinya yang semua itu diperuntukkan untuk meme-nuhi kebutuhan hidup manusia. Allah telah menciptakan laut yang luas dengan segala kandungan-nya, ikannya, bahan garamnya, mutiaranya dan yang lainnya.
Demikian pula Allah menciptakan gunung dan segala kekayaannya, demikian juga flora dan fauna. Demikian juga telah menganugerahi manusia dengan akalnya yang jika akal itu diberdayakan dengan maksimal, akan mampu menggali kekayaan alam, dapat berkreasi dan mencari sumber-sumber kehidupan.
Jangankan manusia yang punya akal, milyaran ikanpun yang ada di laut ada rizkinya. Demikian juga binatang melata yang ada di muka bumi juga ada rizkinya. Walhasil, manusia tidak perlu cemas dengan kebutuhan hidupnya, Allah telah menyediakanya begitu sempurna.
Allah SWT telah mengingatkan kita dengan firman-Nya;
وَلَقَدۡ مَكَّنَّٰكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَجَعَلۡنَا لَكُمۡ فِيهَا مَعَٰيِشَۗ قَلِيلٗا مَّا تَشۡكُرُونَ. (الأعراف: 10)
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (Q.S. al-A’râf: [7] 10)
ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلۡفُلۡكَ لِتَجۡرِيَ فِي ٱلۡبَحۡرِ بِأَمۡرِهِۦۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلۡأَنۡهَٰرَ ٣٢ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ دَآئِبَيۡنِۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ ٣٣ وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُومٞ كَفَّارٞ. (إبراهيم: 32-34)
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rizki untukmu dan Dia telah me-nundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu mata-hari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohon-kan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S. Ibrâhîm: [14] 32-34)
Dan di antara peluang untuk mencari rizki adalah berdagang, Nabi SAW bersabda;
عَلَيْكُمْ بِالتِّجَارَةِ فَإِنَّ فِيْهَا تِسْعَةَ أَعْشَارِ اَلرِّزْقِ. -إبراهيم الحروى-
“Hendaklah kamu berdagang, karena padanya 9/10 rizki (90%).” (Ibrâhîm al-Harwi)
Berarti berdagang adalah peluang dan lapangan untuk mencari rizki.
Macam-Macam Rizki
Yang dimaksud dengan rizki tidak hanya yang berupa materi saja tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan, ketabahan, kesabaran, keturunan yang shaleh, dan juga yang lainnya yang berupa kenikmatan dan kebahagiaan, buktinya ada sebuah do’a dengan ungkapan;
رَبِّي زِدْنِى عِلْمًا وَارْزُقْنِى فَهْمًا.
“Ya Allah, tambahlah aku ilmu dan berilah aku rizki pemahaman (yang benar).”
Dengan kata lain, ada rizki yang berupa hissi (materi) ada juga rizki yang berupa ma’nawi (non materi) yaitu ilmu pengetahuan, pedoman dan ajaran termasuk juga jabatan dan kedudukan.
Dalam hal ini kenyataannya manusia beragam dalam perolehan rizki, ada orang yang kaya dengan harta tetapi tidak punya anak, ada juga orang yang banyak anaknya tetapi kurang hartanya, ada orang yang ilmunya minim, sekolah dasar (SD) saja tidak tamat tetapi jadi konglomerat, ada juga orang yang kaya dengan hartanya tetapi miskin hatinya, ia hanya merasa kurang dan kurang, tidak merasa puas dengan harta yang ada dan tidak merasakan kenikmatan dengan kekayaan yang dimilikinya.
Ada pendapat yang membedakan antara rizki dan milik. Rizki adalah apa-apa yang telah dirasakan nikmatnya atau manfaatnya, sedangkan Milik ialah yang baru pengakuan saja, dengan kata lain ada orang yang banyak miliknya (hartanya) tetapi kurang rizkinya, makanpun serba dibatasi, ada juga orang yang banyak rizkinya, makan selalu nikmat, fisik sehat tetapi kepemilikan hartanya kurang.
Menurut al-Qashim Abu Abdirrahman;
مَنْ أُعْطِيَ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَجَسَدًا صَابِرًا فَقَدْ أُوْتِيَ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَوُقِيَ عَذَابَ النَّارِ. -ابن كثير، 416:1-
“Barangsiapa yang diberikan hari yang bersyukur, lisan yang berdzikir, fisik yang sabar, maka sungguh ia telah diberi kebaikan dunia dan akhirat dan dijaga dari api neraka.” (Ibnu Katsir, 1: 416)
Bertawakallah Dalam Mencari Rizki
Tawakkal artinya percaya dan penuh harap kepada Allah sambil berusaha secara optimal. Pernah ada seorang shahabat datang kepada Nabi, lalu Nabi ber-tanya kepadanya: “Naik apa kamu datang ke sini?” Ia menjawab: “Saya naik unta!” Nabi bertanya lagi: “Di mana untanya?” Ia men-jawab: “Saya lepaskan untanya dan bertawakkal kepada Allah.” Jawab Nabi: “Ikat dulu! baru ber-tawakkal kepada Allah.”
Hadits ini menunjukkan bahwa manusia pun dituntut untuk berikhtiar semaksimal mungkin, dan senantiasa mengharap pertolongan Allah. Dalam hadits lain dinyatakan;
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَّكَلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو حِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا.-رواه الترمذي-
“Andai kamu bertawakkal kepada Allah sebenar-benarnya tawakkal, Allah pasti akan memberikan-mu rizki sebagaimana burung diberikan rizki, ia pergi dengan perut kosong di pagi hari dan pulang sore dengan perut penuh .” (H.R. al-Tirmidzi)
Jangan terlalu optimis untuk meraih keuntungan
Banyak orang yang terlalu optimis dalam berbisnis, ia sudah menghitung untung sebelum ber-usaha, ia menghitung dalam pikirannya; ia beli sekian dijual sekian berarti untungnya sekian, kemudian dikalikan sebulan berarti kita akan meraih untung sekian per bulan.
Sepertinya keuntungan sudah di tangan dan tidak memperhitungkan risiko yang lainnya. Maka disaat gagal ia akan kecewa bahkan stress karena di luar dugaan dan perhitungannya, padahal orientasinya mestinya kepada usaha dan kerja kerasnya bukan kepada hasilnya, karena Allah-lah yang menentukan hasilnya, sebagaimana ada ungkapan; “Manusia hanya berusaha dan Allah-lah yang menentukannya.”
Sungguh-sungguhlah dalam mencari Rizki
Allah telah memerintahkan kita untuk mencari rizki sebagai kebutuhan setiap manusia dan keluarganya. Dalam upaya mencari rizki dituntut untuk bersungguh-sungguh dan bertawakal kepada Allah. Nabi SAW pernah bersabda:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِى فِي بُكُوْرِهَا. -رواه الترمذي-
“Ya Allah berkahilah ummatku pada usahanya di waktu pagi.” (H.R. al-Tirmidzi)
Maksudnya Nabi mendo’akan kepada orang yang sungguh-sungguh dalam menjalankan usahanya pergi di waktu pagi untuk mencari nafkah demi menutupi kebutuhan keluarganya. Nabi SAW pernah menegur Fatimah di saat ia berbaring pada waktu shubuh;
يَا بُنَيَّةُ قُوْمِى اِشْهَدِى رِزْقَ رَبِّكِ وَلاَ تَكُوْنِى مِنَ الْغَافِلِيْنَ، فَإِنَّ اللهَ يُقْسِمُ أَرْزَاقَ النَّاسِ مَا بَيْنَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ إِلَى طُلُوْعِ الشَّمْسِ. -رواه البيهقى-
“Wahai anakku, bangunlah, sambutlah rizki rabbmu dan janganlah engkau tergolong orang yang lalai, karena sesungguhnya Allah membagi rizki manusia antara terbitnya fajar menjelang terbitnya matahari.” (H.R. al-Baihaqi)
Dalam hadits lain Nabi SAW menyatakan;
إِذَا صَلَّيْتُمُ الْفَجْرَ فَلاَ تَنَامُوْا عَنْ طَلَبِ رِزْقِكُمْ. -رواه الطبرانى-
“Apabila kalian telah mengerjakan shalat fajar, janganlah kalian tidur enggan mencari rizki kalian.” (H.R. al-Thabrani)
Ada ungkapan dalam bahasa Arab;
مَنْ جَدَّ وَجَدَ.
“Siapa yang sungguh-sungguh pasti akan berhasil.”
Ternyata banyak fakta orang yang menjadi kaya bah-kan menjadi konglomerat padahal di awal usahanya begitu berat bahkan pernah mengalami tukang buruh kasar, tetapi terus ia berusaha dan tidak putus asa, akhirnya ia berhasil menjadi orang yang kaya raya.
Manfaatkanlah Potensi yang Ada
Setiap orang telah diberikan potensi dan kelebihan oleh Allah. Ada yang diberikan ilmu yang cukup tetapi tenaga kurang, ada yang diberi tenaga yang kuat tetapi ilmu pengetahuan kurang, ada yang diberi kekayaan yang melimpah tetapi anak tidak punya, ada juga yang diberikan semangat dan cita-cita yang kuat tetapi modal untuk mengembangkannya tidak punya.
Tetapi pada dasarnya semua orang telah dianugerahi modal yang sama, yaitu diberikan pen-dengaran, penglihatan, akal, hati atau perasaan. Itulah modal yang terbesar yang Allah anug-rahkan yang jika semua itu diberdayakan, insya Allah akan meraih keberuntungan dan kemajuan.
Pernah ada seseorang yang meminta bantuan kepada Nabi, ia meminta minta kepada Nabi, akhirnya Nabi beria dia golok. Sabda Nabi SAW: “Carilah kayu bakar dengan golok ini dan juallah ke pasar.”
Nabi tidak langsung memberikan bantuan uang ke-padanya karena pada dirinya masih ada potensi, yaitu memiliki tenaga yang kuat untuk diberdayakan.
BACA JUGA:ETIKA BISNIS DALAM ISLAM (PART 01)