Pertanyaan dari : Hamba Allah
Pertanyaan : Bismillahirrahmanirrahim..saya termasuk orang baru yang bergabung dengan organisasi persis karena di organisasi ini saya menggap bahwa tidak terlalu terpaku pada satu imam besar dan hal ini menjadikan diri pribadi ingin lebih banyak mendalami ilmu agama berdasarkan pandangan di organisasi persis ini. yang ingin saya tanyakan : 1. Bagaimana hukum menggerakan jari ketika tasyahud? 2. Apakah ada perpustakaan online agar diri ini dengan lebih mudah memperdalam ilmu agama? 3. Kenapa apabila mukodimah di persis atau ketika pendahuluan tidak mengucapkan "assalamualaikum"? sekian pertanyaan dari saya, semoga kita selalu istiqomah menjalankan ibadah kepada Allah SWT.. Wassalam..
Jawaban :
Alhamduillah anda memiliki semangat untuk memperdalam ilmu Agama mudah-mudahan Allah memberikan kebaikan dan keistiqamahan. Dalam pandangan Persis menetapkan hukum dalam Agama harus berlandaskan pada sumber utama yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehubungan dengan pertanyaan yang disampaikan jawabannya sebagai berikut:
1. Hukum menggerakan jari ketika tasyahud
Dalam kaifiat salat tentunya kita harus mencotoh Rasulullah Saw, sebagaimana yang beliau perintahkan dalam sabdanya:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat (mengetahui) aku shalat” (HR. Al-Bukhari).
Kaifiat isyarat telunjuk waktu duduk tasyahhud ialah dengan cara menggerak-gerakkan telunjuk. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw dalam hadis yang diterangkan oleh Wail bin Hujr Ra:
قَالَ وَائِلُ بْنُ حُجْرٍ -فِي صِفَةِ صَلاَةِ رَسُوْلِ اللهِ - ثُمَّ قَعَدَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخْذِهِ وَ رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ اْلأَيْمَنِ عَلَى فَخْذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ ثِنْتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ أُصْبُعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُوْبِهَا
Wa'il ibnu Hujr Ra berkata -tentang shifat shalat Rasulullah Saw-, “Kemudian beliau duduk dan membentangkan kaki kirinya, dan meletakkan telapak tangan yang kiri di atas paha dan lutut yang kiri; dan beliau meletakkan ujung siku kanannya di atas paha kanannya kemudian menggenggamkan dua jarinya (kelingking dan jari manis) lalu membuat satu bulatan (ibu jari dan jari tengahnya) dan mengangkat jari (telunjuknya). Aku melihat beliau menggerakgerakkan telunjuknya sambil berdo’a dengannya.” (H.r. Ahmad, An-Nasai, Abu Daud, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hiban)
Di dalam hadis di atas Wail bin Hujr Ra menerangkan cara mengangkat telunjuk dan isyarat selama tasyahud dengan menggunakan kalimat yang sharih (jelas) lagi tegas bahwa benar-benar ia melihat dengan mata kepala sendiri, yaitu; “Aku melihat beliau menggerak-gerakkan telunjuknya sambil berdo’a dengannya”. Jadi jelas bahwa telunjuk itu digerak-gerakkan selama bacaan tasyahud dari awal sampai akhir.
Selengkapnya dapat dibaca buku Dewan Hisbah “Ikhtisar 10 Masalah Seputar Salat dan Cadar” terbitan Persis Pers.
2. Kenapa apabila mukodimah di persis atau ketika pendahuluan tidak mengucapkan "assalamualaikum"?
Dalam setiapkali khutbah, Rasulullah Saw mencontohkan untuk memulainya dengan Tahmid bukan dengan ucapan salam. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ عَلَّمَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَةَ الْحَاجَةِ الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
Dari Abdullah bin Masud, ia mengatakan,’Rasulullah saw. mengajari kami khutbah hajat, “Al Hamdulillah…” (Segala puji milik Allah, kami memuji-Nya, kami memohon pertolongan-Nya, kami memohon ampunan-Nya, dan kami berlindung kepada Allah dari kejelekan-kejelekan diri kami. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak dapat siapapun menyesatkan dia, dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak dapat siapapun memberi petunjuk kepadanya. Kami bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhamad itu hamba-Nya dan rasul-Nya). (HR. Ahmad, Musnad Imam Ahmad, II: 867. No. 3797)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: كَانَتْ خُطْبَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ يَحْمَدُ اللهَ، وَيُثْنِي عَلَيْهِ، ثُمَّ يَقُولُ عَلَى إِثْرِ ذَلِكَ، وَقَدْ عَلَا صَوْتُهُ:«أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» .
Dari Jabir bin Abdullah Ra, ia berkata: Khutbah Nabi saw pada hari Jum’at adalah beliau bertahmid dan menyanjung Allah. Kemudian setelah itu beliau mengucapkan denaga suara keras: Amma Ba’du, Fa Inna Khairal Haditsi Kitabullah…dst. (HR. Muslim, Shahih Muslim, 3/11)
Hadis tentang, salam sebelum berbicara derajatnya dhaif tidak dapat diamalkan. Sebagaimana keterangan berikut:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلسَّلاَمُ قَبْلَ الْكَلاَمِ
Dari Jabir bin Abdullah, ia mengatakan,’Rasulullah Saw. bersabda.’Salam itu sebelum berbicara”
At Tirmidzi menjelaskan: Hadis ini munkar, kami tidak mengetahuinya melainkan dari jalur ini, dan kami mendengar Muhamad (Imam al-Bukhari) berkata,’Anbasah bin Abdurrahman adalah daif dalam urusan hadis, dzahib, sedangkan Muhamad bin Zadan Munkarul hadits”. (Sunan At-Tirmidzi, V: 59).
Untuk lebih jelasnya tentang tatacara khutbah dapat dibaca buku Dewan Hisbah tentang “Panduan khutbah Berdasarkan Sunnah Rasullah Saw” terbitan Persis Pers.
Adapun tentang Perpustakaan Online Persis, masih dalam tahapan, untuk sementara sebagai rujukan bisa merujuk kepada buku-buku yang diterbitkan oleh Persis Pers.
BACA JUGA:Allah Itu Ada di Mana? Memahami Makna Istiwa’ ‘Alal ‘Arsy dalam Al-Qur’an