Berbicara Sendiri dalam Salat

oleh redaksi

15 Maret 2025 | 10:10

Berbicara Sendiri dalam Salat

Bagaimana hukumnya berbicara dengan sengaja diluar bacaan shalat ketika shalat tanpa ada lawan bicara, apakah shalatnya sah?

 

Jawaban:


Shalat merupakan ibadah yang telah ditetapkan ketentuannya dalam syariat baik terkait dengan gerakan maupun bacaannya. Para Ulama memberikan ta’rif shalat secara syar’i sebagai berikut:


الصَّلَاةُ عِبَادَةٌ تَتَضَمَّنُ أَقْوَالًا وَأَفْعَالًا مَخْصُوْصَةً، مُفْتَتَحَةٌ بِتَكْبِيْرِ اللهِ تَعَالَى، مُخْتَتَمَةٌ بِالتَّسْلِيْمِ.


“Shalat adalah ibadah yang mengandung ucapan dan perbuatan khusus yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam” (Fiqh As-Sunnah: 90)


عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: «مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطَّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ» : رَوَاهُ الْخَمْسَةُ إلَّا النَّسَائِيّ).


Dri Ali Ra. dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di laur shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya kembali adalah salam." (Diriwayatkan oleh Imam yang lima kecuali An-Nasai).


Berdasarkan hadis tersebut diharamkan melakukan pembicaraan atau gerakan di luar kaifiat shalat yang telah ditentukan. Shalat adalah hubungan antara seorang hamba dengan Allah Swt. Maka hendaklah seorang yang shalat tidak tersibukkan dengan hal lain selain dari ber-munajat kepada Allah Swt. Dalam hadis diterangkan:


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي الصَّلَاةِ فَإِنَّمَا يُنَاجِي رَبَّهُ...


Dari Anas bin Malik berkata, "Nabi Saw bersabda: "Sesungguhnya seorang Mukmin jika sedang shalat, hanyalah ia sedang bermunajat kepada Rabbnya." (HR. Al-Bukhari)


Di antara perkara yang dilarang dalam shalat adalah berbicara baik berbicara sendiri tanpa ada lawan bicara atau bicara ditujukan kepada orang lain, yang disebut kalamunnas. Seperti menjawab salam atau mengatakan Yarhamuka’lLaah yang ditujukan kepada orang yang mengucapkan Alhamdulillah setelah ia bersin. Berdasarkan hadis-hadis berikut:


عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ كُنَّا نَتَكَلَّمُ فِي الصَّلَاةِ يُكَلِّمُ الرَّجُلُ صَاحِبَهُ وَهُوَ إِلَى جَنْبِهِ فِي الصَّلَاةِ حَتَّى نَزَلَتْ (وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ)} فَأُمِرْنَا بِالسُّكُوتِ وَنُهِينَا عَنْ الْكَلَامِ


Dari Zaid bin Arqam dia berkata, “Dahulu kami bercakap-cakap dalam shalat. Seorang laki-laki bercakap-cakap dengan teman di sampingnya dalam keadaan shalat, hingga turun ayat, ‘…Shalatlah kamu karena Allah dengan khusyu’. (Al-Baqarah [2]: 238). Lalu kami disuruh diam, dan dilarang bercakap-cakap’.” (HR. Al-Jama’ah kecuali Ibnu Majah)


عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ قَالَ بَيْنَا أَنَا أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ عَطَسَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ فَقُلْتُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ فَقُلْتُ وَا ثُكْلَ أُمِّيَاهْ مَا شَأْنُكُمْ تَنْظُرُونَ إِلَيَّ فَجَعَلُوا يَضْرِبُونَ بِأَيْدِيهِمْ عَلَى أَفْخَاذِهِمْ فَلَمَّا رَأَيْتُهُمْ يُصَمِّتُونَنِي لَكِنِّي سَكَتُّ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبِأَبِي هُوَ وَأُمِّي مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ أَحْسَنَ تَعْلِيمًا مِنْهُ فَوَاللَّهِ مَا كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي قَالَ إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ


Dari Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami dia berkata, "Ketika aku sedang shalat bersama-sama Rasulullah Saw, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari suatu kaum bersin. Lalu aku mengucapkan, 'Yarhamukallah (semoga Allah memberi Anda rahmat) '. Maka seluruh jamaah menujukan pandangannya kepadaku." Aku berkata, "Aduh, celakalah ibuku! Mengapa Anda semua memelototiku?" Mereka bahkan menepukkan tangan mereka pada paha mereka. Setelah itu barulah aku tahu bahwa mereka menyuruhku diam. Tetapi aku telah diam. Tatkala Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam selesai shalat, Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu (ungkapan sumpah Arab), aku belum pernah bertemu seorang pendidik sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah! Beliau tidak menghardikku, tidak memukul dan tidak memakiku. Beliau bersabda, 'Sesungguhnya shalat ini, tidak pantas di dalamnya ada percakapan manusia, karena shalat itu hanyalah tasbih, takbir dan membaca Al-Qur'an.' (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan An-Nasai)


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا نُسَلِّمُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ فَيَرُدُّ عَلَيْنَا فَلَمَّا رَجَعْنَا مِنْ عِنْدِ النَّجَاشِيِّ سَلَّمْنَا عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْنَا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كُنَّا نُسَلِّمُ عَلَيْكَ فِي الصَّلَاةِ فَتَرُدُّ عَلَيْنَا فَقَالَ إِنَّ فِي الصَّلَاةِ شُغْلًا


Dari Abdullah dia berkata, "Kami pernah memberi salam kepada Rasulullah Saw ketika beliau sedang shalat, lalu beliau menjawab salam kami itu. (Tetapi) tatkala kami kembali dari Raja Najasyi, kami memberi salam pula kepada beliau ketika beliau sedang shalat, maka beliau tidak menjawab salam kami itu. Lalu kami tanyakan kepada beliau, 'Dahulu kami memberi salam kepadamu ketika sedang shalat, lalu kamu menjawab salam kami (mengapa sekarang kenapa tidak?) ' Beliau menjawab, 'Sesungguhnya dalam shalat harus ada suatu kesibukan yang sungguh-sungguh (khusyu') '." (Muttafaq ‘alaih)


Sedangkan apabila berbicara dalam shalat karena lupa atau karena ketidaktahuan, maka shalatnya tidak batal. Berdasarkan hadis berikut:


عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ قَالَ بَيْنَا أَنَا أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ عَطَسَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ فَقُلْتُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ فَقُلْتُ وَا ثُكْلَ أُمِّيَاهْ مَا شَأْنُكُمْ تَنْظُرُونَ إِلَيَّ فَجَعَلُوا يَضْرِبُونَ بِأَيْدِيهِمْ عَلَى أَفْخَاذِهِمْ فَلَمَّا رَأَيْتُهُمْ يُصَمِّتُونَنِي لَكِنِّي سَكَتُّ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبِأَبِي هُوَ وَأُمِّي مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ أَحْسَنَ تَعْلِيمًا مِنْهُ فَوَاللَّهِ مَا كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي قَالَ إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ. رواه مسلم


Dari Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami dia berkata: "Ketika aku sedang shalat bersama-sama Rasulullah Saw, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari suatu kaum bersin. Lalu aku mengucapkan, 'Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu) '. Maka seluruh jamaah menujukan pandangannya kepadaku." Aku berkata: "Aduh, celakalah ibuku! Mengapa Anda semua memelototiku?" Mereka bahkan menepukkan tangan mereka pada paha mereka. Setelah itu barulah aku tahu bahwa mereka menyuruhku diam. Tetapi aku telah diam. Tatkala Rasulullah Saw selesai shalat, maka demi Ayah dan ibuku (ungkapan sumpah Arab), aku belum pernah bertemu seorang pendidik sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah! Beliau tidak menghardikku, tidak memukul dan tidak memakiku. Beliau bersabda, 'Sesungguhnya shalat ini, tidak pantas di dalamnya ada percakapan manusia, karena shalat itu hanyalah tasbih, takbir dan membaca Al-Qur'an.”  (HR. Muslim, Shahih Muslim, 1/537)


Hadits ini menjadi dalil berbicara dalam shalat dalam keadaan lupa atau tidak tahu akan keharamannya, dihukumi shalatnya sah. Karena Nabi Saw tidaklah memerintahkam Mu’awiyah mengulangi shalatnya. Pembebanan suatu hukum berlaku setelah adanya ilmu. Muawiyah tidak disuruh mengulangi shalat yang dilakukan walaupun dia bicara ketika shalat. Terkait hal ini, Imam Nawawi berkata:


فَإنْ سَبَقَ لِسَانُهُ مِنْ غَيْرِ قَصْدٍ إِلَى الْكَلاَمِ أَوْ غَلَبَهُ الضَّحِكُ لَمْ تَبْطُلْ لِأَنَّهُ غَيْرُ مُفْرِطٍ فِيْهِ فَهُوَ كَالنَّاسِي وَالْجَاهِلِ.


Jika seseorang keceplosan berbicara tanpa ada kesengajaan, atau tidak sengaja tertawa, dan durasinya sedikit, maka shalatnya tidak batal karena tidak melampaui batas. Ia seperti orang yang lupa dan bodoh. (Al-Majmu Syarh al-Muhzdzdzab, 4/ 78).


Adapun mengucapkan hamdalah ketika bersin, berdoa dengan bahasa sendiri ketika sujud dan tasyahud, dan mengingatkan imam dengan tasbih atau membetulkan bacaan imam tidak termasuk pada kalamunnas yang dilarang dalam shalat. Sebagaimana diterangkan dalam hadis-hadis berikut:


عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَطَسْتُ فَقُلْتُ الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصَرَفَ فَقَالَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ فِي الصَّلَاةِ فَلَمْ يَتَكَلَّمْ أَحَدٌ ثُمَّ قَالَهَا الثَّانِيَةَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ فِي الصَّلَاةِ فَلَمْ يَتَكَلَّمْ أَحَدٌ ثُمَّ قَالَهَا الثَّالِثَةَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ رِفَاعَةُ بْنُ رَافِعٍ ابْنُ عَفْرَاءَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ كَيْفَ قُلْتَ قَالَ قُلْتُ الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ ابْتَدَرَهَا بِضْعَةٌ وَثَلَاثُونَ مَلَكًا أَيُّهُمْ يَصْعَدُ بِهَا


Dari Rifa'ah dari Ayahnya ia berkata; "Aku pernah shalat di belakang Rasulullah Saw lalu aku bersin dan mengucapkan, "Alhamdulilaahi…(Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik, diberkahi di dalamnya serta diberkahi di atasnya, sebagimana Rabb kami senang dan ridla)." Maka ketika Rasulullah Saw selesai shalat, beliau berpaling ke arah kami seraya bersabda: "Siapa yang berbicara waktu shalat?" tidak ada seorang pun yang menjawab, beliau lalu bertanya lagi untuk yang kedua kalinya; "Siapa yang berbicara dalam shalat?" tidak ada seorang pun yang menjawab, beliau lalu bertanya untuk yang ketiga kalinya: "Siapa yang berbicara waktu shalat?" maka Rifa'ah bin Rafi' bin Afra` menjawab, "Saya wahai Rasulullah, " beliau bersabda: "Apa yang engkau ucapkan tadi?" Rifa'ah lalu menjawab, "Saya mengucapkan; Alhamdulilaahi…(Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik, diberkahi di dalamnya serta diberkahi di atasnya, sebagimana Rabb kami senang dan rida)." Maka Nabi Saw pun bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh ada tiga puluh lebih malaikat saling berebut untuk membawa naik kalimat tersebut." (HR. At-Tirmidzi).


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ- صلى الله عليه وسلم -قَالَ: "أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ اْلعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ". رَوَاهُ أَحْمَدُ وَ مُسْلِمٌ وَ أَبُوْ دَاوُدَ


Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:  Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa.". (HR. Ahmad, Muslim & Abu Dawud)


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا لَا نَدْرِي مَا نَقُولُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ غَيْرَ أَنْ نُسَبِّحَ وَنُكَبِّرَ وَنَحْمَدَ رَبَّنَا وَإِنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَّمَ فَوَاتِحَ الْخَيْرِ وَخَوَاتِمَهُ فَقَالَ إِذَا قَعَدْتُمْ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَقُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ ... وَلْيَتَخَيَّرْ أَحَدُكُمْ مِنْ الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ فَلْيَدْعُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ


Dari Abdullah dia berkata: Kami dulu tidak mengetahui apa yang mesti diucapkan saat duduk pada dua rakaat selain bertasbih, bertakbir, dan memuji Rabb kami, lalu Nabi Muhammad Saw mengajari pembuka dan penutup kebaikan. Kemudian Beliau bersabda: "Jika kalian duduk pada setiap dua rakaat, maka ucapkanlah: 'Attahiyyaatu lillahi ...'. Lalu hendaklah salah seorang dari kalian memilih doa yang disukainya, dan hendaklah ia berdoa kepada Allah 'Azza wa Jalla.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّسْبِيحُ لِلرِّجَالِ وَالتَّصْفِيقُ لِلنِّسَاءِ


Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Saw bersabda: "Sesungguhnya ucapan tasbih buat laki-laki sedangkan bertepuk tangan buat wanita". (HR. Al-Bukhari)


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى صَلَاةً فَقَرَأَ فِيهَا فَلُبِسَ عَلَيْهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ لِأُبَيٍّ أَصَلَّيْتَ مَعَنَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَمَا مَنَعَكَ


Dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengerjakan shalat dan membaca (beberapa ayat Al Qur'an) dalam shalatnya, dan beliau terbalik-balik dalam bacaannya, seusai shalat beliau bersabda kepada Ubay: "Apakah kamu tadi ikut shalat bersama kami?" Ubay menjawab; "Ya." Sabda beliau: "Apa yang mencegahmu (untuk tidak membenarkan tentang ayat tadi)?" (HR. Abu Dawud)


Kesimpulan


  1. Shalat adalah munajat hamba kepada Allah Swt
  2. Bermunajat atau berdoa dalam sujud dan akhir tasyahud tidak termasuk kalamunnas.
  3. Berbicara sendiri dengan sengaja dan bersuara ketika shalat di luar bacaan shalat, baik ada lawan bicara maupun tidak, hukumnya haram dan shalatnya tidak sah.


BACA JUGA:

Kehujjahan Shalat Hajat

Reporter: redaksi Editor: Gicky Tamimi